"Kupikir ini hanya mirip," ucap Carl kemudian.
"Ah, mungkin begitu," sahut Loria. Namun, mata Loria terus memandangi foto tersebut. Pria dalam foto tersebut benar-benar sangat mirip dengan Shane.
"Aku akan menghubungimu nanti," Carl berkata sembari menutup galery ponselnya.
"Baiklah, terima kasih banyak. Semoga aku bisa segera mendapatkan kabar baik darimu," tukas Loria. "Aku pamit, kurasa malam semakin larut dan aku sudah terlalu lama mengganggu kencan kalian berdua," lanjut Loria.
LORIA APARTEMENT
"Kau! Apa yang kau lakukan disini?" Loria mengernyitkan keningnya seraya menatap gusar pada wanita yang kini berada dihadapannya.
"Aku hanya ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja,"
"Oh, tidak. MOM!!" Loria menaikan nada suaranya dan menekankan satu kata yang sangat ia benci seumur hidupnya. "Pergi dari depan rumahku, sekarang."
"Kau tak ingin tahu dimana aku tinggal?" tanya Elizabeth.
"Itu bukan urusanku, dan aku tak peduli," sahut Loria dingin.
"Aku hanya mengkhawatirkanmu. Aku ingin berbincang denganmu layaknya ibu dan anak sebelum aku pulang kembali ke Lyon besok pagi," tukas Elizabeth.
"Great! Itu kabar baik yang kudengar hari ini. Tapi, aku tak punya waktu untuk itu, kau tahu hubungan kita tak sedekat itu bukan?" Loria berkata seraya memencet beberapa digit angka dan masuk ke dalam apartementnya. Meninggalkan Elizabeth yang masih berdiri di depan pintu sendirian.
Apartement yang Loria tinggali merupakan tipe penthouse dengan ruangan-ruangan yang sangat luas. Loria dapat merasakan sepi menjalari tiap inci tubuhnya saat ia merebahkan dirinya di atas kasur putih besarnya.
Nyatanya semua uang yang ia miliki tak pernah bisa memberinya kebahagian, apalagi menghapus semua traumanya. Ketakutannya akan cinta dan pernikahan membuat ia tertekan sendirian.
"Andai saja aku bisa mengatasi semua rasa traumaku sebelum kau menghilang," gumam Loria pelan sebelum akhirnya ia kembali terlelap.
***
Sayup-sayup kembali terdengar bunyi bel yang dipencet berulang kali sehingga mengganggu waktu istirahatnya. Hari ini hari minggu dan tak seharusnya bagi Loria untuk bangun sepagi ini setelah melewati beberapa hari melelahkan.
Loria memicingkan matanya seraya menatap angka-angka kecil di layar ponselnya.
"06.15 pagi," gumam Loria pelan. Loria menarik selimut bedcovernya sampai menutupi seluruh tubuh dan juga kepalanya. Ia tak mau waktu istirahatnya terganggu oleh siapapun juga. Namun, bel terus berbunyi seakan ada suatu hal penting yang tengah menunggunya di luar sana.
"OK!" Loria berseru keras seraya menyingkap selimut bedcovernya dengan gusar. Ia berjalan menuju pintu depan untuk melihat siapa yang sedari tadi memencet bel dan mengganggu waktu pagi dan istirahatnya.
Seorang wanita bertubuh tinggi semampai dengan rambut ikal panjang hitam tergerai indah, sedang berdiri di depan pintu apartement Loria seraya terus menerus memencet bel.
"Apa kau tak memiliki kesibukan lain selain menganggu privacyku sepagi ini?" tanya Loria seraya membuka sedikit pintu apartementnya dan menahannya dengan grendel pintu sudut yang sudah disediakan.
"Ah, Loria Winslow si pengacara hebat yang sudah berani menyembunyikan adikku. Akhirnya kau keluar juga," ucap wanita tersebut.
Loria menyibak rambutnya kebelakang dan memutar bola matanya yang kini sudah terjaga sepenuhnya. Sekarang ia tahu bahwa wanita yang berdiri dihadapannya ini adalah Arabella Howard, kakak dari Shane.
"Pergilah, kah sudah mengganggu waktuku dan ucapanmu selalu tak masuk akal," tukas Loria. Ia masih menjaga nada suaranya agar tak terdengar marah.
"Buka pintu ini dan biarkan aku masuk," pinta Arabella.
"Kubilang aku tak pernah menyembunyikan Shane, apa kau tuli?" tanya Loria. "Sejak awal kau menghubungiku, yang kau lakukan hanyalah menuduhku tanpa alasan jelas, tak bisakah kah bekerjasama saja dengan para detektif yang memang bertugas mencarinya tanpa menyudutkan dan menuduhku?" Loria berkata panjang lebar pada Arabella.
Ia tak peduli jika Arabella masih mengganggunya lewat telepon yang tiada henti ataupun pesan singkat yang terus menerus ia kirimkan layaknya spam dari marketing kartu kredit sebuah bank. Tapi ini, Arabella sudah berani menginjakan kakinya tepat di depan apartementnya dan sudah melewati batas aturan dan kesabaran yang Loria miliki.
"Kau berani melawanku? Kau tak tahu siapa aku dan siapa Shane sebenarnya? Kaulah yang membuat keluarga kami kehilangan Shane!" Arabella nampak gusar saat mengatakannya. Meski hanya lewat celah kecil pintu, Loria pun dapat dengan jelas melihat kepanikan dan kemarahan yang kini Arabella tunjukan.
"Berhentilah mengganggu privacy yang aku miliki, posisimu dan aku sama. Aku pun sedang mencari Shane, jadi, berhentilah menuduhku menyembunyikannya," tandas Loria sembari kembali menarik grendel dan menutup pintunya.
Arabella kembali menekan bel berkali-kali dan saat ini Loria nampak tak peduli. Ia lebih memilih menuju dapur untuk mengambil segelas susu plain low fat dan kembali masuk ke dalam kamarnya.
Paginya sudah sangat kacau, rasanya tak ada hari yang tak berantakan yang Loria lewatkan. Hari-harinya menjadi semakin tak karuan semenjak menghilangnya Shane. Menyebalkannya lagi Loria masih belum bisa memecahkan apa yang sedang Shane sembunyikan.
Jika mendengar apa yang Arabella katakan dan apa yang Carl katakan, itu semua sangat berkaitan dengan Shane. Terlebih lagi foto yang Carl tunjukan padanya memang sangat persis dengan wajah Shane. Tapi mengapa namanya berbeda? Nama yang beda meski nama keluarga yang sama. Apakah benar Shane adalah seorang pewaris yang tiba-tiba saja menghilang?
Drrtt Drrrtt Drtttt
Lamunan Loria dibuyarkan oleh suara getar ponselnya. Ia melihat nama Eldrick tertera disana.
"Jika kau punya nyali dan ingin meminta maaf datanglah ke apartementku sekarang." Loria menjawab panggilan masuk dari Eldrick dan mematikannya sebelum ia mendengar apa yang akan Eldrick katakan.
Jelas Loria hanya bermain-main dengan perkataannya. Ia yakin benar bahwa Eldrick tak akan berani datang menyambangi apartementnya, apalagi sampai meminta maaf atas apa yang ia katakan kemarin malam.
Loria menyimpan gelas susu yang sudah habis ia minum dan kembali berbaring di atas kasur empuknya. Suara bel dari luar pun kini sudah berhenti berbunyi. Mungkin Arabella sudah pergi dan membiarkannya beristirahat untuk beberapa saat.
Entah sudah berapa lama Loria kembali tertidur, namun ia kembali melihat sosok Shane kini berada tepat dihadapannya. Apakah ini mimpi? Apakah ia berhalusinasi lagi seperti beberapa hari yang lalu? Ah ... tapi hanya Shane yang mengetahui password apartementnya. Ia tak pernah memberitahu siapapun lagi selain tunangannya tersebut.
"Shane, kau pulang? Kau disini sekarang?" tanya Loria lirih. Ia melingkarkan tangannya pada pinggang pria yang kini duduk disamping tempat tidurnya.
"Sadarlah,"
"Akh sepenuhnya sadar dan aku tahu ini dirimh," sahut Loria.
"Ini aku,"
"Ya, aku tahu kau Shane," tandas Loria tanpa melepaskan pelukannya sedikitpun. Matanya terpejam rapat seakan menikmati hadirnya sosok tersebut.
"Hey! Sadarlah! Loria, ini aku!"
Mendengar sentakan tersebut Loria mendongakan wajahnya dan menatap pria tersebut dalam-dalam.