"Mudah banget mulutmu bicara, lidah emang nggak ada tulangnya," cela Anantha.
"Aku sungguh-sungguh.. Nabila pasti mau, dia gadis yang tinggal sendiri, maksudku sudah tak miliki ayah dan ibu, sekalian memuliakan anak sebatang kara," Alia kembali memojokkan Anantha tapi kali ini ucapannya dengan serius.
"Aku yakin, kalau toh dia mau itu pun karena paksaanmu," timpal Anantha.
"Nah! Yang kamu katakan benar sekali, tak usah ditanya lagi," jelas Alia tak tahu diri.
"Cih! Bisa-bisanya ngomong seperti itu,"
"Yang penting kakak bisa membuatnya bahagia, kenapa tidak?! Ku yakin kakak akan jatuh cinta karena kebaikan anak lugu dan penurut itu," Alia selalu demikian, sulit di kalahkan ketika sudah berdebat.
"Dasar orang marketing, menawarkan gadis buat di nikahi seperti jualan panci," mereka masih berdebat ketika Aruna menarik tangan Mahendra dan melambaikan tangannya pada baby Alan yang tampaknya belum mau tidur.