Happy Reading
Pagi hari hingga menjelang istirahat, Felicia dan Maya benar-benar menjadi asisten sang wali kelas. Mereka berdua bersama-sama membantu James untuk mempraktekkan semua pelajaran yang sedang diajarkannya. Lelaki itu cukup puas pada kedua asistennya itu. Dia tak menyangka jika Maya dan Felicia bisa melakukannya dengan sangat baik. "Untuk berterima kasih dengan bantuan kalian hari ini, aku akan mentraktir kalian di kantin saat istirahat," ucap James pada kedua gadis yang masih sibuk membereskan laboratorium.
"Terima kasih, Pak James untuk tawarannya. Kami berdua akan bertugas di perpustakaan saat istirahat nanti," jawab Maya pada wali kelasnya itu.
James hanya menganggukkan kepalanya sambil memandangi mereka berdua. Tidak disangka jika Maya yang terlihat begitu konyol bisa bertugas di perpustakaan. Itu artinya jika Maya adalah seorang gadis yang gemar membaca. Sebagai wali kelasnya, James baru mengetahuinya saat itu. "Bagus, saya sangat bangga pada kalian berdua. Selain cantik kalian juga rajin membaca buku. Sejujurnya itu sedikit mengejutkan, terutama kamu, Maya. Biasanya kamu terlihat banyak bercanda daripada serius belajar," ujar lelaki yang menunjukkan ekspresi terkejut pada dua gadis cantik yang terlihat sangat menarik bagi James.
Setelah membereskan laboratorium, Felicia dan Maya langsung pamit meninggalkan tempat itu. Mereka langsung menuju ke perpustakaan untuk bertugas di sana. "Felicia. Ada sesuatu yang membuatku sangat penasaran kepadamu," cetus Maya sambil menatap sahabatnya itu penuh tanya.
"Tentang apa?" tanya Felicia sambil menatap buku yang sedikit berantakan di rak perpustakaan.
"Apa kamu dan Pak James memiliki hubungan khusus?" tanya Maya dengan sebuah keraguan besar di wajahnya.
Felicia langsung menghentikan aktivitasnya, dia pun menatap Maya dengan penuh rasa penasaran. "Bagaimana kamu bisa berpikir seperti itu, Maya?" Felicia kembali bertanya pada sahabatnya itu.
"Maaf .... Maafkan aku Felicia, aku tidak bermaksud untuk mencampuri urusan pribadi mu. Aku hanya terlalu penasaran hingga tak bisa menahan diri untuk tidak menanyakan hal itu kepadamu." Maya terlihat sangat menyesal menanyakan hal itu. Dia takut jika Felicia merasa tersinggung dengan ucapannya. "Kamu tak perlu menjawab pertanyaanku. Itu murni karena rasa penasaran di dalam hatiku." Maya kembali menjelaskan semuanya pada Felicia yang masih terdiam sambil memandangi sahabatnya yang salah tingkah.
Gadis itu bisa melihat kegelisahan dan rasa tak nyaman dari wajah Maya. Felicia pun menepuk pundak sahabatnya itu sambil tersenyum hangat padanya. "Jangan merasa bersalah, apa yang kamu pikirkan tidak semuanya salah," sahut Felicia sebelum berjalan menuju pintu keluar. "Apa kamu mau tetap di sana?" tanyanya pada Maya yang masih terlihat bingung mendengar jawaban dari gadis cantik yang sudah beberapa hari menjadi sahabatnya.
Maya langsung bangkit dan mengejar Felicia yang sudah lebih dulu keluar dari ruangan itu. "Tunggu!" teriaknya sambil mengejar sahabat dekatnya yang sudah berjalan menuju ke ruang kelas. Namun Felicia terus melangkahkan kakinya tanpa menoleh ke belakang. Tak lama setelah sampai di kelasnya, guru pengajar sudah datang. Hal itu membuat Maya harus kembali menahan rasa penasaran di dalam hatinya. Rasanya dia sudah tidak tahan untuk menyimpan perasaan itu di dalam hati. Dalam benaknya, jam pelajaran seolah tak segera berakhir dan terasa sangat lama juga membosankan. "Pulang sekolah ku tunggu di mobil," bisiknya pada Felicia yang duduk tepat di sampingnya. Maya bangkit dari tempat duduknya dan beralasan pada guru pengajar sedang tak enak badan. Dia pun meminta ijin untuk beristirahat sebentar di dalam mobil. Karena sebentar lagi juga jam sekolah akan berakhir. Untung saja guru pengajar itu mengijinkan Maya untuk keluar duluan.
