アプリをダウンロード
82.6% Be The Best in Anime World / Chapter 19: Ch - 19 : Taman Bermain?

章 19: Ch - 19 : Taman Bermain?

"Jika kau bergerak sedikit saja, aku akan menembakmu."

"..."

*BANG*

Suara tembakan sangat keras terdengar di Kelas, tapi tidak ada satupun orang yang mendengarnya. Lagipula, siapa yang mau pergi ke Sekolah di hari libur? Semua Murid pasti sedang menikmati hari libur mereka dengan cara tidur ataupun melakukan sesuatu.

Tapi, Shin pagi tadi dihubungi oleh Kepala Sekolah terkait Lomba Kejuaraan. Baru saja dia menyelesaikan masalah itu, lalu ada seorang gadis yang secara terang-terangan mengajaknya kencan.

"Aku sedang menunggu jawabanmu, Sasaki Shin."

"Ini terlalu tiba-tiba. Dan juga, apa-apaan itu? Kau membawa senjata asli?"

Gadis cantik itu bisa mengeluarkan senjata dari dalam roknya, yang membuat Shin bertanya-tanya bagaimana dia bisa melakukan itu? Namun, yang membuatnya kaget adalah gadis itu tidak segan-segan akan menembaknya jika dia bergerak sedikit saja.

"Coba ulangi perkataanmu tadi."

"Sasaki Shin, pergilah bersamaku ke taman hiburan hari ini. Begitu. Apa jawabanmu?"

"Nah, sekarang coba pikirkan. Ada seseorang yang tiba-tiba mengajakmu berkencan, bahkan belum saling mengenal satu sama lain."

"Maafkan aku. Namaku Sento Isuzu. Bagaimana?"

"Bagaimana, ya? Aku juga kurang mengerti apa isi di dalam kepalamu."

"..." Sento Isuzu mendekatkan ujung senjata api itu ke arah kepala Shin, berniat mengancamnya sekali lagi dan jarinya sudah siap menarik pelatuknya. Namun, hal itu tak membuat Shin ketakutan sedikitpun ataupun merasa gelisah.

"Coba kulihat jadwalku dulu." Shin mengambil ponselnya, melihat jadwal hariannya. "Hari ini … yah kosong. Tapi aku tetap ingin menolak ajakanmu." Ucapnya dengan santai.

Ujung senjatanya ditempelkan di dahi Shin, matanya menatap tajam ke arah Shin. Sento Isuzu saat ini benar-benar serius.

"Pastinya tidak boleh, ya." Shin merasa kebingungan dengan situasinya saat ini, tapi kalau dipikir-pikir lagi ini bukan pertama kalinya. Bagaimanapun juga, dia sudah pernah mengalami hal yang lebih dari ini.

"Baiklah." Satu kata itu membuat Sento Isuzu menarik senjatanya dari dahi Shin, lalu mengangguk ke arahnya.

"Kita akan bertemu di Halte Bus dekat sini." Setelah itu, gadis itu pergi begitu saja dari kelas.

"Gadis gila." Hanya itu satu-satunya yang Shin keluhkan.

***

Di Halte Bus, Shin duduk dengan tenang sambil melihat jam tangannya. Dia mengenakan pakaian simpel tapi sopan, tidak terlalu merepotkan untuk dipakainya, dan yang pastinya nyaman dia gunakan.

'Kuharap gadis itu tidak telat.'

"Sasaki Shin-kun."

'Baru juga kubilang.' Shin melirik ke belakang, melihat seorang gadis berpakaian simpel sepertinya.

Gadis itu memang cantik dan bertubuh seksi untuk seukuran anak SMA. Dia selalu berekspresi datar dengan tatapan datarnya juga, memiliki rambut cokelat keemasan panjang yang diikat menjadi ekor kuda dengan pita hitam dan putih. Lalu dia mengenakan stocking putih yang entah mengapa sedikit mengganggu Shin dalam beberapa artian.

"Jadi mau kemana kita?"

"Taman hiburan keluarga, Amagi Briliant Park."

"Daerah itu? Lumayan jauh juga. Dan kalau kudengar-dengar, katanya taman itu sudah bobrok dan hampir bangkrut."

