Benjamin mengikuti Zoren dengan mata yang penuh pengamatan. Bahkan dalam perjalanan menuju perusahaan, ia tak bisa menahan diri untuk melirik ke jok belakang, hanya untuk melihat bosnya yang menatap keluar jendela.
'Apakah dia yang bersikap aneh, atau aku?' Benjamin bertanya-tanya, tidak yakin apakah ia hanya mencari sesuatu untuk dipikirkan.
Saran dokter adalah agar Zoren beristirahat hari ini, tetapi inilah Zoren. Meski ia mengalami kecelakaan, ia akan bekerja seolah tidak terjadi apa-apa. Hari ini pun tidak berbeda.
'Tapi entah bagaimana, aku merasa ada yang tidak beres! Atau justru sebaliknya, ada yang beres?' Benjamin menggosok dagunya, terbenam dalam pikiran. 'Atau mungkin dia hanya bangun dengan perasaan yang berbeda?'
Mata Benjamin kembali tertuju pada Zoren, ia mengerutkan keningnya. Yang mengejutkan, warna pucat Zoren masih bertahan. Ia terlihat seolah baru saja mendapatkan transfusi darah yang memberinya dorongan energi untuk beberapa hari ke depan.
"Benjamin."