アプリをダウンロード
3.22% Bonoki / Chapter 5: Amplop coklat

章 5: Amplop coklat

Tiga hari telah berlalu, Juliet terbangun dari tidurnya lalu dia berkemas. Rencana, hari ini dia ingin mengikuti tes kerja. Seluruh dokumen telah Juliet masukkan ke dalam tas. Dia pun meletakkan tas tersebut di ruang keluarga. Selesai berkemas dia kembali ke kamar lalu keluar dari kamar dengan selembar handuk menuju kamar mandi. Tidak berselang, pintu kamar orang tuannya mulai terbuka. Sang Ibu keluar dari kamar dengan raut wajah mengantuk.

Beliau melihat Juliet, anak tertuannya berjalan dengan selembar handuk. Biasanya dia bangun pukul tujuh pagi. Jarang sekali, dia bangun pukul lima pagi.

"Juliet, tumben sekali kamu bangun pagi. Mau ke mana?" tanya Sang Ibu terheran-heran.

"Ke rumah Aman, rencana kami berdua mau ikut seleksi penerimaan karyawan baru," jawab Juliet.

"Ya sudah, kamu cepat mandi. Nanti ibu akan belikan sarapan," perintah Sang Ibu.

"Iya bu."

Pintu kamar mandi mulai terbuka, Juliet berjalan masuk ke dalam lalu membersihkan diri. Guyuran air, membuat tubuhnya terasa segar. Perlahan rasa kantuk sedang dia rasakan mulai menghilang. Selesai mandi, dia berjalan dengan selembar handuk ke dalam kamarnya. Kemeja putih berlengan panjang, celana bahan hitam dan belt telah dia kenakan.

Kemudian dia berjalan keluar, menjinjing jaket merah hitam dan sepasang kaos kaki hitam. Tidak berselang, Ibunya pun datang membawa kantong plastik berisi empat bungkus sarapan pagi. Juliet, berinisiatif mengambil dua piring dan sendok lalu membawanya ke ruang keluarga. Televisi mulai menyala, mereka berdua mulai menikmati sarapan pagi.

"Jadi kamu ingin kerja?" tanya Sang Ibu.

"Enggak tau. Ini juga hanya sekedar coba-coba," jawab Juliet.

"Jangan begitu, kalau kamu sekedar untuk mencoba-coba mending enggak usah."

"Tapi ibu, nasib gak ada yang tau."

"Memang benar, tapi jika kamu melakukannya tidak bersungguh-sungguh sama saja bohong. Pesan ibu cuman satu, hati-hati di jalan dan jangan lupa berdoa," ujarnya memberi pesan kepada anak tertuannya.

Selesai sarapan, Juliet mengenakan jaket dan menjijing tasnya ke dpan. Dia mulai mengenakan sepatu sambil menikmati udara sejuk di pagi hari. Setelah itu, dia mengeluarkan motor supra putih miliknya. Sebelum pergi, dia mencium tangan dan pamit kepada Sang Ibu. Perlahan, motor mulai melaju meninggalkan rumah.

Arus lalulintas terlihat lancar, hanya ada beberapa mobil sedang dan truk melintas. Beberapa petani dan warga sekitar, terlihat melakukan aktivitasnnya masing-masing. Hembusan angin mulai dia rasakan, beruntung jaket yang dia kenakan membuat tubuhnya terasa hangat.

Dari kejauhan, Juliet melihat banyak sekali pengendara berlawanan arus. Raut wajah mereka ketakutan, seperti telah melakukan suatu kejahatan besar. Seketika raut wajah Juliet menjadi pucat, ketika dia melihat papan bertuliskan "Rajia Motor". Sebab, surat kendaraan yang dia miliki tidak lengkap.

Para polisi lalulintas, terlihat sibuk menilang pengendara bermotor. Seorang polisi menghadangnya di jalan lalu dia meminta Juliet untuk menepi di pinggir jalan.