"Sangat disayangkan, tapi memang begitu kenyataan." Ucap Sento dengan wajah sedikit murung, membuat Shin bertanya-tanya apa yang salah dari kata-katanya.

Bus sudah datang, mereka naik dan duduk di kursi paling belakang. Keduanya agak berjauhan mengingat bahwa mereka belum mengenal satu sama lain, bahkan hubungan mereka bisa dibilang bukan teman yang membuat suasana canggung.

Shin bermain game di ponselnya. "Ngomong-ngomong, apa tujuanmu mengajakku?" Tanya Shin.

"Kencan."

"Itu saja? Yah, terserah." Bukan berarti Shin tidak curiga, tapi dia mau mengamati apakah Sento berbahaya atau tidak. Pastinya gerak-gerik Sento sudah mencurigai, sejak pertemuan pertama mereka di kelas tadi.

Perjalanan memakan waktu 50 menit, lumayan lama dan membosankan. Shin bisa melihat sebuah pintu masuk berbentuk benteng kastil dan di petanya itu bernama Taman Amagi Briliant Park, jadi dia bersiap-siap turun, tapi Sento mengentikannya.

"Ada apa? Kita sudah sampai."

"Belum. Perhentian berikutnya. Itu bukan Taman hiburan."

"Lalu apa?"

"Hotel cinta."

"Eh?" Shin tidak menyangka jawaban yang dia terima lebih gila dari tebakannya. "Menyesatkan. Mengapa tidak diubah saja?"

"Banyak orang yang salah mengira. Dulu memang pintu masuknya di sini, tapi sekitar sepuluh tahun yang lalu sejak direnovasi, pindah ke tempat lain dan orang-orang yang salah mengira." Ucap Sento sambil menunduk kebawah. "Permintaan untuk mengubah nama itu sudah dilakukan sejak dulu, tapi selalu diabaikan karena berbagai hal."

"Kau tahu banyak soal ini." Jelas hal itu membuat Shin langsung curiga dan mencoba menebak-nebak dari bukti serta informasi yang dia dengarkan dari kata-kata Sento.

'Apa dia adalah salah satu Pekerja di sini?'

***

Akhirnya Shin dan Sento sampai di Taman hiburan. Dan, seperti yang dikatakan Shin sebelumnya, taman hiburan ini sudah bobrok dan tidak terawat seperti taman hiburan pada umumnya, artinya akan bangkrut dalam beberapa bulan lagi.

Bahkan, Shin beranggapan kalau taman hiburan ini sudah tidak memiliki harapan lagi untuk menjadi taman hiburan sebagaimana semestinya.

"Ayo."

Sento memimpin jalan, sementara Shin mengikutinya tepat di sebelahnya. Mereka berdua masuk ke dalam taman setelah melewati pintu masuk, anehnya Shin tidak perlu membayar tiket masuk atau semacamnya seolah-olah ini sudah direncanakan untuknya.

'Gadis ini … aku belum tahu niatnya. Lebih baik perhatikan dulu gerak-geriknya.'

Saat masuk, pemandangan hampa dan sepi serta juga 'bobrok' sangat jelas terlihat di depan mereka. Tidak ada kata 'hiburan' sini.

"Aku tidak bisa berkata-kata."

"Ayo kita pergi ke Bukit Penyihir, salah satu Area di taman hiburan ini."

"Terserah."

Shin hanya mengikuti Sento yang tampak seperti pemandu wisata baginya. Ada papan besar yang bertuliskan "Bukit Penyihir", lalu Sento mulai menjelaskan tentang hal-hal detail di sini.

"Ini adalah sebuah Kerajaan Impian."

"Sama sekali tidak terdengar seperti itu."

Mereka berjalan, lalu sampai di depan salah satu wahana di sini. Tidak ada yang membedakannya, malahan sama-sama tidak terawat dan kotor.

"Ini adalah salah satu wahana di sini. Petualangan Bunga Tiramie. Kau akan menemukan banyak cinta dan kebahagiaan di sini."

"Jangan mengucapkan kata-kata berlebihan kalau bangunannya saja terlihat seperti itu. Aku ragu, seperti apa dalamnya."

