.
.
.
"Lepaskan aku Cam!".
Cam membawa Stefany kedalam kamar hotelnya.
Dengan sekuat tenaga Stefany berusaha melepaskan cengkeraman tangan Cam .
Sudah cukup bagi Stefany hidupnya menjadi tidak tenang seperti ini karena ulahnya.
Cam menampar pipi Stefany dengan keras lalu mendorong nya sampai tersungkur ke pojok ruangan.
Pipi Stefany terasa panas karena tamparan yang begitu keras.
Dan tubuhnya terasa begitu sangat sakit saat Cam mendorong nya begitu sangat kencang.
Air mata tak bisa di bendung lagi.
Ia menangis begitu saja.
Dengan langkah cepat Cam menghampiri Stefany yang mulai sesenggukan karena tangisnya dan ia pun menghapus air matanya dengan lembut.
"Sudah kukatakan berulang kali padamu, bahwa aku sangat tidak senang jika kau mencoba lari dariku lagi. Kau milikku Stefany".
Ucapnya dengan gusar.
"Kau tidak waras Cam! Kau benar benar sangat tidak waras!".
Bentak Stefany.
"Kau bilang aku tidak waras!? Memang benar aku tidak waras, dan semua ini karena mu Stefany!. Kenapa kau meninggalkanku sama seperti kedua orang tuaku? Kau bilang kau mencintaiku tapi nyata nya?".
Cam memeluk Stefany dengan lembut, tetapi yang di rasakan Stefany hanyalah seperti memeluk sebuah pohon kaktus dan itu sangat menyakitkan.
Di matanya Cam bukanlah seseorang yang bisa melindungi nya lagi.
Melainkan sebaliknya, kehadiran Cam seperti hanya akan membuat nya mati secara perlahan.
"Aku mencintai mu Stefany. Aku tidak bisa melepaskan mu begitu saja, terlalu berat untukku".
Bisik nya.
"Kumohon lepaskan aku. Aku tidak bisa Cam, aku sudah tidak bisa lagi".
Lirihnya.
Satu tamparan lagi berhasil mendarat di pipi Stefany, dan kini tamparan itu lebih keras.
Ujung bibirnya mengeluarkan darah yang lumayan banyak.
Stefany hanya bisa diam, ia sudah lelah menangis.
"Aku tidak suka kau mengatakan hal itu padaku!".
"Aku akan membuat lebih buruk lagi dari ini sebelum kau mengatakan padaku bahwa kau akan kembali menjadi milikku".
Cam kembali menyeret nya dan membawa nya ke kamar mandi.
Setelah itu Cam membawa nya ke Bathub yang sudah terisi air panas.
"Katakan jika kau milikku Stefany! Katakan itu padaku sekarang juga!".
Cam menjambak rambut Stefany dengan kasar lalu memasukan kepalanya kedalam bathub itu.
Dan tentu saja Stefany tidak bisa bernafas.
Setelah sepuluh detik berada di dalam air yang panas ,Cam menarik kembali kepala Stefany dan membiarkan nya bernafas beberapa detik.
Stefany merasakan rasa perih dan panas yang bukan main.
Wajah nya memerah karena efek air panas tersebut.
Ia hanya berharap bisa mati sekarang daripada terus menerus seperti ini.
"Katakan padaku Stefany, bahwa kau milikku".
Stefany tidak menjawab , melainkan hanya menggigit bibirnya karena menahan rasa sakit.
"Well kau tidak mau mengatakan nya padaku?".
Cam kembali memasukan kepala nya kedalam bathub.
Dan kali ini bertambah menjadi 20 detik.
Stefany hanya pasrah , ia tidak mampu melawan Cam.
Tenaga nya tidak lagi cukup kuat untuk melawan apalagi melepaskan diri.
.
.
.
Taeyeon terheran heran karena Stefany belum kembali ke kelas setelah beberapa menit yang lalu ia pergi ke toilet.
Padahal guru sudah ada di kelas dan bersiap untuk memulai pelajaran.
Taeyeon pun berniat untuk menyusul nya ke toilet untuk memastikan bahwa ia baik baik saja.
Taeyeon berlari kecil menuju toilet.
Setelah sampai di sana ia membuka pintu toilet itu satu persatu sambil memanggil namanya.
Saat pintu terakhir dibuka Taeyeon menemukan handphone yang ia rasa milik Stefany.
Dan Taeyeon juga menemukan sim card yang sudah terpotong menjadi dua kepingan.
"Kemana Stefany? Kenapa handphone nya bisa terjatuh disini?".
Taeyeon merasakan ada firasat buruk tentang Stefany, dan memutuskan untuk kembali ke kelas untuk memberi tau Joon-Yong.
.
.
"Joon-Yong ah, aku menemukan handphone milik Stefany di toilet. Dan Stefany belum kembali setelah beberapa menit yang lalu".
"Aku takut terjadi apa apa , bagaimana ini Joon-Yong?".
