Setelah membersihkan dirinya, wajah Mo Rao memerah.
Rambut hitamnya pun berantakan. Dia menyisirnya dengan sembarangan dan menatap Fu Ying dengan tajam. "Apa yang kamu inginkan?!"
"Bukankah saya sudah mengatakannya tadi?" Fu Ying tersenyum tanpa daya. "Lihat, kamu menginginkannya barusan, kan?"
Reaksi Mo Rao adalah hal yang paling disukai Fu Ying. Dia malu dan lembut, membuatnya bergairah setiap kali.
Mo Rao menggigit bibirnya dan tidak berkata apa-apa. Memang, dia telah bereaksi barusan.
Tapi ini bukan yang dia inginkan. Reaksi fisik tidak mewakili reaksinya secara psikologis.
"Baiklah, cepat pulang. Jangan sampai masuk angin. Nanti malam saya akan pulang lebih awal untuk menemanimu." Fu Ying mengulurkan tangan dan dengan lembut menyentuh kepala Mo Rao, seolah dia sedang menenangkan seorang anak.
Mo Rao menepis tangannya dengan canggung dan berpura-pura kesal. "Siapa yang ingin kamu pulang dan menemani aku? Aku tidak peduli meski kamu tidak pulang semalaman!"