"Tolong perlihatkan surat-surat kendaraannya," pinta Sang Polisi.

"Maaf pak, surat kendaraan saya kurang lengkap," balas Juliet dengan tubuhnya yang gemetar dan berkeringat dingin.

Polisi itu pun terdiam, dia menoleh pada celana bahan hitam dan amplop coklat terlihat pada plastik putih tergantung di motornya. Kemdian, beliau memasukkan buku tilangnya ke dalam saku bajunya.

"Ayo, ikut saya," ajak polisi itu menuju tempat di balik mobil bus masih terparkir.

Juliet mengikuti polisi itu sambil menuntun motornya. Dia pasrah jika isi dompetnya akan diambil oleh polisi itu. Langkah polisi itu terhenti di sebuah lahan dibalik mobil bus masih terparkir.

"Cepat pergi, mumpung para polisi yang lain belum sadar," perintah polisi itu.

"Hah? Serius? Saya kira bapak ingin uang atau sebagainya," timbal Juliet dengan terheran-heran pada polisi itu.

"Dengar ya, rajia ini ilegal dan tidak ada surat resminya. Jangan samakan saya dengan para oknum polisi meminta uang para pelanggar lalulintas. Lebih baik uangmu digunakan untuk bekal melamar kerja. Cepat pergi, jika ada salah satu dari mereka bertanya bilang saja sudah," perintah polisi itu kepada Juliet.

"Baik pak, terima kasih banyak atas pengertiannya," ujarnya berterima kasih kepada Sang Polisi.

"Sama-sama, hati-hati di jalan dan semoga kamu dapat pekerjaan," balasnya membuat Juliet sangat senang.

Perlahan motor itu mulai melaju meninggalkan kawasan rajia bermotor. Dia sangat senang, bisa bertemu dengan polisi yang baik dan pengertian. Jika dirinya tidak bertemu dengan polisi itu, pasti seluruh isi dompetnya akan habis. Dalam lubuk hatinya, Juliet berdoa agar polisi itu tetap dijalan yang benar.

Jalan lurus telah dia lewati, jalan berbelok sudah dia lintasi. Di depan, banyak sekali para pencari kerja memadati sebuah super market. Mereka, saling dorong demi memasukkan amplop coklat.

"Susahnya cari kerja," gumamnya sembari memandang para pencari kerja sedang berdesakkan.

Sinar matahari bersinar terang, arus lalulintas kota perlahan mulai padat. Mau tidak mau, Juliet harus bersahabat dengan asap kendaraan. Kemudian dia berbelok dan menyebrang jalan memasuki kawasan perumahan. Sekian lama di perjalanan, akhirnya dia sampai di depan pagar rumah Aman. Dia sudah mengenakan kemeja putih dan celana bahan hitam seperti dirinya.

"Lama!" keluhnya kepada Juliet baru saja tiba.

"Sorry, maklum macet di jalan," timbalnya sambil cengengesan tidak jelas.

"Ya sudah, cepetan berangkat. Nanti kita kehabisan kuota lagi," kata Aman sambil membonceng di belakang.

Helm hitam telah Aman kenakan, mereka berdua mulai melaju meninggalkan kawasan rumah. Mereka mulai melintasi jalan raya menuju Kawasan Industri. Satu persatu amplom coklat telah mereka berikan kepada HRD setiap pabrik. Setelah itu mereka mengunjungi SMK TEMBAKOR

Disana, sedang diadakan seleksi PT. RONDA. Suasana disana penuh sesak dengan para pencari kerja. Bahkan, ketika Juliet akan memberikan berkasnya. Dia mengalami sedikit kesulitan. Setelah lolos seleksi berkas, Juliet memasuki sebuah ruangan di lantai dua. Juliet bertemu dengan kedua temannya yaitu, Rizki dan Rizal. Mereka duduk bersama pada jejeran bangku di barisan tengah.

