Devano benar-benar mengobati Melati dengan telaten. Sentuhan-sentuhan kecil yang berasal dari telapak tangan pria itu membuat tubuh Melati kaku sekaligus meremang, bulu kuduknya seketika sudah berdiri serempak di balik tengkuk dan punggungnya.
Pria itu malah duduk di sampingnya tanpa merasa canggung sama sekali. Alih-alih tak peduli malah Tuannya itu terlalu peduli sampai-sampai dia tak paham, kenapa Devano mau repot-repot memberikan segala perhatian untuknya?
"Euhm Tuan, sudah, biar saya saja yang mengobati," kilahnya untuk membuat Devano berhenti.
Devano merasa Melati terlalu keras kepala. Dia mengangkat kepalanya dan memandang tajam Melati sampai gadis itu menciut dan terdiam mengunci mulutnya sendiri.
Deg! Deg! Deg!
Degup jantungnya bergerilya hebat. Kepala gadis itu segera menunduk, wajahnya memanas karena rasa malu kalau-kalau Devano mendengar detak jantungnya itu yang menggila.
"Kamu ngapain nunduk begitu? Karena saya ganteng?"