Suaranya sangat pelan hingga asistennya tidak mendengar dengan jelas, "Maaf?"
Han Jingnian sadar apa yang baru saja ia katakan. Segera ia menjawab, "Bukan apa-apa."
Setelah berkata demikian, Han Jingnian melanjutkan, "Pulang ke rumah."
Asistennya masih bingung. Namun sebelum ia menjawab, Han Jingnian berkata lagi, "Wanita itu ada di rumah."
…
Setelah selesai spa, waktu menunjukkan sudah pukul satu tengah malam.
Xia Wanan tidak bisa menyetir, sehingga Song Youman yang sudah memiliki SIM mengantarnya pulang ke rumah.
Sepanjang jalan, Song Youman melakukan dua hal sekaligus, yaitu menyetir sambil terus membujuk Xia Wanan agar segera cerai dengan Han Jingnian supaya terbebas dari lautan penderitaan.
Song Youman melanjutkan perjalanannya setelah mengantar Xia Wanan. Xia Wanan baru masuk ke lift ketika melihat mobil Song Youman sudah pergi menjauh.
Karena sudah larut malam, di dalam lift hanya ada Xia Wanan seorang, rasanya begitu sunyi. Xia Wanan terus menatap angka merah di lift yang menunjukkan lantai yang ia lewati. Tiba-tiba ia teringat dengan kalimat yang diucapkan Song Youman, 'Cepat cerai dengan Han Jingnian supaya kau bisa bebas dari lautan penderitaan.'
Lautan Penderitaan ... memang benar semua ini adalah lautan penderitaan. Menyukai seseorang secara diam-diam memang sangat menyakitkan. Berpisah dengan orang itu secepatnya akan menghapus seluruh penderitaan yang sudah dialaminya. Baiklah, itu terdengar bagus … Xia Wanan berharap agar dirinya tidak menyukai Han Jingnian secara berlebihan lagi.
Lift tiba di lantai apartemennya dengan sangat cepat.
Setelah keluar dari lift, ia berjalan ke apartemennya. Xia Wanan memasukkan sandi dan membuka pintunya, kemudian menyalakan lampu. Namun ia baru menyadari bahwa lampu di ruangan itu sudah dinyalakan. Padahal Xia Wanan ingat sebelum keluar rumah tadi ia sudah mematikan lampu. Xia Wanan berpikir sejenak, kemudian melihat ke bawah dan menyadari ada sepasang sepatu kulit hitam disana.
Sepatu kulit itu sudah tidak asing lagi. Malam ini Han Jingnian memakainya saat menghadiri pesta.
Jadi, apakah Han Jingnian pulang?
Xia Wanan merasa terkejut ketika melihat pintu ruang baca terbuka. Han Jingnian keluar dari ruang baca dengan masih mengenakan jas yang dipakai saat pesta tadi.
Xia Wanan yang tiba-tiba melihat Han Jingnian membuatnya jadi gelisah. Untuk menutupi kegelisahannya, secara alami ia bertanya, "Kenapa kamu pulang?"
Mendengar pertanyaan Xia Wanan, Han Jingnian menaikan alis. Barulah Xia Wanan sadar dirinya salah bicara.
Rumah ini adalah milik Han Jingnian. Mengapa ia bertanya begitu?
Setelah menyadarinya, Xia Wanan segera berkata lagi, "Maksudku, aku pikir kamu sudah ada janji dengan seseorang sehingga hari ini tidak akan pulang. Jadi ini terlalu mengejutkan."
Suaranya begitu hangat dan lembut, membuat orang yang mendengarnya merasa tenang. Tetapi dalam hatinya, ketika Xia Wanan mengatakan 'Ada janji dengan orang lain,' ada kesedihan yang tampak jelas di wajahnya.
Han Jingnian tidak menjawab apapun. Dia hanya menatap dalam Xia Wanan, membuat orang lain tidak tahu apa yang dia pikirkan. Tatapan mata Han Jingnian begitu tajam hingga membuat orang lain merasa terintimidasi.
Namun beberapa saat kemudian, Xia Wanan segera menundukkan kepalanya untuk menghindari tatapan Han Jingnian.
Xia Wanan langsung mencari alasan untuk menutupi suasana yang begitu menegangkan, karena berdiri dekat dengan Han Jingnian membuatnya tidak bisa berkata apa-apa. Tiba-tiba Han Jingnian berkata, "Mengambil dokumen ini."
Mendengar ucapannya, Xia Wanan sadar Han Jingnian memang sedang membawa sebuah dokumen di tangannya.
Itulah alasannya. Han Jingnian tidak akan pulang kalau tidak ada barang yang mau ia ambil. Xia Wanan berpikir kalau ia lebih baik tidak melihat Han Jingnian di rumah daripada kepikiran hal macam-macam.
Xia Wanan ingin bertanya apakah Han Jingnian setelah ini akan pergi lagi atau tidak, namun ia tak berani mengucapkannya karena merasa tertekan.
Di antara hubungan yang dimiliki Han Jingnian dengan dirinya sekarang, tampaknya Xia Wanan masih belum mencapai titik di mana ia bisa menanyakan keberadaan Han Jingnian.