"Hey mas jul! Katanya mau kuliah?" tanya Rizki.

"Ha.ha.ha! Iya."

"Kenapa ngelamar kerja?" tanya Rizki kembali.

"Hanya iseng, siapa tau gue keterima," jawab Juliet.

"Beb, kalau niatnya coba-coba nanti hasilnya gak benar loh," kata Rizal.

"Jujur ki, gue bingung banget," ujar Juliet berkeluh kesah.

"Sudahlah Mas Jul, ngalir saja. Siapa tau elu diterima kerja," sambung Aman meyakinkan.

Masukan dari temannya, membuat Juliet sedikit bersemangat dalam mengikuti tes. Keberuntungan tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang tau. Namun Juliet berharap, bahwa keberuntungan selalu menyertainya. Seluruh peserta seleksi mulai memasuki ruangan. Satu persatu peserta, mulai duduk di tempat yang sudah tersedia. Tidak berselang lama, dua pengawas masuk ke dalam ruangan.

Kedua pengawas tersebut, mulai membagikan selembar soal psikotes kepada para peserta. Setelah dibagikan Ujian Psikotes pun dimulai. Suasana seketika menjadi hening, mereka semua fokus mengerjakan soal ujian. Juliet belum persiapan sama sekali, hanya mengandalkan keberuntungan. Berbeda dengan peserta yang lain sudah mempersiapkan segalahan termasuk koneksi orang dalam.

Tiga puluh menit telah berlalu, Ujian Psikotes telah berakhir. Seluruh peserta mengumpulkan kertas jawaban di atas meja pengawas. Selanjutnya tes fisik, seluruh peserta diminta untuk mengganti baju. Juliet beserta teman-temannya, mengganti baju di dalam kamar mandi. Selesai berganti baju, mereka semua berkumpul di lapangan basket.

"Sekarang adalah tes fisik, kalian semua lari selama lima belas menit. Skor dilihat dari seberapa banyak kalian mengelilingi lapangan basket. Peringkat 20 orang akan mengikuti seleksi selanjutnya. Sedangkan peringkat dua puluh ke bawah silahkan pulang," ujar Sang Penyeleksi.

Sepuluh orang bersiap di posisi, penguji mulai membunyikan peluit sebagai mulainya tes fisik. Sepuluh demi sepuluh peserta telah mengikuti tes fisik. Kini giliran Juliet mengikuti tes fisik bersama peserta yang lain. Peluit pun telah dibunyikan, Juliet mulai berlari mengelilingi lapangan basket.

Cara Juliet berlari bagaikan seekor bebek, membuatnya menjadi bahan tertawaan. Juliet sedang berlari, berjuang menahan rasa sakit sekaligus malu. Belum lima menit, Juliet sudah sangat kelelahan. Berbeda dengan peserta yang lain terus berlari. Perlahan staminanya mulai berkurang, Juliet memilih untuk berjalan. Lima belas menit telah berlalu, tes fisik pun telah berakhir.

Juliet merasa sudah tau hasilnya, duduk seorang diri di bawah sebuah pohon yang rindang sambil melihat teman-temannya berlari dengan penuh energik. Satu jam lamannya, mereka semua mengikuti tes fisik. Rizal, Rizki dan Aman lolos seleksi sedangkan dirinya tidak lolos. Kemudian, dia berjalan mendekati lapangan basket untuk melihat temannya mengikuti tes push up.

Ketahanan dan stamina fisik ketiga temannya, membuat mereka lolos seleksi. Selesai tes fisik, mereka bertiga mulai mengikuti interview satu persatu. Di antara mereka bertiga, hanya Rizal yang lolos interview. Kemudian Juliet, Aman dan Rizki memberi selamat kepadanya.Hari sudah mulai gelap, seluruh peserta kembali pulang ke rumah masing-masing.

"Enaknya Rizal lolos seleksi," kata Juliet sambil mengendarai motornya.

