Mentari pagi mulai bersinar menunjukkan pesonanya yang indah serta penuh dengan kehangatan kepada para penduduk bintang biru (Bumi), tak ingin ketinggalan gerombolan burung-burung Diurnal-pun ikut andil untuk membangunkan para penduduk bintang biru dengan paduan suara kicauan mereka...
Saat ini pada suatu tempat, lebih tepatnya sebuah ruang tamu yang berada di kediaman keluarga Erlangga. Kita dapat melihat siluet beberapa anak muda dari umur 8-17 tahunan tengah berbincang-bincang ria....
Anak-anak tersebut tak lain merupakan 'Tiga serangkai Erlangga' dengan tambahan 'Duo kakak-adik' dari keluarga Chang tertentu, mereka semua berkumpul dengan tujuan untuk mengantar kepergian dari kakak tertuanya mereka masing-masing yakni Leonardi beserta Irene...
"Sebentar lagi, koneksi portal yang terhubung dengan Soul Island akan terkoneksi secara sempurna. Apa kamu sudah siap sedia, Irene??" Leo sebagai generasi ke-tujuh dari pemimpin keluarga Erlangga (Jika tidak ada kecelakaan maka Leo akan menjadi kepala keluarga generasi ke-tujuh) serta merupakan seorang pemilik pulau yang akan memulai debut resminya pada tahun ini. Jelas memiliki mentalitas yang jauh lebih siap jika kita membandingkan dirinya dengan seorang Irene (Sosok gadis yang telah di tinggal oleh kedua orang tua kandungnya, serta menjadi anak angkat dari sebuah keluarga)
Irene yang di-lontarkan sebuah pertanyaan oleh Leo-pun hanya bisa mengangguk pelan sambil berkata "Siap tidak siap, kita harus menghadapinya bukan?? Lagipula hidup hanya sekali, kita harus menikmati setiap momen yang akan terjadi kan"
Mendengar ucapan dari Irene jelas membuat Leo hanya bisa tersenyum masam mengingat generasi mereka. Pada saat ini akan menjadi Beta tester dari sebuah peralatan terbaru milik pemerintah, benda tersebut merupakan seperangkat [Soul] yang terdiri atas tiga barang berbeda.
Tiga barang tersebut ialah [Soul Extraction] yang merupakan perangkat berbentuk kubus panjang laksanakan sebuah peti mati dari Agama Kristen ataupun Hindu tertentu, benda ini sendiri berfungsi untuk mengekstrak keberadaan suatu objek entah itu manusia ataupun non-manusia menjadi bentuk chip...
Chip itu sendiri bernama [Soul Chip] yang bentukannya tidak jauh berbeda dengan sebuah memory card, benda kecil ini akan sangat mempermudah generasi Leo serta generasi pemilik pulau di masa mendatang untuk mengangkut barang-barang bawaan mereka ke alam [Soul Island].
Dan benda terakhir bernama [Soul Inlay] yang merupakan perangkat elektronik berbentuk layaknya Digital Versatile Disc (DVD), berfungsi untuk mengirim data-data dari [Soul Chip] langsung menuju dunia [Soul Island]...
[BIP.. BIP.. BIP..]
Smart-watch milik Leo telah berbunyi, yang dimana ini merupakan pertanda kalau gerbang menuju [Soul Island] telah terhubung dengan perangkat [Soul Inlay] miliknya.
"Daku akan pergi duluan jangan lupa untuk memasukkan semua chip bersamaan denganku nanti, Ella dan Seto Kakak pergi dulu ya jaga kesehatan kalian!!! Kakak akan menelpon setiap malam untuk mengecek keadaan kalian nanti" Mengambil nafas dalam-dalam Leo pun mulai melangkah-kan kaki-kakinya menuju [Soul Extraction].
.
.
.
.
.
[Leonardi Soul Island]
"Ugghhh... Sebuah perjalanan yang sangat tidak menyenangkan sama sekali, bukan begitu Zing'er???" Leo yang telah sampai dengan selamat di pulau jiwa miliknya itu-pun tanpa basa-basi langsung memunculkan Zing'er dari chip.
"Uhm, akhirnya setelah sekian lama daku bisa mendapatkan tubuh fisik juga. Senang rasanya!!" Bukannya membalas perkataan Leo, Zing'er justru mulai melakukan peregangan sekaligus melakukan pengecekan terhadap tubuh fisik barunya itu.
"Zing'er setidaknya bersikap sopanlah sedikit kepada tuan muda Leo, bagaimana-pun juga tanpa keberadaan dirinya. Kita hanya akan memiliki wujud astral saja" Tidak hanya Zing'er seorang sajalah yang dibawa oleh Leo karena anak sulung keluarga Erlangga tersebut juga membawa serta sesosok makhluk yang memiliki tampang sangar serta berbadan besar juga, membuat kita semua berpikir kalau sosok tersebut cukup kuat kan?
"Cih, baiklah.. Daku mengerti Zhang Gui"Timpal Zing'er kepada makhluk yang memiliki tinggi mendekati pohon kelapa dewasa tersebut, mengingat spesies yang dimiliki oleh Zhang Gui sendiri ialah sosok hantu Begu Ganjang....
