"Ngapain sih lo ikut-ikut gue? "Tanya kayra yang merasa risih melihat sosok di sampingnya yang terus saja mengikutinya itu.
"Sebagai laki-laki gue harus bertanggung jawab bukan? Dan lo adalah tanggung jawab gue." Ucap Bian.
Mendengar itu membuat Kayra menaikkan alisnya ke atas karena tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Bian tersebut.
"Enyahlah dari hadapan gue saat ini karena gue sedang tidak ingin berdebat. Gue butuh ruang untuk sendiri." Ucap Kayra.
Ketika Bian ingin menjawab ucapan yang dilontarkan oleh Kayra tadi, ponsel miliknya berdering hingga membuat ia langsung saja menoleh ke arah ponselnya tersebut.
"Bunda." Gumam Bian ketika melihat sebuah nama di layar wallpapernya ya saat ini sedang memanggilnya.
Ada sedikit rasa heran ketika melihat nama tersebut muncul di layar wallpapernya. Hatinya terus bertanya-tanya tentang apa yang terjadi hingga membuat sang Bunda menelponnya di jam sekolah seperti ini. Apakah sedang terjadi sesuatu?
Kayra yang berada di sampingnya pun tanpa sadar juga ikut melirik ke arah ponsel yang berbunyi tersebut. Ia bisa melihat Siapa yang sedang menelpon Bian saat ini.
Hatinya terkekeh geli sendiri Karena tanpa sadar orang yang sering saja mengajak dirinya berdebat setiap hari itu merupakan seorang anak mami.
"Sebentar, gue mau angkat telepon dulu. "Ucap Bian. Tanpa sadar dia menahan pergelangan Kayra agar wanita itu tidak meninggalkan dirinya.
Kayra tak memberikan perlawanan apapun saat ini, ia diam di tempatnya menunggu Bian selesai berbicara dengan bundanya.
"Halo Bun, "ucap Bian ketika sudah menekan tombol berwarna hijau untuk mengangkat telepon tersebut.
"Apakah kamu masih berada di sekolah saat ini sayang?" Tanya bundanya.
"Ada apa Bun, tumben bertanya seperti itu?" Bukannya menjawab, Bian kembali melontarkan pertanyaan kepada sang Bunda.
"Bukan apa-apa, Bunda hanya ingin mengatakan bahwa nanti ketika kamu sudah pulang sekolah kamu langsung saja pulang ya tadi aku mah ada sesuatu yang ingin bunda dan ayah bicarakan pada kamu. "Jawab bundanya.
Dan hal itu benar-benar mengundang rasa penasaran Bian saat ini. Entah apa yang ingin dibicarakan oleh bundanya itu.
"Apa Bun?" Tanya Bian.
"Sesuatu yang sangat penting dan tidak bisa dibicarakan melalui telepon seperti ini. Jadi jika sudah pulang maka langsung saja pulang karena kami menunggu kamu di sini. "
"Baiklah jika seperti itu, Bian akan pulang sekarang. "Ucap Bian.
"Pulang? Bukankah jam pulang kamu masih ada sisa 2 jam lagi ya? Mengapa kamu sudah ingin pulang saja? bunda tidak menyuruhmu pulang cepat seperti ini. Maksud bunda, Jika kamu sudah pulang jangan kemana-mana lagi langsung saja pulang ke rumah. "
"Iya Bian tahu kok, tapi tadi Bian bolos jadi daripada luntang-lantung tidak jelas, lebih baik Bian pulang saja agar apa yang ingin bunda dan ayah katakan bisa dibahas secepatnya. "Jawab Bian.
"Kenapa kamu bolos? Apakah bunda dan ayah menyekolahkan kamu di sana dengan kami menjadi donatur, kamu malah seenak-enaknya seperti ini? Kamu tahu, apa yang kamu lakukan ini sama saja akan membuat nama kami berdua buruk nantinya. Kamu sebagai anak satu-satunya seharusnya tahu apa yang harus kamu lakukan." Ujar sang Bunda panjang lebar, menasehati sang anak yang nggak tahu kenapa, bisa menjadi seperti saat ini. Seingatnya dulu, Bian tidak pernah sama sekali bolos walaupun pelajaran yang tidak ia sukai sekalipun.