Sejujur nya Joon-Yong melihat Stefany di bawa oleh seorang pria kedalam mobil dan pergi.
Awalnya Joon-Yong mengira bahwa itu adalah saudara nya atau teman nya, tetapi karena Stefany belum kembali sedari tadi Joon-Yong mulai timbul rasa khawatir dan curiga.
"Kita izin untuk mencari Stefany".
Joon-Yong pun akhirnya meminta izin kepada guru nya untuk mencari Stefany, dan setelah itu mereka berdua pun berlari dengan terburu buru menuju tempat parkir untuk mengambil motor.
"Pakai helm ini".
Joon-Yong memberikan helm cadangan miliknya pada Taeyeon, sedangkan Joon-Yong mengambil helm miliknya yang berada di dalam bagasi motornya.
Setelah itu mereka pergi meninggalkan sekolah untuk mencari Stefany.
"Joon-Yong ah, kau tau dimana Stefany berada?".
"Sebenarnya aku tidak tau pasti dimana dia, tetapi aku melihat ciri ciri mobil dan seseorang yang membawa nya pergi".
Joon-Yong menambah kecepatan motor nya sembari melihat ke sekeliling nya, apakah ada mobil Ferrari merah yang membawa Stefany pergi.
.
.
.
Stefany terbatuk batuk saat Cam menarik kepalanya keluar dari bathub.
Keadaan nya memburuk, Stefany terkulai lemas tak berdaya.
Belum cukup puas Cam membuat nya seperti ini , ia lalu menyiram tubuh Stefany dengan shower .
Tubuhnya kini basah kuyup.
"Stefany dengarkan aku, kau hanya cukup mengatakan bahwa kau milikku. Setelah itu aku berjanji hal ini tidak akan terjadi lagi padamu".
Tapi lagi lagi Stefany enggan mengatakan hal itu.
"Katakan padaku sekarang!".
Cam semakin membentaknya dan ia pun mengambil pipa besi yang berada di salah satu sudut ruangan.
Ia segera melayangkan benda itu pada Stefany.
Stefany berteriak keras saat benda itu dengan keras mengenai punggungnya.
"Aku tidak mau melakukan ini , tetapi kau memaksaku untuk melakukan nya".
Cam kembali memukulinya tetapi saat pukulan yang ke tiga Joon-Yong langsung menahan nya lalu memukul wajah Cam sampai tersungkur ke bawah wastafel.
Taeyeon terkejut saat melihat Stefany tak sadarkan diri sambil meringkuk dengan keadaan nya yang sangat buruk.
Ia langsung membopongnya dan membawa nya keluar.
Sementara Joon-Yong masih memukuli wajah Cam sampai babak belur.
"Apa yang kau lakukan pada Stefany!?".
Dua pukulan keras mengenai pipi nya itu tetapi Cam hanya merespon nya dengan cengiran tanpa rasa bersalah.
Joon-Yong menarik kerah baju Cam sambil menatapnya dengan tajam.
"Kau bertanya padaku , apa yang aku lakukan pada Stefany? Tentu saja aku sedang bersenang senang dengan nya jika saja kau tak datang lalu menjadi so pahlawan".
Cam terkekeh geli meskipun wajah nya sudah membiru dan berdarah karena Joon-Yong memukulinya tanpa ampun.
"Kau sangatlah tidak waras".
Desis Joon-Yong lalu melepaskan kerah baju Cam dengan kasar.
Lalu Joon-Yong pergi meninggalkan Cam sendirian di kamar mandi dan segera menyusul Taeyeon.
.
.
.
Taeyeon dan Stefany sedang berada di lobi utama hotel. Beberapa pengunjung hotel terlihat mengerumuni Stefany dan bertanya tanya apa yang terjadi.
"Aku sudah menghubungi ambulan untuk segera membawanya ke UGD. Stefany mengalami luka yang parah".
Ucap Taeyeon sambil menyimpan handphone kedalam tas nya.
Joon-Yong menghampiri Stefany yang sedang terkulai lemas .
Ia tidak menyangka jika Stefany bisa menjadi seperti ini karena pria itu.
Pria kejam itu yang membuat Stefany menjadi seperti ini.
Apa pria itu berniat membunuh Stefany?
Apa yang terjadi jika dirinya dan Taeyeon tidak datang tepat waktu?.
Joon-Yong pun sempat berpikir apa hal yang di takutkan oleh Stefany waktu itu ada hubungannya dengan pria yang barusan?.
Joon-Yong sempat melapor kepada petugas keamanan hotel untuk menangkap pria yang melakukan kekerasan kepada Stefany.
Tetapi Cam berhasil kabur.
.
.
.
Tak lebih dari lima menit ambulan akhirnya tiba dan segera membawa Stefany kerumah sakit.
Sementara Joon-Yong menyusul nya dari belakang menggunakan motor.
...
To be continued