アプリをダウンロード
15.38% Aku Tidak Good Looking / Chapter 4: Ayu Melabrak Putri

章 4: Ayu Melabrak Putri

Saat aku masuk ke kelas, tujuan penglihatan mataku yang pertama adalah bangkuku sendiri. Tapi … di mana Ayu? Dia sama sekali tidak ada di kelas. Sekar dan Lilis? Kedua teman dekat kami pun juga tidak ada. Termasuk Rizky si pelaku pemutusan sepihak itu pun sama, dia tidak terlihat sama sekali.

“Cari siapa? Si Ayu?” tanya seorang lelaki yang dulu pernah meminta maaf padaku.

Setelah kasus surat cinta yang dibacakan oleh Eva saat itu, yang telah membuat geger sekelas. Dia sekarang ada di hadapanku dan di belakangnya seorang lelaki yang selalu lengket dengannya pun terlihat mengekor, mereka adalah Fajar dan Deden. Tak biasanya Fajar berani berbicara padaku selantang dan sedekat ini.

Sehari setelah yang kusebut tragedi itu, Fajar mengirimiku chat whatsaap di malam harinya. Aku masih ingat, saat itu selepas salat isya. Dia mengirimuku pesan beruntun, katanya dia tidak sengaja memberikan surat itu pada Eva dan Ritta, seperti dugaanku kalau Fajar mengira itu adalah amplop murid lain yang tidak bisa masuk sekolah karena alasan izin ataupun sakit. Panjang lebar dia meminta maaf, pesan di akhirnyalah yang akan selalu terngiang untukku.

Begini katanya, “Mit, maaf ya. Aku tahu kalau kamu tidak berniat menembakku. Kamu hanya mengutarakan perasaanmu saja padaku, tapi memang dari dulu pun aku tidak pernah menaruh perasaan padamu lebih dari seorang teman saja. Kamu pasti bisa mendapatkan lelaki yang lebih baik dariku nantinya. Terima kasih juga ya, sudah mau menyukai orang sepertiku yang seperti ini. Sekali lagi terima kasih.”

Kujawab sangat singkat, “ya.”

Saat itu … bukan tak ingin membalas Fajar panjang lebar, hanya saja … aku masih terngiang-ngiang peristiwa pagi hari sebelumnya. Peristiwa yang membuatku sangat malu. Kebayangkan? Teman-teman sekelas tahu kalau aku mengirimi surat cinta pada Fajar yang setelahnya aku baru sadar kalau surat itu sangatlah lebay. Entah kerasukkan apa saat aku menulis surat itu, pokoknya hari itu aku sangat menyalahkan diriku sendiri. Kalau saja aku meminta saran pada Ayu, mungkin peristiwa memalukan itu tidak akan pernah terjadi dalam hidupku. Tidak akan pernah.

Namun, setelahnya … aku pada akhirnya tahu juga kalau ternyata yang memberiku perkataan minta maaf itu bukanlah Fajar melainkan Deden. Jadi, Deden mengetik kata-kata permintaan maaf itu dan dikirimkannya pada Fajar dan setelahnya Fajar salin dan dia copy paste untukku. Biarpun pintar, Fajar tidak bisa merangkai kata-kata permintaan maafnya sendiri dan lebih memilih teman dekatnya itu untuk menuliskannya terlebih dahulu sebelum dia sampaikan padaku. Tapi, apa aku peduli? Tidak! Aku sudah tidak peduli, meskipun usai kejadian itu aku sangat malu dan sakit hati juga.

Aku mulai memaksakan diri untuk move on. Aku juga tidak ingin terus-terusan mengharapkan Fajar yang memang tidak akan pernah menyukaiku. Biarlah kejadian memalukan itu menjadi memori pengingat untukku jikalau nanti, aku harus mempertimbangkan keputusanku terlebih dulu dan memikirkannya matang-matang sebelum beraksi, dan jangan asal gegabah –dan tak lupa lagi, aku harus lebih interospeksi diri. Ngaca dulu memang lebih utama.

“I-iya, aku cari Ayu sama Sekar, dan Lilis. Apa kamu lihat mereka?” Ragu-ragu kutanyai Fajar.

“Mereka lagi ngelabrak si Putri kayaknya,” balas Fajar dengan ekspresi datar. Deden yang masih berdiri di belakangnya, terlihat tidak ingin ikut campur dan hanya memperhatikan ekspresiku saja yang sekarang pasti terlihat sangat kaget.

Tiba-tiba, sekonyong-konyong Ritta dan Eva menghampiri kami yang berdiri di lawang pintu.

“Iya tuh, cepet datangin Mit. Takutnya si Ayu diskors nanti gara-gara nantang si Putri, hahaha.” Eva menutup mulutnya yang tengah tertawa lebar dan Ritta yang menyandarkan sikunya di bahunya Eva juga tersenyum seperti meledek.