Ketika mendengar itu biar langsung menatap ke arah Kayra yang ada di sampingnya itu.
"Ini kali pertama dan terakhir kok." Ucap Bian, ia tidak ingin menyalahkan Kayra yang telah membawa dirinya untuk ikutan bolos. Karena sebenarnya memang ini bukanlah kesalahan Kayra, melainkan kesalahan dirinya sendiri yang ingin juga ikutan.
"Baiklah kalau seperti itu, cepatlah pulang karena kami sedang menunggumu. Ada hal penting yang harus kita bicarakan Nak."
"Baik Bun, aku akan segera kesana sekarang juga." Jawab Bian.
"Oke ditunggu ya. "Ucap bundanya dan kemudian panggilan pun langsung berakhir tanpa mendengar lagi jawaban dari Bian.
"Sepertinya aku harus pulang, "ucap Bian
"Jika ingin pulang, iya pulang saja sih Kenapa harus minta izin dulu padaku? Aku tidak memaksa kamu untuk ikut Jadi jika kamu ingin pulang itu adalah hak kamu. "Jawab Kayra.
Setelah mengatakan itu Kayra langsung saja pergi meninggalkan Bian.
Tapi baru saja beberapa langkah ia melangkahkan kakinya, sebuah panggilan masuk pada ponselnya.
Dengan cepat Kayra langsung mengambil ponsel yang sejak tadi ia taruh di saku rok nya. Ia menaikkan alisnya ketika melihat nama mama yang menghiasi layar ponselnya. Entah kenapa ketika membaca nama tersebut ada sedikit perasaan aneh yang menyelimuti dirinya.
Tapi hal itu langsung ia tepiskan dan ia coba untuk berpikir dengan baik. Masalah semalam sudah berakhir dan ia tidak ingin kembali mengingat semuanya itu lagi.
Tanpa berlama-lama lagi ia langsung saja mengangkat panggilan tersebut dengan menekan tombol berwarna hijau.
"Kay, kalau nanti kamu sudah pulang sekolah tolong langsung pulang saja ke rumah ya jangan mampir ke sana ke sini lagi. "
"Ada apa Ma? "
"Ada sesuatu yang mendesak dan kamu harus pulang saat ini juga. Mama sudah mengirimkan Pak Tarno untuk menjemputmu. Jadi langsung saja naik ke mobil."
"Loh kok? "
"Tidak usah bersandiwara lagi Kay, Mama tahu kalau kamu sedang bolos kan hari ini? Sudahlah, Pak Tarno sudah menunggu kamu jadi cepatlah pulang. "
Setelah mengatakan hal itu panggilan pun langsung diputuskan secara sepihak oleh samama tanpa mendengar dulu jawaban yang akan diberikan oleh kayra.
Enta hal penting apalagi yang harus mereka berbicarakan saat ini. Rasanya beberapa hari ini terlalu banyak sekali pembahasan penting yang menurutnya tidaklah terlalu penting. Kedua orang tuanya saja yang terlalu berlebihan dalam menanggapi masalah tersebut. Padahal tidak ada hal apapun.
"Ada apa? "Tanya biar ketika melihat Kayra yang saat ini sudah memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku nya.
"Tidak ada apa-apa kok. Jika kamu mau pulang maka pulanglah. Aku juga akan pulang, barusan mamaku mengatakan bahwa sopirku sudah menjemput. Jadi mari kita pulang Dan lupakan untuk bolos hari ini." Ucap Kayra yang langsung di anggukkan oleh Bian.
Benar juga apa yang dikatakan oleh kayra itu, lagipula mereka bukanlah dua orang teman, jadi jangan terlalu berharap sesuatu yang tidak-tidak!
"Baiklah," jawab Bian dan kemudian mereka berdua pun langsung berpisah. Kayra pergi ke sisi kanan semntara Bian pergi ke sisi kiri.
Tak ada ucapan apapun lagi yang terucap ketika perpisahan tersebut terjadi. Mereka berdua terus melangkah tanpa menoleh ke arah belakang. Sepertinya memang tak akan ada cinta yang akan tumbuh di hati mereka setelah ini.