"Iya, minggu depan dia langsung training. Tapi tenang, besok masih ada tes kerja di PT. Granit. Semoga saja kita lolos," ujar Aman berharap.

"Amin, semoga saja."

Sekian lama di perjalanan, akhirnya Juliet sampai di depan pagar rumah temannya. Aman pun turun dari motor, dia berterima kasih kepada Juliet sudah memberikan tumpangan. Setelah itu, Juliet melaju menuju rumah sepupunya untuk bermalam.


クリエイターの想い
Tampan_Berani Tampan_Berani

Apa yang kita tanam, itu yang kita tuai.

next chapter

章 6: Penjual misterius

Keesokan harinya, Juliet dan Aman mengunjungi PT. Granit berada Kawasan Industri Kebo Ireng. Motor mulai memasuki kawasan parkir tidak jauh dari tempat mereka mengikuti seleksi. Semua orang berbaris di depan gedung kantor sambil menyiapkan mental. Cuaca panas serta penuh sesak, membuat Juliet berkeringat sangat banyak. Juliet menepuk pundak Aman dari belakang.

"Man, gue gugup," kata Juliet tidak percaya diri.

"Sama Mas Jul, gue juga gugup. Tapi elu harus ingat, ketika interview elu harus percaya diri dan niat ingin kerja. Kalau gugup, peganglah sesuatu sebagai pelampiasan, bolpoin contohnya,' balas Aman memberikan saran.

"Kalau enggak lolos gimana?" tanya Juliet.

"Tenang, gue punya jalur alternatif kok. Elu, fokus aja apa yang ada di depan."

Lama menunggu, akhirnya mereka berdua mulai memasuki kantor. Suhu panas seketika menghilang, berganti menjadi suasana sejuk. Tinggal lima belas orang lagi, giliran Juliet akan tiba. Seorang peserta di belakang tiba-tiba menepuk pundak Juliet. Orang itu berkulit permata hitam dan rambut yang keriting.

"Hei kau dari mana?" tanya lelaki itu dengan raamah.

"Saya dari Bentang, sendirinya?"

"Saya dari Jayapura, papua timur"

"Jauh sekali, kenapa nyari kerja sampai kesini?"

"Kata paman UMR Jawa barat sangat tinggi, siapa tau setelah bekerja disni. Aku bisa membangun restoran dan beli perahu buat bapak," ujarnya berharap.

"Keren, semoga di terima."

Sekian lama menunggu akhirnya giliran Juliet telah tiba. Dengan rasa gugup, dia berjalan masuk ke dalam ruangan. Dia duduk berhadapan dengan HRD (Human Resources Development). Beliau mengenakan jas hitam sembari memegang balpoin di tangan kirinya. Tatapanya sangat tajam, membuat siapa pun terintimidasi olehnya. Interview pun di mulai, Juliet menjawab seluruh pertanyaan yang dilontarkan oleh Sang HRD dengan jujur. Selesai interview, Sang HRD langsung memberikan keputusan.

"Maaf anda tidak di terima karena belum berpengalaman dalam bekerja."

"Tapi saya harus bekerja disini agar mendapatkan pengalaman.

"Makanya kerja!" bentaknya.

"Makanya saya ke sini karena ingin kerja!"

"Kamu gak saya terima, karena belum berpengalaman!"

"Terus saya harus bagaimana, biar dapat pengalaman?!"

"Makanya kerja!" bentaknya.

Pintu kantor mulai terbuka, Aman pun masuk ke dalam ruangan lalu menarik paksa Juliet keluar. Sebelum meninggalkan ruangan, Aman meminta maaf kepada Sang HRD. Mereka berdua, berjalan meninggalkan gedung dengan penuh kekekcewaan. Tidak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul tengah hari.

Mereka berdua mampir ke sebuah warung angkringan pinggir jalan. Selain warung angkringan, terdapat penjual baso serta pedangang kuliner lainnya. Satu persatu, mereka turun dari motor lalu duduk di sebuah bangku panjang di bawah pohon yang rindang.