Kemudian, penderitaan Shin dimulai di Taman Bermain yang tidak seperti Taman Bermain ini. Wahana pertama yang Shin naiki adalah sebuah kereta dengan rel kereta yang rusak dan tidak diperbaiki. Bahkan Maskot bernama Tiramie yang Sento sebutkan saja tidak muncul di wahana khususnya.

Wahana kedua adalah Teater Music, tapi sayangnya hari ini tutup. Sento mengatakan kalau Macaron atau salah satu Maskot di sini, tidak bermain music karena tidak bersemangat. Shin merasa lega, karena dia meragukan permainan musik yang ada di sini bahkan sebelum dia mendengarkannya. Itu cuma perasaannya saja.

Wahana ketiga adalah wahana khusus Maskot Utama di Taman Bermain ini.

"Rumah Permen Moffle, wahana yang akan memberimu tantangan dan perasaan menyenangkan. Dan, Moffle adalah peri permen. Dengan memakan permennya akan membuatmu bahagia."

"Sudah kubilang jangan mengatakan hal yang berlebihan."

Ternyata hanya permainan tembak-tembakan. Shin diberikan satu buah pistol kecil berwarna biru, lalu dia disuruh menembak tikus sebanyak mungkin. Sedangkan Sento hanya mengawasinya saja sambil menjelaskan seperti pemandu wisata.

"Oi, bukankah ini terlalu cepat untuk dimainkan anak-anak?" Shin berkata seperti itu setelah melihat kemunculan tikus-tikus robot yang selalu muncul tidak beraturan dan sangat cepat.

Belum sampai satu detik pun tikus-tikus itu sudah kembali di dalam, sangat mustahil bagi seseorang yang memiliki refleks rendah memainkan game ini, sekalipun ada seseorang yang memiliki refleks tinggi tetap akan kesulitan.

Namun, Shin bukanlah keduanya, dia adalah orang yang memiliki refleks abnormal dan kecepatan serta ketepatan abnormal. Semua robot tikus yang muncul langsung dia tembak dengan cepat, hingga membuat Sento agak terkejut ketika menontonnya.

"Heh. Aku merasa tertantang di sini." Kata-kata Sento tadi ada benarnya juga, dan Shin menyeringai tak sabar melihat hadiahnya seperti apa.

"Jangan senang dulu, di dapur ada lebih banyak tikus. Kau harus siap."

"Oke."

Benar saja. Di dapur tingkat kesulitannya benar-benar berbeda, ada jauh lebih banyak tikus dan ruangannya yang sedikit sempit membuat Shin agak kesulitan saat menembak. Tapi tetap saja Shin berhasil menembak tikus-tikus robot itu dengan tepat dan cepat.

"Aku tak menyangka ternyata kau juga ahli dalam menembak, Sasaki Shin-kun."

"Beruntung saja."

Mereka melihat jumlah tikus yang Shin tembak, totalnya ada 93 dari 100 tikus. Kurang tetapi Shin merasa puas, lalu dia dituntun ke dalam ruangan lain dimana dirinya harus berfoto dengan Maskot bernama Moffle yang Sento sebutkan tadi.

Dari dalam pintu, keluar Moffle yang memiliki bentuk tikus cokelat besar dan mengenakan topi serta pita merah. Hidungnya besar, tingginya sangat jauh lebih pendek dari Shin.

"Moffu."

"Jadi ini adalah Maskotnya." Shin bisa merasakan hawa keberadaan Moffle, tapi … Moffle bukan manusia melainkan Maskot itu sendiri. Jadi dia benar-benar boneka tikus yang bisa bergerak, namun hawa keberadaan agak mengganggu baginya.

"Kami ingin berfoto. Boleh?"

"Moffu." Moffle hanya mengangguk.

"Dia cebol."

"!!!" Ucapan Shin membuat Moffle terkejut dan marah karena merasa terhina.

"Cepat foto kami. Aku tudak punya banyak waktu untuk berdiri di sini saja."

"Grrr." Meskipun begitu, Moffle tetap memfoto Shin dan Sento.

"Tunggu, seharusnya kau juga ikut."

"Cuih!"

"..." Shin berpikir kalau Maskot unggulan ini benar-benar menyebalkan. Tapi dia tak mau membuang waktunya untuk berdebat, jadi dia berjalan pergi dari sana. "Ayo, Sento Isuzu. Tinggalkan tikus cebol itu."

"!!!" Kamera yang seharusnya untuk memfoto, justru dilempar oleh Moffle ke arah Shin.

Tapi Shin berhasil menangkap kamera itu, melirik ke belakang dengan tatapan kesal juga. Moffle tidak merasa terancam dengan tatapan Shin, dia malah maju dan berniat memukul Shin, jadi Shin juga melakukan hal yang sama.

*BANG* *BANG*

Sento memunculkan dua senjata api, menembak keduanya dengan santai tanpa wajah bersalah sedikitpun. Moffle yang tertembak langsung terjatuh tak berdaya dengan wajah meringis kesakitan, sedangkan Shin berhasil menghentikan peluru menggunakan jari-jarinya.

"Tidak mungkin. Peluruku .." Bahkan Sento pun terkejut melihatnya. Pelurunya tidak mungkin meleset, tapi Shin menahannya. Refleks Shin sangat cepat!

"Kau hampir membunuhku tahu!"

"Tidak. Itu cuma peluru yang memberikan rasa sakit saja. Tidak sampai membunuh seseorang."

"Tetap saja berbahaya!"

"Tapi, bagaimana bisa kau menghentikan peluruku?" Sento terheran-heran.

"Beruntung saja." Shin membuang peluru ditangannya, lalu merapihkan pakaiannya. "Ayo kita pergi dari sini. Tempat ini benar-benar menyebalkan." Ucap Shin sambil berjalan pergi.

Sento terdiam, lalu memasukkan senjatanya kembali ke dalam roknya. Dia mengabaikan Moffle yang berbaring kesakitan dan menyusul Shin yang sudah keluar.

***

"Jadi bagaimana?"

"Aku menghabiskan waktuku untuk hal yang tidak berguna dan tidak menyenangkan." Shin merasa lelah serta kesal dengan semua kekonyolan yang dia lihat dan naiki di Taman Bermain yang tidak mirip seperti Taman Bermain ini.

"Aneh. Kupikir kamu marah karena secara tiba-tiba dipaksa oleh seorang gadis gila untuk pergi kencan dan berjalan tanpa arah di taman bermain—"

"Yang sama sekali tidak seperti taman bermain. Itu salah satunya, tapi setidaknya kau menyadari betapa menyebalkan dirimu. Huft."

"..." Sento terdiam dan mengambil sebuah buku catatan dari dalam tasnya. Dia mulai membacakan isi buku catatan tersebut. "Sasaki Shin. SMA Elite Tokyo, kelas 1-5. Umur 15 tahun. Tinggal sendirian. Tidak terlalu tampan, namun pintar dan jago olahraga."

"Lalu apa?"

"..." Sayangnya cuma sebatas itu saja yang Sento ketahui tentang Shin.

Shin menyeringai. 'Kau tidak akan bisa menemukan hal apapun tentangku, Nona. Percuma saja.' Pikir Shin, lalu dia merenggangkan ototnya dan berkata. "Jadi apa tujuanmu mengajakku ke sini?"

"..." Sento cuma terdiam.

"Tapi, ini sudah sore dan hampir malam. Aku lelah dan ingin tidur seharian. Dah .."

"Tunggu!" Sento menahan tangan Shin agar tidak pergi. "Makan ini terlebih dahulu." Dia menyodorkan satu piring berisi tiga kroket.

"Kebetulan aku lapar." Tanpa pikir panjang, Shin mengambil kroket itu dan memakannya. Tak disangka, rasanya lebih lezat dan sangat enak di mulutnya, tanpa sadar dia mengambil lagi dan melahap habis tiga kroket tersebut.

"Enak?"

"Sangat. Apa kau yang membuatnya?"

"Bukan, orang lain. Sebelum kamu pergi, mau kah bertemu dengan seseorang yang membuatnya?"

"Jika aku menolak, kau pasti akan menembakku."

"Tentu saja."

"..."


Load failed, please RETRY

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C19
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン