Atas usaha yang Aksa lakukan dengan susah payah, akhirnya ia bisa membawa Irona ke dalam kamar.
"Akhirnya, kita bisa berduaan" gumam Aksa sebari memeluk tubuh Irona dari belakang.
"Emang kamu mau ngapain, sih?"
Aksa tidak menjawab. Laki-laki itu justru menelungkupkan wajahnya di dalam ceruk leher Irona. Ia seperti seekor kumbang yang sedang menghirup bunga dan mengambil sari madu di dalamnya.
"Aksa, jangan gini, dong. Perasaan gue nggak enak" batin Irona.
"Bentar aja. Ijinin aku buat kayak gini"
Irona mengusap kedua tangan Aksa yang melingkar di perutnya. Deru napas Aksa terdengar tepat di samping telinga kanan Irona.
Mereka saat ini sedang berdiri di depan sebuah jendela yang besar dan lebar. Dengan posisi seromantis ini, membuat hati Irona terbuai.
Dulu, wanita itu pernah membayangkan berada dalam posisi ini sebari melihat menara eiffel di depannya. Namun sekarang ia mengerti, kebahagiaan bukanlah di mana kita berada, tapi dengan siapa kita berjumpa.