"Kau kenapa mencuri mahkota itu?" tanya Ren yang dengan cepat mengganti topik pembicaraan.
"Aku membutuhkan uang."
"Jika membutuhkan uang, kau harus bekerja. Kenapa kau mencuri? Apa kau bodoh dan tidak memiliki suatu keahlian apapun?"
"Kami miskin," ujar Ser lirih yang membuat suasana menjadi lebih hening. "Aku dan keluargaku membutuhkan uang untuk hidup kami yang tidak kunjung makmur. Hasil kebun dibeli murah oleh pihak kerajaan, sementara kebutuhan juga banyak termasuk modal untuk kembali berkebun. Para orang kerajaan semakin kaya, mereka juga selalu makan makanan yang segar, namun kami semuanya sangat menderita."
"Kau membalas dendam?" tanya Ren.
"Tidak. Aku hanya ingin membuat raja merasakan kehilangan."
Ren dan Wedden diam menyimak.
"Keluargaku, mereka tewas karena kekurangan makanan sehat dan harus bekerja sangat keras. Ayah dan ibuku sakit-sakitan, adikku … dia harus mengonsumsi air biasa padahal dia masih balita."
Ren mengerutkan dahinya.
"Kasihan sekali," ujar Wedden yang menghayati.
Ser menunduk diam.
"Kau bocah pembohong dan pencuri! Seharusnya aku membunuhmu sejak awal! Sialan!" Ren meraih belatinya dan mengarahkan pada Ser dengan keadaan tangan masih terikat.
Ser yang terkejut segera menarik mundur tubuhnya.
"Aku tahu betul raja Timest adalah orang yang dermawan. Negeri kalian juga sangat subur dengan hasil panen melimpah. Dari ujung perbatasan utara hingga perbatasan selatan, tidak ada seorangpun penduduk yang miskin!" suara Ren meninggi.
Hal itu membuat Wedden bingung. Dia menatap Ser karena dia mempercayai Ren, namun dia juga iba dengan ekspresi Ser yang sama sekali tidak nampak berbohong.
"Kau hanya mengenal mereka dari luar. Kau juga hanya berkeliling dibagian kota. Apa kau pernah pergi ke pelosok desanya?" tanya Ser yang berani menatap Ren. "Kau dari Utara, 'kan? Aku paham kau mengatakan hal semacam ini karena Raja menjamin hidup rakyatnya. Yang sebenarnya akupun ragu akan hal itu. Namun berbeda dengan raja Timest, mereka adalah orang yang memainkan dua peran. Baik di depan, namun sangat keji di bagian dalam."
Wedden cukup terkejut dengan pernyataan bocah itu. terdengar sangat masuk akal. Namun dia tidak habis pikir kalau Ser akan mengatakan hal semacam itu pada seorang Pangeran dari bagian negeri yang lain, yang dapat dengan mudahnya memasukkannya dalam penjara jika omongannya itu adalah kebohongan.
Ren semakin geram.
Dia meantap lekat Ser dengan belati yang masih digenggamnya. Namun suasana kembali berubah saat seorang pria berjubah hitam nan berjambang, Mod, masuk ke rumah tempt mereka ditawan dan menghampiri mereka.
"Dia ingin bertemu dengan kalian," ujarnya yang mengeluarkan belati dari saku dan memtong tali di seluruh tubuh tiga pria itu.
Ren adalah yang pertama dibebaskan. Seelah ketiganya terbebas, pria bermabut merah muda itu segera melemaskan otot lengannya dan hanya dalam hitungan detik dia menendang sosok berbadan besar Mod hingga membautnya terjatuh di lantai.
Dia mengajak Wedden dan Ser untuk lari. Namun sayang, usaha mereka sia-sia karena puluhan pria berjubah hitam telah berdiri melingkar di depan rumah yang mereka tempati.
Dengan penglihatannya yang tajam, Ren dapat melihat masing-masing dari mereka memegang busur dan anak tanah yang mereka letakkan disamping tubuh. Nampak siap untuk melepaskan jika ada perintah.
Langkah Ren, Wedden dan Ser terhenti di halaman depan. Sekitar beberapa langkah dari pintu rumah.
