"Gak,kemana pun kamu pergi akan mas turuti tapi nggak kesana..."tolak Reno disaat Lina memintanya untuk pergi kerumah ibu nya Lina.
"Tapi mas...."Lina masih berusaha untuk merayu sang suami yang memang sulit untuk dibantah,tapi Lina masih mau mencoba.
"Gak,mas bilang nggak ya nggak...."keukeh Reno karena ia menolak pergi kesana bukan tanpa alasan.
"Ya udah kalo gitu aku boleh pergi sendirikan...."Lina tau ini akan sia sia tapi tak ada salahnya mencoba.
"Gak mau kamu sendiri atau ditemani siapapun kamu gak boleh kesana..."Reno tau jika disaat seperti ini bukanlah waktu yang tepat untuk berkunjung kesana.
"Aku mau kesana..."rengek Lina yang mulai menangis.
"Kamu mau ngapain kesana..."Reno setengah berteriak.Ia masih heran apa yang istrinya harapkan dari keluarganya itu.
Terkahir kali mereka kesana, tepatnya sebulan yang lalu,itu membawa efek yang buruk bagi kesehatan Lina dan tentu saja itu berdampak juga pada kesehatan janin yang dikandungnya.
Setiap Lina pulang dari mengunjungi ibunya,dia selalu menangis dan banyak melamun bahkan pernah perutnya sampai mengalami kontraksi karena Lina terlalu stress.
Sebenarnya setiap satu bulan sekali Reno dan Lina selalu mengunjungi mereka,tapi semenjak kehamilan Lina yang semakin besar Reno meminta sang istri untuk pergi kesana setiap tiga bulan sekali.Reno melakukan itu ya bukan tanpa alasan,dia hanya ingin istrinya itu menjalani masa kehamilan dengan bahagia.
"Nanti saja kamu kesananya kalo udah lahiran..."Reno memberi saran yang menurutnya tepat.
"Gak pokoknya aku mau kesana sekarang..."Lina berlari menuju kamar untuk bersiap,ia tak lagi menghiraukan Reno yang masih berusaha menahannya.
"Kata mas jangan pergi ya jangan...."teriak Reno ikut menghampiri sang istri dikamar.
Lina tak memberi jawaban dia hanya sibuk bersiap, Lina tau suaminya itu bermaksud baik tapi bagaimana pun jugia harus kesana.Mengingat inilah cara satu-satunya yang bisa membuat ibunya senang, walaupun selalu ada kata kata menusuk disetiap perkataannya fisetiap ia berkunjung.Dulu Lina mendengar kata kata seperti itu sudah terbiasa tapi tidak dengan sekarang,di masa kehamilannya membuat lebih sensitif.
Apalagi sikap ibunya yang seakan-akan tak peduli akan dirinya dan kehamilannya,itu memang hal yang biasa tapi Lina ingin setidaknya ibunya perhatian sedikit akan calon cucu nya.
"Jangan kesana ya..."Reno memeluk Lina dari belakang.Emosi yang sudah memuncak coba ia redam dalam dalam.
Bagaimana pun Reno masih sadar jika sang istri sekarang tengah hamil dan butuh kesabaran ekstra untuk menghadapinya.
"Mas janji nanti setelah dede nya lahir,mas akan menemanimu kesana.Jika perlu kita menginap disana..."Reno bukan mengucapkan sebuah janji tapi hanya sebagai penghibur bagi Lina.
"Tapi mas...."Lina masih tak setuju tapi melihat bagaimana suaminya begitu peduli dan menyayanginya, perlahan ia luluh.
Lina tau jika didunia ini hanya Reno yang ia miliki, hanya Reno yang selalu ada untuknya bahkan hanya keluarga dari suaminya yang menganggapnya benar benar sebagai anak.Dari Reno semuanya berasal,kasih sayang, kepedulian, perhatian,dan kasih sayang orang tua semuanya ia dapat karena ia memiliki Reno didalam hidupnya.Bahkan sekarang kehidupannya akan semakin sempurna dengan kehadiran buah cinta mereka.
Drrrtt...
Drrrttt...
Drrrttt....
Tiba tiba handphone Lina berbunyi, tertulis dilayar sana nama "Ibu ku" yang artinya itu ibunya Lina.Sedangkan untuk ibu mertuanya Lina memberi nama "Ibu" saja.
Melihat itu Reno langsung segera mengambil alih handphone Lina.Sekarang ia tau alasan mengapa istrinya sangat ingin pergi kesana.
"Ya hallo bu..."jawab Reno menerima panggilan dari sang mertua.
"Lina nya lagi gak bisa diganggu bu..."Reno masih memeluk Lina erat,ia seakan takut sang istri akan mengambil alih handphonenya kembali.
"Ouh ia bu nanti akan saya sampaikan.Selamat siang..."tebakan Reno benar ternyata ibu mertuanya itu yang terus meminta Lina datang kesana dengan alasan ia rindu.
"Rindu matamu,dia tak rindu kamu sayang dia hanya rindu dengan uangmu..."ucap Reno begitu menutup telponnya.
