アプリをダウンロード
29.16% Api dan Rumah / Chapter 6: 6 - Survei

章 6: 6 - Survei

'Satu jam.'

Deera menatap grup chat yang menurutnya saat ini hanya berisikan omong kosong, dengan tatapan geram. Dia tahu, kalau manusia-manusia di kelompoknya ini akan datang terlambat. Makanya, dia yang biasanya selalu datang lebih awal sengaja untuk datang ke titik pertemuan 15 menit terlambat. Tapi nyatanya, dia tidak melihat siapapun di sana.

"Jihan, where r u?"

Satu kalimat ini sudah Deera kirimkan berulang kali dalam berbagai macam versi, tapi belum ada satupun yang dibalas oleh ketua kelompoknya ini. Berdasarkan hasil kesepakatan kemarin, hari ini kelompok mereka akan melakukan kunjungan ke tempat yang akan menjadi sasaran projek mereka. Dan menurut hasil rapat kemarin, Deera akan memboncengkan Jihan sang ketua kelompok. Tapi, sejak sore ini, Jihan si perempuan cantik jelita itu tidak dapat Deera hubungi.

*Ding*

Keajaiban terjadi, nama yang paling ingin dia lihat muncul di layar ponselnya.

"Sorry kak, aku kirim lokasi ku sekarang yaa."

"Oke, kak."

Tak menunggu lama, Deera menarik gas motornya dan meluncur ke alamat tujuan. Tak seperti dugaannya, penderitaan yang Deera kira sudah berakhir ternyata masih ada part 2. Di sana, Deera masih harus menunggu tanpa kepastian. Karena pasalnya, Jihan kembali menghilang dan tidak dapat dihubungi.

Tak punya pilihan lain, Deera hanya berpasrah pada Tuhan yang maha kuasa dan berdoa agar dia diberikan ketabahan dalam menghadapi ujian ini. 😭

"Kakkk, sorry yaaa." Dari dalam gerbang yang menjulang tinggi, suara halus nan feminim dari Jihan dapat terdengar.

Deera menghela nafasnya panjang, sebelum akhirnya menampakkan senyum profesionalnya, "Ga papa, kak. Santai, aku juga baru aja keluar. Gimana? Kita nyusul yang lain sekarang?"

"Bentar, bentar, aku telepon kak Dimas dulu."

Pletak

Tanda 💢 muncul di bagian belakang kepala Deera, namun senyum yang sama masih tak tergoyahkan. Gadis itu hanya mengangguk dan mengurungkan niatnya untuk menghidupkan mesin motornya.

Setelah sekian lama waktu berlalu, Jihan kembali berjalan mendekat. Raut wajahnya tampak cemas bercampur khawatir, seolah ada berita buruk yang membahayakan nasib negara yang siap untuk dia sampaikan. "Kak." Ucapnya dengan nada memelas.

"Kenapa?"

"Kalo misal, motor kakak dititipin gimana? Aku kasihan kalau kakak capek boncengin aku. Jadi, nanti aku bonceng kak Dimas. Terus, kakak bonceng kak Tirta. Gimana?"

"Aku ikut aja si, Han." Sungguh, itu adalah apa yang Deera benar-benar pikirkan. Dia hanya ingin segalanya cepat berakhir, mau dia yang di depan atau di belakang, tidak masalah asalkan segera berangkat agar dia bisa segera pulang ke kos dan tidur.

"Ih, jangan terserah. Kakak gak masalah dibonceng kak Tirta?"

"Iya, Jihan. Gak masalah."

"Okee, aku telepon kak Dimas lagi yaa?"

'Astaghfirullahaladzim, la hawla wa la kuataillah. Kapan drama ini berakhir ya Allah? Ya Rabb? Kuatkan hamba.'

"Oke."

Matahari sudah hampir tenggelam, yang tadinya janjian mahgrib sudah sampai ke lokasi, sekarang nyatanya adzan hampir terdengar tapi dia masih belum beranjak dari depan kos Jihan.

"Kak, kita shalat aja dulu yaa? Motor kakak titipin ke kampus aja."

"Kenapa gak di kos kamu, Han?"

"Ada Tante di kos, nanti ditanyain macem-macem. Aku ambil helm dulu yaa? Abis ini kita ke masjid kampus sekalian nitipin motor."

'Aing macan, aing kuat!'

Setelah melewati berbagai macam ujian yang datang silih berganti, akhirnya, Deera berhasil berkumpul dengan semua anggota kelompoknya. Dalam hati, dia mengucapkan syukur beribu kali. Setidaknya, mereka berhasil berkumpul. Dia hampir mengira kalau semua anggota kelompoknya berasal dari belahan bumi yang berbeda-beda.


Load failed, please RETRY

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C6
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン