Setelah mendengar ini, Zheng Wen pun merasa bahwa hal tersebut masuk akal. Selama periode ini, dia juga menyaksikan betapa labilnya sifat manusia. Orang-orang yang sebelumnya berusaha menyenangkan hatinya berbalik menyenangkan orang lain ketika melihat Keluarga Si dalam kesulitan. Beberapa bahkan berusaha berteman dengan Qin Zhen.
Dia merasa jijik hanya memikirkannya. Sudah jelas lebih baik menikahi seorang istri yang setia kepada anaknya.
Dengan berpikir seperti itu, Jiang An memang kandidat terbaik. Latar belakangnya saja sudah tidak bisa dibandingkan dengan orang-orang sebelumnya, belum lagi dia memiliki dua anak.
Namun, ketika dia memikirkan betapa tidak sopannya keluarganya terhadapnya, Zheng Wen masih merasa tidak bisa mengatasi halangan di hatinya.