Amora berdiri mematung dan menyender di tiang. Ia adalah asisten yang tadinya disiapkan untuk melayani Alena tetapi ternyata yang datang adalah Putri Rheina. Ia melirik ke arah Poh dan Arlita yang terduduk gemetar di sudut dekat taman. Teriakan Putri Rheina jelas terdengar hingga kemudian teriakan itu berhenti. Ia juga mendengar bagaimana Putri Rheina menyumpahi Pangeran Barry. Amora sungguh merasakan udara disekitarnya terasa membeku. Disaat semua orang bahkan berusaha menahan nafas agar tidak terdengar seperti suatu keluhan di telinga Pangeran Barry. Putri Rheina malah menyumpah serapahi Pangeran kejam itu.
Amora sudah merasa yakin kalau Putri Rheina pasti akan keluar hanya jasadnya saja. Wajah Poh dan Arlita terlihat sangat murung. Entah apa yang dipikirkan oleh mereka. Amora kemudian berjalan menghampiri mereka dan ikut duduk. Walaupun Ia memiliki ilmu bela diri dan berlatih rutin setiap hari tetapi lututnya terasa lemas membayangkan kejadian yang berada di dalam.