アプリをダウンロード
75.42% Aku Bukan Pilihan Hatimu / Chapter 132: Percaya Padaku

章 132: Percaya Padaku

Revan pulang tanpa menunggu mamanya datang menjemput, perasaannya tidak nyaman sama sekali akibat kejadian pagi ini.

" Halo, ma! Varel pulang sendiri!" kata Revan menelpon mamanya.

" Lho! Ini mama udah di jalan!" kata Tata.

" Balik aja, ma!" kata Revan.

" Ok! Kalo gitu mama mau ke rumah Tante Manda! Baru saja dia menelpon mama mau ketemu!" kata Tata. Deg! Tante Manda? batin Revan.

" Ma!" panggil Revan.

" Ya?" jawab Tata.

" Mama percaya sama Varel, kan?" tanya Revan.

" Maksud kamu apa, sayang?" tanya Tata bingung.

" Mama bilang aja kalo mama percaya sama Varel!" kata Revan pelan.

" Iya! Mama percaya!" jawab Tata meskipun dia tidak tahu apa yang sedang di bicarakan putra semata wayangnya itu.

" Trima kasih, ma! Hati-hati! Salam buat Tante Manda!" kata Revan lagi.

" Iya, sayang! Kamu istirahat, ya! Jangan langsung pergi keluar!" kata Tata.

" Iya, ma!" jawab Revan. Tata mematikan sambungan telpon dari Revan dan memberikan pesan pada suaminya.

" Kita ke rumah Ben, Pak!" kata Tata.

" Siap, Nyonya!" jawab Udin.

Revan menatap keluar jendela mobilnya, pikirannya melayang pada kejadian tadi pagi yang membuat semua rencananya hancur seketika. Semoga kamu percaya padaku, sayang! Aku tidak bisa kehilanganmu lagi! batin Revan dengan mata berkaca-kaca.

" Good Morning, Mr. Cordova!" sapa Wina tersenyum, saat dirinya sampai di kantor William Cordova, pimpinan dari Cordova Group.

" Good morning, Miss. Alvaro! How are you?" jawab William menjabat tangan Wina di pintu masuk ruangannya.

" Fine, thank you! And you?" tanya Wina balik.

" I'm fine too, thank you!" balas William tersenyum juga.

" Please, have a sit!" kata William.

" Thank you!" jawab Wina yang kemudian duduk di sofa yang terdapat di ruangan William, diikuti oleh William.

" Apakah istirahat anda cukup?" tanya William.

" Wow, bahasa anda cukup lancar!" kata Wina.

" Saya belajar kira-kira 6 bulan yang lalu, saat saya tahu jika saya memiliki anak dari ibunya David!" kata William.

" Ou, maaf!" kata Wina.

" It's, Ok! Saya hanya merasa menyesal baru mengenal anak saya saat dia berusia 9 tahun!" kata William sedih.

" Tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang baru!" kata Wina.

" I think so too!" sahut William.

" So, bagaimana keadaan kerjasama kita?" tanya Wina langsung.

" Sebenarnya...saya mau minta maaf pada anda!" kata William.

" Apa maksud anda?" tanya Wina.

" Maksud say meminta anda datang adalah karena saya ingin berbicara serius dengan anda!" kata William.

" Saya masih tidak mengerti?" kata Wina memicingkan matanya. William yang tadinya duduk di single sofa, beralih duduk di sofa yang lebih panjang di dekat Wina.

" Ms. Alvaro! Atau kalo boleh saya panggil dengan Winona! Saya ingin mengenal anda lebih dekat!" kata William menatap lekat mata Wina.

" Maaf! Saya tidak mengerti maksud anda sebenarnya!" kata Wina lagi.

" Saya ingin anda menjadi mamanya David, karena dia sangat menyukai anda!" kata William. Wina tersentak kaget mendengar pernyataan William. Dia tahu William adalah seorang pria matang yang sangat kaya dan tampan. Tapi menikah dengan seseorang yang tidak dia kenal adalah sesuatu yang tidak perah dia bayangkan.

" Dalam arti..."

" Saya mau anda menikah dengan saya!" kata William to the point.

" Hah! Anda bercanda, bukan?" tanya Wina terkekeh.

" Tidak! Apakah wajah saya sedang dalam keadaan bercanda?" tanya William serius.

" Maaf, saya tidak bisa! Saya telah memiliki kekasih!" kata Wina.

" Apa yang anda maksud adalah pria ini?" tanya William sambil mengeluarkan sebuah amplop warna putih dan memberikannya pada Wina.

" Apa ini?" tanya Wina.

" Bukalah!" kata William pada Wina. Wina membuka amplop tersebut dan melihat ada beberapa buah foto di dalamnya. Wina mengambil sebuah foto dan tersenyum melihatnya.