Begu Ganjang merupakan spesies hantu dari daerah Sumatera Utara negara Indonesia, kabar mengatakan kalau tinggi dari sosok tersebut hampir mendekati bahkan melampaui pohon kelapa dewasa.
Zhang Gui di sini merupakan salah satu dari Begu Ganjang yang memiliki tinggi paling luar biasa dalam kelompok Begu Ganjang lainnya,"Terima kasih Gui, bagaimana menurutmu pepohonan pada pulau ini?? Bagus atau tidak???" Leo jelas tidak memperdulikan ketidak-sopanan dari Zing'er lagipula hantu kecil itu sama sekali tidak memiliki kegunaan untuk sekarang...
Leo jelas lebih memperdulikan sosok Gui mengingat dia memiliki kemampuan untuk mengecek kualitas tanaman sekitarnya dan ini termasuk dengan pepohonan juga, "Tidak terlalu buruk tuan muda, kualitas pepohonan di sini hampir sama dengan kualitas pohon yang telah kami pelihara" Gui menjawab dengan singkat dan padat, sehingga Leo-pun memunculkan sebuah senyuman di wajahnya
[Sring.... ]
Sebuah cahaya bersinar untuk sesaat sebelum akhirnya menunjukkan sosok Irene yang tengah terdiam tak bisa berkata-kata menyaksikan wujud dari Zhang Gui itu, "Irene akhirnya kamu sampai juga, ayo keluarkan Kak Ayu serta Kak Sia dari chip mereka" Tutur Leo yang langsung menyadarkan Irene dari keadaan tersebut??
"I-i-i-ini!!! A-ambil dan ba-bawa jauh-jauh sosok raksasa ini" Sambil terbata-bata sekaligus agak takut menyaksikan sosok Gui yang menjulang tinggi, Irene langsung melemparkan dua buah chip memori yang di-inginkan oleh Leo kepada pemuda itu.
"Hallo-hallo Kak ayu, dan Kak Sia bagaimana perjalanan kali ini apakah nyaman?? Saya harap kedua nona muda sekalian dapat memberikan bintang lima terhadap perjalanan kali ini" Sedikit bercanda Leo-pun menyapa kedua sosok dengan nada ramah.
Yang membuat kedua sosok hantu perempuan kakak-kakak tersebut hanya bisa terkikik geli mendengar sapaan penuh candaan dari Leo tersebut akan tetapi Irene justru bertambah takut ketika kedua sosok tersebut mengeluarkan kikikan mereka.
Zing'er jelas menyaksikan keadaan Irene sekarang yang tengah ketakutan setengah mati, "He'i, teman Leo di sana... Kamu tidak perlu ketakutan seperti itu, lagipula posisi kami hanyalah penduduk pulau jiwa saja jauh lebih rendah dibandingkan status dirimu" Ujar Zing'er yang berhasil dengan mudahnya menarik Irene dari rasa takutnya.
"Hahahaha iya juga ya, ma-maaf karena daku merasa takut kepada kalian semua" Dengan rasa canggung sang primadona kelas itu-pun justru meminta maaf kepada para hantu, yang pada akhirnya membuat suasana menjadi sedikit canggung seketika.
"Adik Irene bukan?? Kakak mengenalmu, kamu adalah primadona kelas 12-A bukan??? Senang rasanya bisa berjumpa dengan adik kelas selain adik Leo di sini" Ayu berkata dengan nada ramah tak lupa ia juga menjulurkan tangannya ke depan berniat untuk bersalaman dengan Irene...
Irene yang meski merasa agak takut tetap memberanikan dirinya untuk menyambut juluran tangan dari sosok Ayu tersebut, terlebih ketika dia mendengarkan kata 'Adik kelas' dalam ucapannya, "Sa-salam kenal juga Kak???" Balas Irene sedikit terbata-bata sambil mencoba semaksimal mungkin untuk bersikap ramah kepada sosok kuntilanak itu.
Bisa dikatakan Irene hanya mengenal nama beserta wujud dari Zing'er saja mengingat remaja perempuan itu pernah berjumpa dengan jiang-shi tersebut sewaktu malam Jum'at Kliwon, "Ayu, panggil saja Mbak Ayu ataupun Kakak Ayu yang mana saja terserah kamu sih" Ucap Ayu sembari memperkenalkan dirinya kepada Irene.
"Uhmmm, salam kenal kak Ayu... Namaku adalah Irene Handono, dari kelas 12-A" Irene kembali memperkenalkan dirinya kali ini secara lengkap dengan tanpa nada terbata-bata, sebab saat ini Ayu telah mengatur penampilannya layaknya seorang manusia awam.
"Ehem, baiklah karena waktu masih pagi bagaimana jika kita mencari tempat untuk mendirikan tenda dahulu??" Leo jelas merasa senang menyaksikan Irene yang sudah tidak ketakutan lagi, ini juga menjadi alasan kuat kenapa Leo memilih Kak Ayu...
Menurut Leo untuk tahap awal Gui serta Sia sudah jauh lebih cukup untuk membangun ekosistem kecil buat mereka berenam, satu sisi di daratan satu lagi di perairan tidakkah ini sudah cocok???
.
.
.
.
TBC
Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!