アプリをダウンロード
19.56% ACCIDENTAL WITNESS (21+) / Chapter 9: BAB 9

章 9: BAB 9

“Tadi saat sedang menuju kampus, aku melihat pacarmu sedang berbicara dengan cewek lain. Mereka terlihat akrab.”

Aku mendongak saat Rini meletakkan piringnya di atas meja kantin. “Maksudnya?”

“Maksudku, Adib.” Dia meminum Teh Botol. “Aku melihatnya tadi, ya ... hanya ingin memberitahumu saja,” katanya kemudian.

“Cewek lain ... siapa?” tanyaku sambil mengernyit.

“Entah, aku tidak mengenalnya. Tapi dia cantik, seperti artis FTV.” Lalu dengan lagak kasihan yang dramatis, dia berkata, “Aku ikut perihatin. Semoga kau lekas mendapatkan pria lain yang bisa kau ajak ke pestaku.”

Aku memutar bola mata dan melanjutkan menyantap makananku—mie ayam sepuluh ribu. Rini bicara lagi—dengan sinis yang sudah pasti—dan masih tentang Adib yang dia lihat sedang berbicara dengan cewek yang entah siapa.

Lama-lama aku bosan juga mendengar ocehannya. Jadi aku celingak-celinguk menatap kantin. “Orangnya di sini? Tunjukkan padaku. Aku ingin bicara kepadanya.”

Dia memutar mata, mengambil paha ayam di piring. “Terserah kau saja,” katanya sebal.

Aku tertawa lalu berkata, “Adib bukan pacarku.” Ya ... pria itu tidak menyukai status.

“Tapi jelas, kau terlihat menginginkannya,” katanya. “Kau punya selera pria yang buruk, Na.”

“Bagaimana kau bisa mengatakan itu? Bahkan kau tidak mengenalnya,” balasku.

“Aku juga tidak mau mengenalnya,” jawabnya sambil meraih Teh Botol. “Taufiq menyukaimu. Aku pikir kau cocok dengannya.”

“Taufiq si Anak Basket?”

“Dia bukan anak basket. Dia ... “

"Dia bukan tipeku."

Rini memutar mata, jelas, kan tadi dia bilang seleraku buruk.

"Kenapa kita tidak membicarakan hal lain?" aku memberikan saran, topik ini sangat membosankan.

“Dengar, aku hanya tidak ingin melihatmu terluka—secara kiasan atau harfiah. Dan jika dia menyakitimu ... jangan cerita apa-apa kepadaku. Karena aku sudah memperingatkan!”

“Rin, kau baik. Sangking baiknya, aku ingin kau mengangkatku menjadi anak,” candaku.

Rini menarik napas panjang dan menggeleng-geleng seolah aku adalah masalah besar dalam hidupnya. “Kenapa aku bisa berteman denganmu.”

***

Aku terbangun dari tidurku setelah merasa ada seseorang yang tidur di sampingku.

Pandanganku yang masih kabur, menatap ke jam meja samping tempat tidur dan ... masih jam tiga dini hari.

Aku menghela napas, berguling. Ando pasti mengalami mimpi buruk lagi, dan Ibu tidak ada di rumah malam ini.

Tapi ternyata itu bukan Ando. Itu Adib! Di tempat tidurku, jam tiga pagi.

Kubuka mataku lebar-lebar, bingung, ya ... semua orang pasti bingung kalau berada di posisiku.

“Adib?” aku bergumam.

"Maaf. Aku tidak bermaksud membangunkanmu."

Aku berkedip, berguling dan memeriksa ulang jam. Ya, jam tiga pagi. Aku kembali ke Adib, mengerutkan kening dalam kebingungan. “Um … apa yang kau lakukan di sini? Dan ... bagaimana kau masuk?”

“Aku hanya ingin melihatmu,” katanya pelan, dan tidak menjawab pertanyaan cara dia masuk.

Aku ingin bilang dia bisa saja menelepon jika ingin bertemu, tetapi dia masih belum memberiku nomor teleponnya. Aku pernah meminta, tapi dia tidak memberikan. Tetap saja, aku tidak yakin bagaimana dia sampai pada gagasan "Aku akan masuk ke rumahnya lagi dan merangkak ke tempat tidurnya saat dia tidur."

"Kamu benar-benar penjahat," kataku pelan, mengulurkan tangan dan mengusap pipinya.

Dia tersenyum, tetapi suasana hatiku turun ketika aku menyadari dia terlihat sedih.

Bergerak lebih dekat dengannya, aku bertanya, "Ada apa?"

Dia tidak menjawab, hanya mendekat, memelukku dan menarikku ke tubuhnya. Kami tidak berbicara untuk beberapa saat, dia hanya memelukku, dan aku melakukan yang terbaik agar dia merasa diterima. Pikiranku bekerja lebih keras dari yang seharusnya, menebak apa yang mungkin salah. ‘Malam api’ menyelinap di dalam pikiranku, dan aku bertanya-tanya apakah dia bisa melakukan hal seperti itu lagi? Aku tidak ingin tahu apakah dia melakukannya, tetapi aku akan mendengarkan jika dia memberitahuku.

Gelombang rasa ingin melindungi yang kuat menggulungku dan aku memeluknya lebih erat.

Setelah beberapa saat, pelukan dilepas sehingga dia bisa bersandar di bantal dan menatapku. Aku berharap dia mengatakan sesuatu, tetapi alih-alih berbicara, dia mencondongkan tubuh dan menciumku. Tidak siap, aku terkesiap di mulutnya, dan dia tidak membuang waktu, memperdalam ciuman itu. Gairah muncul dalam diriku, dan aku sangat sadar kami ada di tempat tidur. Aku tidak bisa berubah menjadi monster nafsu pada jam tiga dini hari di tempat tidurku sendiri.

Aku merasakan saat jari-jarinya membuka kancing baju tidurku dan seperti biasanya; ketika ingin tidur, aku tidak mengenakan penutup dada.

Aku sedikit terkejut saat tangannya menyentuh dadaku, lalu bibirnya meninggalkan bibirku dan mulai menyusuri kulit sensitif di bagian leher.

"Oh ... " Aku gagal dalam usahaku untuk menahan desahan.

Aku menahan satu tangan di bahunya, tangan lainnya di bokongnya, dan entah bagaimana dia sudah berada di atasku. Aku tidak bermaksud untuk melepaskannya, tapi aku membuka mulut untuk memberitahunya bahwa aku harus mengunci pintu—meskipun aku tidak bisa melakukannya, karena bibirnya yang hangat dan lembut menyentuh bibirku lagi, menyapu pikiran-pikiran itu keluar dari kepalaku. Yang dia sedang lakukan kepadaku sekarang, membuat area sensitifku berdenyut-denyut dan basah.

“Aku perlu—” Aku mencoba lagi untuk memberitahunya bahwa harus mengunci pintu, tetapi dia menciumku lagi, dan kemudian tanganku di rambutnya, tangannya di bawah bajuku, ibu jari menyentuh puting, dan akal sehat hilang . Sensasi mengambil alih, setiap belaian tangannya memenuhi kebutuhanku.

Saat tangannya masuk ke dalam celanaku, aku tidak bisa menghentikannya. Lututku lemas, ketika mendapatkan sentuhan itu. Dan saat jarinya masuk ke dalam diriku, aku membiarkan kepalaku jatuh di bantal dan aku menutup mata. Menyerahkan tubuhku, tanpa mengetahui ke mana arahnya. Hal ini mengerikan dan menggembirakan pada saat bersamaan.

Lebih sulit daripada yang kuharapkan untuk tetap diam saat dia menyenangkanku, dan ketika kenikmatan itu semakin aku rasakan, bibirnya kembali menahan mulutku, meredam desahan yang tidak bisa kukendalikan.

Puas, rapuh, aku meringkuk di pelukannya sesudahnya. Tak lama kemudian, aku melihat tonjolan di celananya. Jadi aku memutuskan—ya memutuskan—untuk membelai celana jinsnya, menikmati suara erangannya sebentar. Lalu aku melepaskan pelukan, meluncur ke bawah tubuhnya.

Dia menatapku. “Kau tidak perlu melakukan itu.”

"Aku mau," kataku pelan-pelan, menarik jinsnya ke bawah sampai aku bisa berada di antara kedua kakinya. Sesaat kemudian, jari-jariku menahan rambut ke belakang melewati bahu dan aku membungkuk untuk membawanya ke mulutku.

Tak lama kemudian, dia mengerang, keluar, masuk ke mulutku. Dia tampak tidak keberatan dengan yang aku lakukan. Aku menelan, merayap kembali sampai aku meringkuk di sampingnya lagi.

Dia mencium dahiku dan memeluk erat-erat, meletakkan dagunya di atas kepalaku. "Terima kasih," katanya.

"Mm hmm," gumamku kembali. Aku menunggu beberapa detik sebelum menambahkan, "Kau baik-baik saja?"

"Ya. Tapi aku hanya ingin memelukmu sedikit lebih lama. "

Aku tersenyum, menutup mataku. Itu manis. "Aku sangat menyukaimu," kataku lembut di dadanya.

Aku merasa dia tertawa kecil, lalu dia berkata, "Ya, aku juga sangat menyukaimu."

***

Bunyi alarm membangunkanku dan jelas, aku tidak suka dengan gangguan itu.

Tersentak bangun, aku sadar aku tidak ingat kapan Adib pergi. Aku melihat ke samping, tetapi tempat itu kosong. Tidak ada Adib.

Saat aku mandi, menata rambut, berpakaian, merias wajah, aku memikirkan hal yang terjadi tadi malam. Aku tidak tahu bagaimana rasanya melihatnya nanti di kampus, mengingat jari-jarinya di dalam diriku, membawaku ke orgasme yang mencengkeram di tempat tidurku sendiri.

Yang terjadi tadi malam, benar-benar hal yang tidak terduga. Aku bingung apakah harus merasa senang atau kecewa. Dia tidak menjelaskan alasan lain mengapa dia datang, selain ingin melihatku. Aku pikir itu alasan yang bagus dan manis didengar, tetapi ... mengingat dia sudah menyelinap masuk ke dalam rumahku tadi malam, itu tetap tidak wajar, kan?


next chapter
Load failed, please RETRY

ギフト

ギフト -- 贈り物 が届きました

    週次パワーステータス

    Rank -- 推薦 ランキング
    Stone -- 推薦 チケット

    バッチアンロック

    目次

    表示オプション

    バックグラウンド

    フォント

    大きさ

    章のコメント

    レビューを書く 読み取りステータス: C9
    投稿に失敗します。もう一度やり直してください
    • テキストの品質
    • アップデートの安定性
    • ストーリー展開
    • キャラクターデザイン
    • 世界の背景

    合計スコア 0.0

    レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
    パワーストーンで投票する
    Rank NO.-- パワーランキング
    Stone -- 推薦チケット
    不適切なコンテンツを報告する
    error ヒント

    不正使用を報告

    段落のコメント

    ログイン