" Kenapa anda tersenyum?" tanya William.

" Ini adalah masa lalu Revan!" kata Wina meletakkan foto tersebut.

" Anda yakin?" tanya William lagi.

" Ya!" jawab Wina walau hatinya sedikit merasa sakit akibat masa lalu Revan yang kelam.

" Anda sudah lihat tanggalnya?" tanya William lagi. Wina menatap pria tampan di depannya itu.

" Dan lihat tempat kejadian difoto itu!" kata William lagi. Mata Wina membulat sempurna, hatinya berdetak kencang, dadanya terasa sesak, lembar demi lembar dia melihat dan mengamati foto itu.

" Ini hanya tipuan bukan?" tanya Wina sinis.

" Saya bukan pria seperti itu, Nona!" jawab William.

" Ini file aslinya!" kata William memperlihatkan ponselnya pada Wina.

" Dariman anda mendapatkan semua ini?" tanya Wina dengan suara sedikit bergetar menahan airmata yang akan jatuh sebentar lagi..

" Ada teman yang bekerja di sana!" jawab William. Apa kamu percaya dengan cinta kita? Wina mengingat telpon Revan tadi pagi saat dia bangun. Apakah ini yang dia maksud? Apakah aku harus percaya denganmu melebihi foto nyata ini, Van? tanya Wina dalam hati. Perlahan airmatanya menetes tanpa bisa dibendung lagi. Cukup, Van! Aku bukan wanita bodoh yang selalu bisa kamu permainkan! Hahaha! Betapa konyolnya diriku mencaintai laki-laki sepertimu! batin Wina marah.

" Jika anda serius dengan ucapan anda, saya tunggu besok di rumah saya untuk melamar saya pada papa dan mama saya!" kata Wina lalu dia berdiri dan meninggalkan William yang sedang tersenyum bahagia.

" Aku akan membuatmu bahagia, Win!" kata William mengikuti langkah kaki Wina.

" You should be!" kata Wina tanpa menatap William.

Sepanjang perjalanan pulang ke Hotelnya, Wina menangis mengingat semua yang terjadi pada dirinya dan Revan. Bodoh! Benar-benar bodoh! batin Wina. Wina mengingat kembali foto toples Revan yang sedang tidur dibawah tubuh Tamara yang juga toples. Dimana Tamara mencium bibir Revan dan Revan hanya diam saja memegang tangan Tamara. Wina ingin berteriak rasanya pada saat itu juga, tapi dia menahannya walau dadanya terasa sangat sesak.

Revan berdiri di balkon kamarnya dengan tatapan jauh ke depan, pikirannya melayang pada Wina yang saat ini berada di negara Y. Apa kamu sudah tahu tentang kejadian pagi ini? Aku harap kamu percaya dan yakin padaku, sayang! Jangan menyerah pada cinta kita! Karena saat ini dan selamanya, kamu adalah satu-satunya wanita yang ada di hati dan pikiranku! batin Revan.

Wina terduduk di pinggir ranjang kamar hotelnya. Dia menatap gambar Revan yang sedang mencium keningnya di wallpaper ponselnya. Lalu perlahan dia menekan sebuah nomer dan menghubunginya.

" Halo!" jawab suara di sana.

" Bawa pendeta dan saksi setelah makan siang! Kita menikah di Ballroom Hotel ini!" kata Wina mematikan panggilannya sambil meneteskan airmatanya dengan deras. Dihapusnya semua airmata itu dengan kedua tangannya dan diambilnya nafas panjang.

" Halo! Sayang!" sapa sebuah suara. Wina meremas ujung blazernya dan menahan tangisnya.

" Aku akan pulang besok!" kata Wina.

" Aku akan menunggu, sayang!" jawab suara itu.

" Aku punya kejutan untukmu!" kata Wina lagi.

" Aku tidak sabar untuk melihat kejutanmu!" jawab suara itu lagi.

" Kamu pasti akan suka sekali!" kata Wina.

" Pasti! Apapun itu darimu, meskipun buruk akan aku terima dengan bahagia!" kata suara itu dengan nada penekanan dan perasaan yang sedih.

" Ok, aku pergi!" kata Wina tidak perduli.

" Win!" panggil suara itu.

" Hmm?" jawab Wina malas.

" Revan Varel Abiseka selalu mencintai Winona Alvaro selalu dan selamanya!" kata suara itu tegas.

" Bye!" jawab Wina lalu menutup panggilannya.

" Kamu sudah tahu dan kamu marah, sayang! Kamu tidak percaya pada cinta kita!" kata Revan ambigu.

" Aku akan memberikanmu waktu untuk mengambil keputusan! Apapun itu aku akan menerimanya!" kata Revan lagi.


next chapter
Load failed, please RETRY

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C132
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン