Petugas ambulans menurunkan Kirana yang tidak sadarkan diri begitu mereka sampai di Rumah Sakit Amerta. Mereka menaikan tubuh pucat Kirana yang bersimbah darah ke atas ranjang pasien dan menodorongnya buru-buru masuk ke dalam lobby.
Bastian berlari mengikuti langkah cepat para petugas rumah sakit. Tak lama Kirana dibawa masuk ke ruang UGD.
Bastian ingin sekali menemani gadis itu di dalam tapi seorang perawat menghentikan langkahnya, "Maaf, sebaiknya Anda menunggu diluar."
Mau tidak mau Bastian duduk di depan ruang tunggu. Ia belum sepenuhnya mempercayai kejadian beberapa jam lalu. Belum bisa mempercayai bahwa Kirana yang pernah menyelamatkan nyawanya, sekali lagi menyelamatkan hidupnya.
Kali ini gadis itu tidak sekedar mendonorkan darah tapi mempertaruhkan nyawanya dengan menerima pukulan balok kayu.
Apa yang dipikirkan gadis itu? Apa dia tidak takut mati? Batinnya.
Terima kasih ya sudah mau membaca novel saya. Ini chapter pertama yang terkunci. Saya terharu sekali membaca komentar-komentar temen-temen.