Ren mendengkus kasar. Dia sama sekali tidak melihat adanya pemimpin pasukan yang nyaris membunuh Wedden, namun barisan pasukan ini cukup membuatnya merinding.
"Apa kalian ingin membunuh kami?" tanya Ren lantang. "Aku adalah Pangeran dari Utara, Ren Soutra. Aku sedang bersama dengan keturunan Rapher sang raja Elf, dan kami sedang dalam sebuah misi besar. kami sama sekali tidak memiliki urusan dengan kalian. Jadi … biarkan kami pergi." Suara Ren terdengar jelas oleh semua pria ditempat itu.
Mod berjalan pelan keluar dari rumah. Dia hanya membiarkan pria berambut merah muda itu untuk terus bicara.
"Maafkan kami tidak mengenalimu, Pangeran." Terdengar suara dari barisan paling belakang. Detik berikutnya, pasukan berjubah hitam bagian tengah membuka barisan dan menampakkan sosok Nig, pemimpin pasukan mereka, sedang berdiri dengan busur dan anak panahnya.
"Tapi kami tidak akan memperlakukanmu dengan baik," tambah Nig.
"Aku tahu. Aku juga idak membutuhkan sambutan atau apapun. Hanya meminta kalian membebaskan kami untuk melanjutkan perjalanan."
"Bisakah kalian memberi jaminan kepada kami? Tidak ada hal buruk yang akan terjadi pada kami jika membiarkan kalian tetap hidup?" tanya Nig lagi.
"Jika ada hal buruk terjadi pada kalian. Katakan pada Raja kalian kalau aku menyerahkan hutan bagian terluar wilayah Utara untuk kerajaan TImur," kata Ren dengan lantang.
"Siapkan anak panah kalian!" perintah Nig yang membuat semua pasukan bersiap dengan busur dan anak panah yang terarah pada Wedden, Ren dan Ser.
ketiganya tidak bergeming. Ser sedikit melirik Wedden, dia berharap kalau kali ini pria kriting itu dapat menggunakan kekuatannya lagi.
"Aku …," ucap Wedden yang kemudian tertahan. Semua orang menatapnya, seolah memang sedang menunggu pria keturunan Elf itu bicara.
"Aku akan membawa kedamaian untuk dunia. Akan kumusnahkan sihir kegelapan Kimanh dan mengembalikan kesejahteraan dunia, kemakmuran serta kesuburan tanah di seluruh wilayah. Itulah jaminannya jika kalian membiarkan kami pergi," kata Wedden. "Namun jika kalian tetap menahan kami, maka semuanya akan selalu begini bahkan akan menjadi semakin parah karena Kimanh semakin kuat."
Nig masih menyimak kalimat Wedden.
"Aku tidak memiliki waktu yang banyak. Maka dari itu, biarkan kami pergi."
Nig iba, dia memerintahkan semua pasukannya untuk menurunkan busur mereka.
"Kuberi kau waktu untuk menjelaskan semuanya, menceritakan tentang dirimu, sebelum matahari terbit. Setelah itu, kami akan memberikan keputusan berdasarkan pada ceritamu," ujar Nig yang memberikan keringanan.
Ren segera menangadah, dia memandangi langit malam yang masih sangat pekat. Bulan juga masih berada diatas, dia menghitung kalau waktu matahari terbit masih lama dan mereka memiliki waktu yang cukup untuk bercerita.
Wedden menarik napas panjang. Dia menimbang, kisah mana yang bagus untuk mengawali semuanya.
Sementara Wedden bercerita, Ren mengamati wajah dari pasukan berjubah hitam itu satu persatu. Dia ingin memastikan kalau semuanya adalah orang yang berada di pihak mereka, walau mereka adalah orang-orang keji.
Nig nampak mencermati perkataan Wedden. Lalu pasukan yang lain ada juga yang tidak begitu menanggapi karena merasa mengantuk.
Ser mengedarkan pandangannya. Dia mencari-cari dimana kiranya mahkota kebesaran Raja Timest disimpan oleh pasukan ini. Dari pengamatan yang singkat, Ser dapat mengetahui kalau mereka ini adalah prajurit hutan perbatasan wilayah Timur yang membangun markas dan tinggal ditempat.
Dengan demikian, akan sangat tidak mungkin jika mereka menyembunyikan mahkota ditempat yang mudah ditemukan.
***