Lina hanya tertunduk tak bisa menjawab.Bagaimanapun yang dikatakan suaminya itu benar,hal yang bisa membuat hubungan ibu dan anak ini masih bisa terus berlanjut ya karena itu.Karena uang.
Reno tau jika disetiap bulannya sang istri selalu menyisihkan uangnya untuk sang ibu,dan Reno tak marah.Ia tau jika ibunya Lina itu ibunya juga. Tapi yang tak ia habis pikir kenapa ada orang tua macam itu.Disini jelas jelas yang bersalah itu bukan Lina melainkan dirinya tapi mengapa harus istrinya yang selalu disalahkan.
"Maaf..."satu kata itu yang keluar dari mulut Lina.
"Ini bukan salah mu sayang..."Reno semakin mempererat pelukannya dan sesekali menciumi pipi istri yang sekarang sudah sangat cabi.Sebab kehamilannya yang sudah menginjak 36 minggu.
"Maaf..."Lina masih mengucapkan kata maaf bagaimana pun memiliki orang tua yang hanya menyukai harta,itu menjadi hal yang memalukan untuk Lina.Mengingat Reno dan keluarganya bukanlah orang orang yang mendewakan harta dan materi.
"Mas gak mau kamu berkata seperti itu,jika bukan untuk kesalahan yang kamu buat..."Reno membalik tubuh Lina untuk berhadapan dengannya.
"Hey nak,jika nanti kamu sudah besar kamu harus janji sama ayah.Jaga ibu mu baik baik dan buatlah ia selalu tersenyum..."ucap Reno dengan mengelus perut Lina yang sudah membesar.
Reno dan Lina sepakat mereka tidak ingin mengetahui jenis kelamin bayi mereka.Karena mereka ingin merasakannya surprise yang orang tua rasakan dulu dengan tak mengetahui kelamin sang calon bayi.Reno pikir itu pasti akan menjadi hal yang sangat mengesankan dan membahagiakan karena bagaimanapun ini calon anak pertama mereka,mau perempuan ataupun laki-laki itu tidak masalah.
"Cium donk,ayahnya ganti..."rengek Reno manja begitu ia selesai berbicara dengan calon buah hatinya.
* * * *
Pagi ini Reno sengaja tak langsung pergi kekantor. Karena hari ini ia mempunyai acara yang sangat penting, yaitu mengunjungi rumah mertuanya.
Reno tak sendiri ada Leo yang selalu menemaninya, karena disini ia sangat memerlukan bantuan sahabatnya yang lebih bisa bersabar dibandingkan dirinya.Sebab kesabaran ekstra yang Reno miliki hanya untuk menghadapi istrinya.
"Ren,loe yakin mau ngelakuin ini. Istri loe itu lagi bunting loh.Famali kalo kata orang dulu mah ngelakuin hal hal yang berlebihan gini..."Leo mencoba mengingatkan sang sahabat yang mau melabrak sang mertua.
"Hey yang berlebihan itu dia, bukan gua.Selama ini gue diem aja ya Le,kalo bukan karena Lina gue juga udah ngelakuin hal ini dari dulu..."belum juga sampai tujuan Reno sudah sangat tersulut emosi dan bagaimana nanti itulah yang Leo khawatirkan.
"Kalo boleh gue saranin sih ya.Loe tahan dulu sampai Lina lahiran..."Leo memberi saran.
"Gak gue maunya hari ini..."keukeh Reno yang memang tak pernah mau mendengarkan orang lain.
"Heuuh,pak Ari ya pak kalo istri lagi bunting itu gak boleh ngelakuin hal hal yang ekstrim kan.Apalagi mau ngancem mertua sendiri,itu gak baik kan pak..."Leo mencoba mengajak sang supir bekerja sama.
"Iya pak,kata orang dulu itu pantangan yang harus dihindari pak.Apalagi kan itu ibunya istri bapak kalo dia sampai sakit hati gimana pak.Apalagi sampai keluar kata kata yang tak diharapkan bisa jadi doa loh pak...."Pak Ari mendukung perkataan Leo yang memang benar juga.
"Tuh kan Ren, sekarang loe tahan dulu ya..."Leo tau jika sudah menyangkut Lina,Reno kalah sikap egoisnya itu luntur melebur.
"Ya deh, puter balik aja pak kita kekantor...."Tuh kan jika sudah menyangkut Lina Reno itu selalu kalah.
Leo dan pak Ari tersenyum penuh kepuasan.Boss nya ini memang sudah banyak berubah semenjak hubungannya dengan sang istri membaik.Wajahnya pun terlihat lebih hangat dipandang dibandingkan dulu.
Ya sebenarnya tentang pamali itu,Leo pun sebenarnya kurang mengetahuinya dengan jelas tapi yang Leo tahu, setiap perbuatan yang dilakukan oleh orang tua selama masa kehamilan itu sedikitnya banyak memberi pengaruh pada sang calon bayi.Iya itu katanya sih,tapi tidak ada salahnya kan untuk mempercayai omongan orang tua terdahulu.