"Dasar gila!" gerutu Felicia saat melihat kelakuan Maya yang sedikit berlebihan hingga beralasan sedang sakit. Padahal dia sangat tahu jika sahabatnya itu baik-baik saja. Dia pun hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil menunggu jam pelajaran akan segera usai.
Di tempat parkir mobil, Maya baru akan masuk ke dalam mobil saat seseorang sedang memanggilnya.
"Maya! Apa yang kamu lakukan di sini? Bukankah ini belum waktunya pulang?" Sebuah suara yang sangat familiar bagi Maya, berhasil mencegahnya untuk masuk ke dalam mobil.
"Pak James. Saya sudah memohon ijin pada guru pengajar untuk beristirahat karena sedang tak enak badan." Gadis itu sengaja beralasan yang sama, dia takut jika wali kelasnya akan menghubungi guru yang sedang mengajar.
James terlihat mempercayai ucapan Maya kepadanya. Lelaki itu juga melihat jika gadis itu terlihat sedikit lelah. "Kenapa kamu tidak pulang saja ke rumah? Bukannya malah istirahat di dalam mobil," tanya James pada gadis itu.
Maya memperlihatkan wajah memelas dan juga sedikit lemas. Padahal dia sangat baik-baik saja hanya terlalu kesal karena Felicia tak kunjung memberikan jawaban atas pertanyaannya tadi. "Saya berjanji untuk mengantarkan Felicia pulang, Pak. Dia tak tak membawa sepeda hari ini, jadi saya akan menunggunya di sini," jelasnya pada sang wali kelas.
"Biar saya yang mengantar Felicia," tegas James tanpa menyadari apa yang sudah dilakukannya.
"Apa! Pak James mau mengantar sahabatku pulang? Apa Anda kekasihnya?" Maya langsung menunjukkan ekspresi keterkejutannya atas ucapan James terhadap dirinya. Gadis itu masih mencoba untuk memikirkan maksud dari jawaban James terhadapnya.
Lelaki itu juga sangat terkejut dengan jawaban yang baru saja keluar dari mulutnya. Seolah dia tak sadar telah mengatakan hal itu pada muridnya sendiri. "Jangan salah paham! Sebagai wali kelasnya, aku bertanggungjawab atas keselamatannya." James sengaja berkilah untuk menutupi perasaannya. Dia tak ingin jika orang lain menyadari perasaannya sebelum sang pujaan mengetahui hal itu. Walaupun dalam hatinya, James mengharapkan sesuatu yang mungkin saja akan sangat sulit baginya.
Tanpa mereka sadari, Felicia yang baru saja keluar dari kelasnya melihat Maya dan James sedang mengobrol berdua saja. Ada sebuah perasaan aneh yang bergemuruh dengan sangat hebat di dalam hatinya. Sebuah kecemburuan yang tiba-tiba saja menyesakkan dadanya. "Maya! Kamu keluar dari kelas karena janjian dengan Pak James?" tanyanya dengan wajah yang sangat kecewa.
Maya yang baru menyadari akan kedatangan Felicia menjadi sangat terkejut. Dia tak ingin sahabatnya itu salah paham dengan apa yang baru saja dilihatnya. "Kamu sudah salah paham. Pak James sengaja mendatangi aku karena beliau pikir aku sedang membolos," jelas Maya sambil menggenggam tangan sahabatnya yang terlihat sangat kecewa dengan dirinya. "Kamu bisa bertanya langsung pada Pak James," tambahnya lagi.
Felicia langsung memandang wajah tampan seorang lelaki yang membuatnya jatuh cinta pada saat pertama kali berjumpa dengannya. Rasanya dia tak sanggup mengatakan apapun pada lelaki di depannya itu. Tanpa mengatakan apapun, Felicia membalikkan badannya dan berjalan masuk ke dalam mobil Maya. "Lebih baik kita pulang sekarang," ajaknya pada Maya yang masih bingung dengan pasangan di depannya itu.