Maya pergi meninggalkan Putri Elisa yang sedang morang - maring. Ia tersenyum membayangkan hidup Pangeran Husen akan penuh warna sekarang. Di temani seorang istri dewasa dan dua orang istri yang manja. Serta sebuah kerajaan yang harus Ia urus. Pangeran Husen tidak akan memiliki kesempatan untuk berbuat aneh - aneh lagi. Dalam hal ini Maya mengakui kalau strategi Nizam sangat baik.
Sesampainya ditempat para prajurit, Maya tampak sedikit ragu. Ia gelisah berdiri di depan pintu gerbang untuk masuk ke dalamnya sehingga Maya hanya bisa berdiri saja.
"Kau mau bertemu Amarkah?" Tiba - tiba terdengar suara dari belakangnya. Maya hampir saja semaput pingsan saking kagetnya. Apalagi ketika kemudian Ia menoleh ke belakang, Wajah datar Arani menyambutnya. Duh.. mengapa wanita besi itu harus berada di depannya sekarang.