"Kita makan siang dulu, elu mau pesan apa?" tanya Aman.

"Ketoprak, minumnya jangan lupa," timbal Juliet memesan.

"Ok, elu tunggu di sini," kata Aman sambil berjalan menuju penjual ketoprak.

Bukannya menunggu, Juliet malah berjalan tidak karuan. Kemudian dia melihat penjual aksesoris dengan beralaskan terpal. Juliet pun berjongkok untuk melihat-lihat. Berbagai aksesoris tersedia di atas terpal. Pemuda itu teringat oleh adinya, dia berencana untuk membelinya jika ada yang membuatnya tertarik. Sang Penjual Aksesoris itu mengenakan baju serba hitam dan ikat kepala batik khas Sunda. Beliau memiliki kumis dan tubuhnya terlihat cukup kekar. Usianya kira-kira 40 tahun lebih.

Juliet memilih tiga aksesoris gantungan kunci. Pertama berbentuk tokoh disney yaitu donal bebek, kedua mickey mouse, terakhir lightning mcqueen.Selain adiknya, dia berencana untuk memberikannya kepada keponakan-keponakannya yang masih kecil.

"Sudah elamar kerja?" sapa Sang Penjual Aksesoris dengan ramah.

"Iya pak, baru saja kami selesai melamar kerja. Sebelum pulang, saya dan teman saya sengaja mampir ke sini," balasnya dengan ramah.

"Gimana lancar?"

"Tidak sesuai harapan," jawabnya dengan bersedih.

"Sabar, rezeki tidak akan kemana, asal kita terus berjuang dan berdoa pasti rezeki akan dapat."

"Ini juga, saya juga iseng melamar kerja. Entah kemana kapal ini berlabuh, setidaknya saya berusaha mencari tau."

"Setiap makhluk hidup memiliki garis takdir yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta. Kita sebagai hambanya, hanya bisa mencarinya dengan sekuat tenaga. Yang kamu sedang lakukan adalah langkah awal yang sangat bagus. Mungkin beberapa pekan ke depan, kamu pasti akan mengalami masalah. Tapi jangan risau nak, sebab hidup ini adalah perjuangan. Apa yang kamu inginkan, takdir, alasanmu hidup, suatu saat nanti kamu pasti menemukannya," ujar Sang Penjual Aksesoris dengan tutur kata bijaknya.

"Berbicara itu mudah, tetapi melakukannya tidak gampang. Apalagi, orang biasa sepertiku yang tidak mempunyai kelebihan apa-apa."

"Setiap makhluk hidup mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kamu hanya belum menemukannya, sungguh hanya itu. Yang terpenting adalah di sini," ujarnya lalu menempelkan ujung jari pada keningnya.

"Di sini?"

"Iya, akal sehat dan hati nurani.

Kemudian, lelaki itu mengambil sebuah kalung emas berbentuk kujang. Kalung tersebut dia genggam, sesekali dia memainkannya dengan cara melempar-lempar. Bentuk kalung yang bagus, membuat Juliet tertarik untuk membelinya. Namun, melihat dari caranya melempar dan menggenggamnya. Juliet yakin, pasti kalung itu tidak dijual.

"Nak, apa kamu tau Prabu Siliwangi?" tanya Sang Penjual Aksesoris.

"Aku tau, Prabu Siliwangi merupakan Raja Kerajaan Pajajaran yang terkenal akan kebijaksanaannya. Kebetulan saya tau dari artikel," jawabnya kepada lelaki itu.

"Kamu benar nak, tapi Prabu Siliwangi tidak sebijak itu. Banyak sekali kekurangan di dalam dirinya, terutama urusan keluarga. Andaikan, Prabu Siliwangi mau menerima dan terbuka dengan keyakinan putranya Raden Kian Santang, mungkin Prabu Siliwangi tidak akan Moksa dan mungkin Kerajaan Pajajaran akan bertahan sedikit lebih lama," ujarnya dengan raut wajah sedikit bersalah.

"Ha.ha.ha! Anda bicara seperti itu seolah-olah anda sendiri Prabu Siliwangi."

"Bisa saja kamu nak, aku hanya membayangkan jika diriku adalah Prabu Siliwangi. Selain kebijaksanaan, Prabu Siliwangi memiliki kesaktian hampir setara dengan Dewa. Sekarang, seluruh kesaktiannya berada di dalam kalung ini," ujarnya sembari menunjuk pada kalung Kujang miliknya.

"Anda memang pandai membuat cerita. Memangnya, mengapa Prabu Siliwangi sampai repot-repot memasukkan kesaktiannya ke dalam kalung?"

"Simpelnya, dia ingin mencari orang yang tepat untuk menggunakan kesaktiannya untuk kebaikan." ujarnya lalu menyodorkan kalung itu kepada Juliet. "Ambilah."

"Untukku?" tanya Juliet memastikan sembari menerima kalung itu di tangannya.

"Iya untukmu. Sekali kamu memakainya, kesaktian Sang Prabu akan mengalir ke dalam tubuhmu. Kamu akan bertemu dengan tiga orang kesatria sekaligus tangan kanan Siliwangi. Mereka akan membantumu berlatih menggunakan kekuatan itu," kata Penjual Aksesoris sambil menunjuk pada kalung sedang Juliet kenakan.

Juliet pun tidak percaya dengan apa yang dia katakan. Namun, entah mengapa dirinya merasa seperti ada sesuatu masuk ke dalam tubuhnya. Dari kejauhan, Aman berjalan seorang diri sambil menyebut namanya. Betapa terkejutnya Juliet, ketika melihat Penjual Aksesoris beserta daganganya menghilang.

"Astaga!" ucapnya dengan sangat terkejut.

"Elu kenapa?" tanya Aman berjalan mendekat sambil membawa pesanan Juliet serta dirinya.

"Tadi elu lihat pedangang di sini?!" tanya Juliet dengan sangat syok dan ketakutan.

"Pedagang apa? Gue lihat dari tadi elu berlutut gak jelas di sini," jawab Aman.

"Serius gue gak bohong!"

"Jangan parno, ayo kita makan siang," ajak Aman sambil berjalan menuju kursi tempat mereka duduk sebelumnya.

Mereka berdua, mulai menikmati makan siang di bawah pohon yang rindang. Angin berhembus sepoi-sepoi, beberapa pengendara bermotor terlihat melintas. Suasana sunyi ditemani oleh menu makan siang dan air kelapa, membuat makan siang terasa nikmat. Tetapi, Juliet terus teringat sosok lelaki misterius telah dia temui. Dia penasaran, siapa lelaki itu sebenarnya.


クリエイターの想い
Tampan_Berani Tampan_Berani

Hidup para pencari kerja lebih keras. Dibandingkan kerasnya ibukota.

Load failed, please RETRY

ギフト

ギフト -- 贈り物 が届きました

    バッチアンロック

    目次

    表示オプション

    バックグラウンド

    フォント

    大きさ

    章のコメント

    レビューを書く 読み取りステータス: C5
    投稿に失敗します。もう一度やり直してください
    • テキストの品質
    • アップデートの安定性
    • ストーリー展開
    • キャラクターデザイン
    • 世界の背景

    合計スコア 0.0

    レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
    パワーストーンで投票する
    Rank 200+ パワーランキング
    Stone 0 推薦チケット
    不適切なコンテンツを報告する
    error ヒント

    不正使用を報告

    段落のコメント

    ログイン

    tip 段落コメント

    段落コメント機能がWebに登場!任意の段落の上にマウスを移動し、アイコンをクリックしてコメントを追加します。

    また、[設定]でいつでもオフ/オンにすることができます。

    手に入れました