Saat Wen Qiao makan siang di kantin, dia duduk di tempat yang kosong. Dia tahu di belakangnya ada banyak orang yang sedang menunjuk ke arahnya dan mengoloknya tentang masalah surat cinta itu.
'Saat kamu datang ke dunia, kamu harus melihat matahari dan berjalan bersama dengan orang yang kamu cintai. Wow, puisi Haizi sangat klasik dan mempesona.'
'Kamu adalah bulan dan angin di bulan Februari, cahayamu menghilangkan semua hal buruk dalam hidupku. Wow, kemampuan sastranya sangat bagus, sayang sekali tidak ikut lomba menulis karangan.'
Candaan yang bercampur dengan cemoohan, hal itu sudah dirasakan oleh Wen Qiao selama 1 tahun belakangan ini. Kemanapun dia berjalan maka dia akan mendengarkan hal seperti itu sehingga dia sudah terbiasa.
Lu Youyou meletakkan piringnya dengan keras, lalu dengan marah berteriak kepada orang-orang itu, "Sial, kalian sudah selesai bicara atau belum!"
Orang-orang itu malah tertawa secara sembunyi-sembunyi.
Wen Qiao menarik tangan Lu Youyou, "Sudah makan saja, untuk apa kamu marah kepada orang-orang itu? Buang-buang tenaga saja."
Lu Youyou dengan marah memukul meja, "Xu Lu kurang ajar, Zhuang Yan lebih kurang ajar. Dia tidak suka kepadamu ya sudah untuk apa menginjak-injak ketulusanmu?"
Wen Qiao mengusap kepala Lu Youyou lalu berkata lagi, "Sudah, aku saja tidak memikirkannya. Kelak aku akan menjalani kehidupan yang baru. Kita tidak perlu terluka atau marah untuk orang yang tidak layak, hm?"
Lu Youyou yang masih kesal kembali memukul meja.
Untuk mengalihkan pikiran Lu Youyou, Wen Qiao berkata, "Youyou, jika ada orang yang bertanya kepadamu apakah aku pacaran dengan laki-laki bernama Fu Nanli maka katakan saja kamu tahu, tapi tidak paham ceritanya secara detail, mengerti?"
Lu Youyou yang sedang minum kuah dan mendengar itu langsung menyemburkan kuah yang ada di dalam mulutnya, tapi untung saja reaksi Wen Qiao sangat cepat jadi kuah itu mengenai tempat duduknya saja.
Wen Qiao mengambil tisu kemudian membantu Lu Youyou membersihkan bibirnya. Lu Youyou menahan tangan Wen Qiao lalu bertanya, "Fu Nanli? Aku pernah mendengarnya, dia adalah pewaris satu-satunya kekayaan perusahaan Fu kan? Selain itu dia adalah kakak tampan di dunia penerbangan! Kamu dan dia…"
"Panjang jika diceritakan, aku juga tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya yang jelas jika ada yang bertanya kepadamu katakan sesuai yang aku katakan tadi."
Setelah selesai makan, Lu Youyou terus mengikuti Wen Qiao hingga saat mereka tiba di minimarket setiap dari mereka mengambil masing-masing 1 gelas teh susu, kemudian setelah Wen Qiao minum 1 teguk dia menceritakan secara singkat apa yang dia alami 2 hari ini.
Tentu saja dia tidak mengatakan tentang dirinya yang terlahir kembali, tapi dia menceritakan tentang perkataan yang dia dengar di dalam kepalanya tentang dirinya yang harus berada di sisi Fu Nanli, jika tidak dia akan meninggal.
Lu Youyou menggigit sebuah boba lalu dengan mata berbinar berkata, "Itu adalah takdir seperti yang ada di legenda-legenda. Aku tidak pernah bertemu dengan Fu Nanli tapi reputasinya benar-benar sangat baik, dia misterius, bukan playboy, dan juga kaya raya. Semua artis terkenal di kota Gang berlomba-lomba untuk bisa menjadi pasangan Fu Nanli, tapi aku sama sekali tidak menyangka kesempatan itu malah jatuh kepadamu."
Wen Qiao merasa khawatir, "Saat dia mengingat kembali semuanya, maka saat itu juga aku akan hancur."
Lu Youyou menepuk pundak Wen Qiao, "Mungkin saat saat itu Tuan muda Fu benar-benar sudah menyukaimu, jangan panik."
Setengah 2 siang, ruangan auditorium dipenuhi oleh 200 orang yang duduk menyebar.
Hanya ada 12 siswa yang akan dapat mengikuti wawancara, beberapa profesor dari Central Conservatory of Music datang dan duduk di barisan pertama, kemudian pembawa acara sudah ada di atas panggung.
Dari belakang tirai yang ada di panggung, Wen Qiao dapat melihat Wen Jianmin, Zhong Hui dan Wen Xuan memasuki ruangan, mereka berdua duduk di barisan ketiga. Sudah jelas sekali bahwa ayah kandungnya datang untuk memberikan dukungan kepada Xu Lu.
Karena ibunya sibuk bekerja, dia tidak ingin membuat ibunya kelelahan karena harus datang dan pergi, jadi dia tidak mengatakan tentang hal ini kepada ibunya. Karena itu tidak ada seorangpun dari keluarganya yang akan menyaksikan pertunjukannya.
Lampu ruangan auditorium perlahan mulai meredup, guru yang ada di belakang panggung memanggil nama Wen Qiao, "Wen Qiao, kamu urutan nomor 12, urutan terakhir."
Wen Qiao berbalik badan kemudian dia melihat pintu belakang ruang auditorium perlahan terbuka dan terlihat sosok bayangan tinggi besar yang tidak asing berjalan masuk...