“Mereka di mana sekarang?” tanyaku bingung harus menyusul Ayu, Sekar dan Lilis ke mana.

“Di kelas si Putri kayaknya,” ucap Fajar. Dia sepertinya ingin membantu aku, dilihat dari sorotan matanya yang tampak tulus. Tapi, aku bukanlah teman dekatnya dan aku pun sadar diri.

Segera aku menuju kelas Putri. Putri adalah anak kelas dua belas, sama sepertiku tapi dia adalah anak jurusan Tata Boga sedang aku anak jurusan IPA. Jelas Ayu tidak akan berani mendatangi kelas itu seorang diri karena tidak ada anak dari kelas itu yang Ayu kenal. Sekar dan Lilis selalu menjadi bodyguard siapa pun, mereka seolah-olah orang bayaran yang bisa disuruh apa aja. Ya … begitulah keduanya, solid yang aneh sih pikirku.

Saat aku tiba di sana. “Ayu! Hentikan, Ayu!” Aku mencoba melepaskan cengkeraman tangan Ayu yang melilit rambut Putri sampai dia kesakitan. Tapi bukan hanya Ayu yang memegang erat rambut Putri, melainkan Putri juga. Keduanya sulit sekali dipisah, Sekar dan Lilis dari tadi pun juga sama ingin berusaha memisahkan perkelahian itu.

“Dasar lo cewek gatel!” kata Ayu dengan bibir dan rahang yang mengeras.

Ya Alloh, aku kelimpungan jadinya. Tahu kan bagaimana kalau perempuan dan perempuan bertengkar? Jeritan heboh mengusik telinga, cakaran dan jambakkan menjadi tontonan yang berbeda dari berantemnya para lelaki.

Selang beberapa menit kemudian para murid lelaki kelas itu pun mulai berdatangan dan mencoba memisahkan mereka. Terlihat dari keringat dan baju seragam yang tidak beraturan kurasa mereka baru selesai futsal di lapang sekolah.

“G*BLOK! Ada apa ini? Woy! Berhenti, woy!” celetuk satu orang lelaki pendek, kurasa dia orang terbawelnya penghuni di kelas ini. Ceriwis banget kelihatannya, dan karena tenaga lelaki lebih besar, semua perempuan yang menengahi tadi pun mulai kepinggir termasuk aku.

“Gila, kita aja para lelaki udah nggak level berantem di sekolah. Lah ini? Cewek modern beda ya, ahahahah.” Lelaki di sampingku mengoceh dengan teman-temannya yang tidak ikut memisahkan.

Melihat Ayu seekstrim itu pun aku sebenarnya tidak percaya, bisa-bisanya Ayu tidak berpikir logis dan langsung melabrak Putri. Tapi aku masih belum tahu masalah Ayu dengannya apa, kalau Rizky selingkuh sama Putri ya seharusnya Ayu tidak perlu gegabah seperti ini. Berarti dengan selingkuhnya Rizky itu sudah nunjukkin kalau si Rizky adalah lelaki yang enggak bener. Kalau si Ayu terus mertahanin, namanya bodoh dong? Seperti bibiku, dia terus saja maafin suaminya yang tukang selingkuh dan si suami juga terus ngulang kesalahannya dan selalu akhirnya dia beralasan ‘khilaf’. Enggak habis pikir sih kenapa perempuan-perempuan bertahan setelah diselingkuhi.

***

Ayu terlihat tidak mood saat mengikuti pembelajaran, tapi aku tidak ingin bertanya ketika suasana hatinya sedang kacau seperti ini. Kulihat juga si Rizky seolah tak berdosa, dan saat Ayu dan Putri berantem si playboy itu ke mana? Dia seenaknya menghindar begitu saja.

“Mit,” panggil Ayu tiba-tiba padaku. Aku pun menoleh, meskipun bu guru Aurel sedang menjelaskan di depan.


next chapter
Load failed, please RETRY

ギフト

ギフト -- 贈り物 が届きました

    週次パワーステータス

    Rank -- 推薦 ランキング
    Stone -- 推薦 チケット

    バッチアンロック

    目次

    表示オプション

    バックグラウンド

    フォント

    大きさ

    章のコメント

    レビューを書く 読み取りステータス: C4
    投稿に失敗します。もう一度やり直してください
    • テキストの品質
    • アップデートの安定性
    • ストーリー展開
    • キャラクターデザイン
    • 世界の背景

    合計スコア 0.0

    レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
    パワーストーンで投票する
    Rank NO.-- パワーランキング
    Stone -- 推薦チケット
    不適切なコンテンツを報告する
    error ヒント

    不正使用を報告

    段落のコメント

    ログイン