{Ruang tamu Erlangga}
Tanpa membuang banyak waktu, Leo-pun muncul kembali di hadapan para gadis setelah hampir 7 menit berlalu. Leo yang telah menyelesaikan ritual mandi-nya, jelas terlihat jauh lebih germilang serta sedap untuk di-pandang oleh para gadis di-bandingkan sesaat sebelumnya....
"Maaf soal yang tadi Ladies, daku harap kalian berdua tidak menunggu-ku hingga mati kebosanan tadi" Leo berkata dengan sehelai handuk yang tengah menyelimuti rambut hitam pendek miliknya, pertanda kalau bahwasannya remaja lelaki ini sempat melakukan keramas tadi.
Irene melirik sekilas ke arah sang adik yang kini tengah diam mematung melihat sosok Leo tersebut, "Ehemm!!! Santai saja, kami tidak merasa bosan sama sekali kok... Lagipula adik bungsu-mu sempat datang serta mengobrol dengan kami tadi, dia bahkan dengan riangnya sedang menyiapkan sedikit cemilan untuk kami sekarang" Irene berucap sambil berdehem cukup keras demi membawa kesadaran Sang Adik dari lamunannya tersebut...
"E-eh?? Aah, ya i-itu benar sekali!!! D-daku tidak merasa bosan sama sekali kok!!!" Via kembali menunjukkan semburat malu karena tertangkap basah tengah melamun tadi, meskipun tidak ada yang tahu seperti apa lamunannya tersebut tapi Via masih saja merasa sangat malu terlebih lagi ketika sosok yang ia lamun-kan berada di-hadapannya kan?
Leo tersenyum memaklumi tingkah laku dari kedua sahabat baiknya tersebut, dia cukup sadar diri meskipun dirinya bukan termasuk dalam keluarga dengan kekayaan yang melimpah akan tetapi keluarga Erlangga sendiri memiliki pesona tersendiri dalam pandangan keluarga-keluarga kaya serta terkemuka lainnya bahkan beberapa petinggi negara-pun harus memberikan muka terhadap mereka (Keluarga Erlangga)...
Hal ini-pun juga di-alami oleh Leo yang notabene merupakan anak sulung dari keluarga Erlangga, jelas Leo memiliki pesona serta status yang sedikit lebih bagus dibandingkan tuan muda dari beberapa keluarga lainnya untuk menghipnotis ataupun menggaet anak-anak gadis seperti Irene ataupun Via...
"Permisi kakak-kakak sekalian, sambutlah cemilan spesial dari Chef Ella!!! Namanya adalah Brownies Kukus Coklat" Tepat ketika Leo ingin mengatakan sepatah kata lagi, Ella sang Adik Bungsu datang sembari membawa sebuah nampan yang di atasnya berisi sepiring kue dan tiga buah minuman berwarna kuning pucat??
"Terima kasih Ella" Dengan senyuman hangat Via-pun menerima sajian sederhana dari Ella (sang calon adik ipar) sekaligus membantu untuk menyajikan cemilan beserta minuman tersebut, tentu saja hal kecil ini membuat Ella merasa sangat senang sekali menyaksikan seberapa ramahnya kekasih masa kecil Kakak Sulungnya tersebut setidaknya Ella bisa merasa lega jika seandainya Sang Kakak tercinta akan menjalin hubungan khusus dengan Ella di masa mendatang kan??
Dengan kecepatan serta ketelitian dari kedua gadis kecil tersebut, cemilan dan minuman yang sederhana itu-pun tertata dengan cukup rapih dan bisa dikatakan sebagai (cemilan pembunuh gadis-gadis muda) berdasarkan keindahannya sendiri....
"Selamat makan, Humph... Enakkkk" Via jelas menjadi orang pertama yang mencicipi cemilan buatan Ella, dan tanpa rasa segan sedikit-pun dia langsung memuji rasa dari Brownies tersebut.
Ella jelas merasa senang sekaligus bangga terhadap pujian dari sosok Kakak Via itu, membuat Leo merasa agak malu melihat tingkah laku adik bungsunya tersebut. 'Dia bukanlah adikku' Itulah yang terlintas dalam pikiran Leo ketika dirinya secara diam-diam menyaksikan reaksi Ella terhadap pujian Via.
Tanpa di sadari oleh para adik-adik yang berada pada ruangan tersebut, kedua kakak mereka tampaknya memiliki pemikiran yang sama terhadap adik masing-masing yakni 'Merasa malu terhadap tingkah adiknya'...
.
.
.
.
.
{Timeskip : Dua puluh menit kemudian...}
Setelah perbincangan ini-itu, pada akhirnya kedua sosok adik-adik tersebut-pun beranjak dari ruang tamu meninggalkan para Kakak-kakak tersayang mereka untuk berbincang-bincang ria...
"By the way, Irene kalau daku tidak salah ingat sebentar lagi festival Kue Bulan akan berlangsung bukan?? Itu artinya tidak akan lama lagi sebelum tanggal itu kan??" Setelah merasa kalau tidak akan ada pihak ketiga dalam pembicaraan mereka, Leo-pun mengangkat sebuah topik yang cukup penting bagi keduanya untuk di-perbincangkan.
Badan yang penuh aura kemayu itu jelas agak tersentak mendengar pernyataan kecil dari Leo tersebut, "Kamu benar Leo, apa kamu sudah siap untuk memilih Leo seperti apa pulau jiwa yang akan kamu bangun Leo??" Kali ini Irene kembali bertanya kepada Leo, sebuah pertanyaan yang pasti telah dia ketahui sedari dahulu sebagai hal tabu teruntuk anak sulung keluarga Erlangga itu.
Leo hanya diam menikmati minuman berupa perasan lemon tersebut dalam keheningan, minuman yang sudah dengan susah payah dibuatkan oleh Sang Adik tersayang "Tentu saja. Daku sudah menentukannya bagaimana denganmu, ingin bergabung dan bekerja sama??!!" Menjawab seadanya dan kembali melayangkan sebuah pertanyaan, itulah cara Leo untuk berbincang dengan Irene yang memang seumuran dirinya.
"Hufttt... Sejujurnya daku merasa tidak yakin berhasil lolos dalam gelombang pertama, diriku ini tidak punya pengalaman serta kekuatan yang cukup untuk melewati hal-hal merepotkan nan rumit seperti ini" Menjawab pertanyaan Leo dengan jujur, hanya hal ini lah yang bisa dilakukan oleh Irene.
Mengingat selama beberapa tahun ini Irene jelas merasakan tekanan tak terlihat, terlebih tekanan tersebut semakin menekannya hari demi hari dan akan meletus pada dua bulan lagi tepat setelah festival Kue Bulan berakhir.
"Daku ingin mengembangkan wahana horror sebagai fondasi [Soul Island]-ku, tertarik untuk ikut serta??" Sebuah ajakan serta sebuah pernyataan yang penuh percaya diri di lampirkan oleh Leo kepada Irene, "Wahana horror?? Ya, sejujurnya idemu itu terlalu anti-mainstream sekali. Apa kamu yakin rencana-mu ini bisa menuai kesuksesan??" Irene jelas tidak langsung menyetujui ajakan Leo, ayolah dia tidak sebodoh itu sehingga men-iyakan ajakan Leo kan??
"Hal-hal ini akan berhasil karena daku memiliki (Click)... MEREKA" Leo tidak memiliki niatan untuk bertele-tele, tapi langsung menjentikkan jarinya serta merta memberikan Irene sedikit kekuatan jiwa miliknya untuk melihat hal-hal tersebut.
Kedua bola mata Irene membulat sempurna bahkan terlalu membulat hingga Leo agak khawatir jika kedua bola mata sobatnya itu akan keluar dari tempat mereka, "Bagaimana menurutmu?? Tidakkah ini lebih dari cukup??" Leo kembali bertanya kepada Irene yang saat ini hanya bisa terus menundukkan kepalanya saja, sama sekali tidak memiliki keberanian untuk mengangkat kepalanya ataupun beradu tatapan dengan Leo sekarang.
Irene-pun secara perlahan-lahan menarik nafas sembari menghembuskannya mencoba menghilangkan ketakutan serta ketegangan berlebih yang muncul pada setiap saraf otot-otot tubuhnya. "Merekalah yang kamu sebutkan ini, sudah berapa lama ada disini??" Tanya Irene dengan nada yang sangat pelan sekali, bahkan Leo-pun merasa agak kesusahan mendengar pertanyaan Irene tersebut saking pelannya.
"16-tahun, 9-bulan, 25-hari... Itulah waktu yang telah diriku habiskan bersama mereka" Jawab Leo dengan nada santai, tak lupa ia juga seolah-olah terlihat menyapa sesuatu hal.
Tindakan Leo pasti terlihat dengan jelas oleh Irene yang masih terhubung sekaligus memiliki sedikit energy jiwa milik Leo, dan hal yang telah di lihat oleh Irene sekarang berulang-ulang kali jauh lebih mengerikan dibandingkan makhluk-makhluk sekitarnya...
.
.
.
.
Kira-kira seperti apakah wujud dari hal (Makhluk) yang bisa dengan mudah membuat Irene sang gadis cantik, berpikir kalau tidak ada satu-pun makhluk yang berpenampilan jauh lebih menyeramkan dibandingkan makhluk itu???
Well, Penulis-pun juga penasaran sekaligus bertanya-tanya kira-kira makhluk seperti apakah yang pantas di gambarkan sebagai makhluk paling mengerikan???
Penasaran bukan?? Lalu tetap ikuti terus novel ini agar kalian tahu seperti apa wujud makhluk tersebut..
TBC
Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!