Ia tahu kelakuan putrinya yang sangat jauh dengan Mark membuat Massimo bingung harus cara apalagi agar Andriana tidak membuat ulah. Dulu Andriana sempat di sekolahkan masuk Asrama di Amerika, tapi tidak bertahan lama karena Andriana membuat kenakalan sampai teman-temannya takut. Tentu saja orang tua mereka tidak bisa kalau Andriana tetap di asrama tersebut.
"Semalem kamu kemana sama Jaevan itu?" tanya Mark.
"Maksud kakak?"
"Kamu mabuk berat, dia sampai bawa kamu ke rumah tengah malam. Astaga, Riana! Kalau dia bukan laki-laki baik pasti kamu diperkosa!" Celetuk Mark.
"Apa iya? Padahal aku nggak banyak minum kok,"
"Apa kamu bilang? Kamu muntah, kamu kayak orang gila tau nggak?!"
"Masa sih?"
Flashback semalam.
Andriana panggilan Riana, dia sedang mabuk berat hingga tak bisa berdiri kemudian tertidur. Di paha seseorang yang sama sekali tidak ia kenal sebelumnya. Lelaki itu Jaevan yang mengikuti Riana keluar dari pesta untuk menghindarinya, tanpa pikir panjang dia akan mengantarkan Riana pulang ke rumah.
"Kenapa sih gue dijodohin?" Ucap Riana saat sedang mabuk. Matanya melek merem, "mending mati aja kali ya, mana gue masih punya pacar lagi!" lanjut Riana kemudian benar-benar tidak sadarkan diri lagi.
Jaevan mendengarnya."Lo pikir gue juga mau sama lo? Salah besar, cantik!" balas Jaevan.
"Merepotkan! Kalau dia bukan bagian dari rencana kami. Aku malas membawanya!" Ucap Jaevan.
"Tapi dia cantik juga, ya. Seksi," pujinya seraya melihat paha mulus Riana membuatnya sedikit berpikir jorok. Dia bertemu dengan Riana kedua kalinya, sebelumnya dia pernah bertemu dengan wanita ini.
"Argh! Lumayan juga, aku bawa dia ke rumah atau hotel?" lelaki itu tersenyum miring. "Tidak, aku harus mengendalikan diriku. Biasanya aku tidak tergoda dengan siapapun tapi kok, 'iniku' tak sabaran?" Ucapnya seraya melihat ke bawah dibalik celananya.
Jaevan mengabaikannya. Dia segera membawa Riana pulang ke rumah daripada nanti kemalaman. Sebenarnya Jaevan ini tidak ingin menikah dengan Andriana karena umur mereka terpaut cukup jauh. Apalagi, Jaevan ini orang yang cukup dewasa, berpikiran luas serta sibuk akan perusahaan yang dia kelola. Ketika sang Ayah menjodohkannya dengan anak berusia 18 tahun masih sekolah SMA. Tentu saja menolak.
Dia sungguh tak mau membayangkan hidup bersama anak kecil itu yang katanya juga gadis nakal. Ya, kerajaannya mabuk, suka sekali melanggar aturan sekolah. Jaevan benar-benar menentang perjodohan ini. Kalaupun keduanya menentang hubungan ini, maka mereka akan mendapatkan hukuman dari orang tua mereka masing-masing. Menjadi anak pebisnis besar, hutang dimana-mana dan mencoba mempertahankan perusahaan agar tetap maju. Jaevan dan Riana harus menikah secara diam-diam, orang tua mereka punya alasan masing-masing. Intinya saling menguntungkan.
Huek!
Huek!
Riana muntah-muntah di mobil Jaevan sebagian baju Riana juga kena muntahannya sendiri. Lelaki itu berhenti, "Dasar jorok! Ya Tuhan, kenapa aku harus menikah dengan orang yang bukan tipeku, menjijikkan sekali!" Omelnya seraya memberikan jas miliknya menutup dress Riana yang terkena muntahan.
Sesampainya di depan rumah. Ada beberapa pengawal yang berjaga di depan kemudian menghampiri Jaevan, setelah tahu siapa, mereka langsung membantu lelaki itu membawa Riana. "Bawa dia ke dalam, apa Tuan Massimo sudah pulang?" tanya Jaevan.
"Sudah Tuan, beliau sedang beristirahat."
"Oh baiklah." Jaevan langsung kembali masuk ke dalam mobil untuk pulang. Dia tidak sadar kalau ponsel Riana ketinggalan hanya tas saja yang dia berikan kepada pengawal itu. Jaevan berpikir besok saja mengembalikannya sekalian membahas pertemuan ketiga kalinya dengan Riana.
Flashback off.
"Jadi, dia yang bawa aku pulang?" Riana baru ingat serta dia malu kenapa harus Jaevan yang membawanya pulang.
"Makanya, jangan mabuk! Kapan kamu mau berubah nggak mabuk lagi? Kalau kamu hidup sama Jaevan, kamu bakal dilarang kemana-mana. Dia itu orangnya selalu hati-hati, dia bukan pria nakal seperti kakak-kakaknya." Kata Mark. Riana menundukkan kepalanya mendengarkan omelan dari kakaknya.
"Apa hidupku bakal tertekan, ya kak sama dia?"
"Nggak kayaknya. Paling kamu udah kayak binatang peliharaannya."
"Sialan!" Riana percaya apa yang kakaknya katakan.
"Mark, jangan membuat adikmu stress. Jaevan itu lelaki baik yang gila sekali dengan pekerjaannya. Dia akan merubah kamu menjadi wanita yang baik dan penurut. Daddy, yakin."
"Mungkin. Kalau dia memang jahat dan nggak cinta sama aku gimana? Pasti Daddy akan menyesal!" ucap Riana.
"Nggak, Daddy nggak akan menyesal. Daripada kamu kelayapan nggak jelas sama pacar kamu itu! Apa sih susahnya nurut sama Daddy!" sentak Massimo.
"Dad, jangan bawa-bawa pacar aku!"
"Kan, kamu masih berani melawan Daddy!" Massimo menyentak putrinya yang kemudian langsung diam dan menunduk. Massimo paling tidak suka ada yang menentang keputusannya.
"Siap-siap, hari ini Jaevan mau jemput kamu! Jangan membuat Daddy malu kalau kamu masih mau hidup dengan fasilitas mewah dan kuliah di kampus yang kamu inginkan!" kata Massimo. Kemudian Massimo langsung berangkat pergi ke kantor karena hari ini ada meeting besar bersama Tuan Lee.
Riana hanya diam. Melihat kakaknya yang sedang menikmati sarapan paginya sembari bermain game. Kenapa bukan Mark yang dijodohkan? Ya kali dijodohin sama Jaevan, gimana jadinya dong!
"Kalau mommy masih hidup, pasti mommy bakal belain Riana, nggak akan juga ngebiarin Daddy jodohin Riana sama anaknya temen Daddy."
"Ria, kamu harus belajar tentang kehidupan yang kamu jalani saat ini. Di dunia ini nggak ada yang gratis, kita hidup sekarang bergantung sama kamu. Kalau kamu membatalkan pernikahan ini pasti kita bakal jatuh miskin dan Daddy menjadi bahan kesempatan mereka yang sedang korupsi. Apa kamu mau?" tutur Mark.
"Ya nggak mau. Tapi, kenapa harus aku sih kak? Nggak ada cara lain ya?"
"Ini adalah pernikahan kontrak, kamu bebas buat peraturan apa aja sama Jaevan. Mungkin, Jaevan akan melakukan hal yang sama." Mark memberikan arahan kepada Riana yang pikirannya masih sempit. Mark jauh lebih dewasa dari Riana meskipun mereka hanya beda satu tahun.
**
Jaevan mengantongi ponselnya Riana. Dia tidak berani membuka ataupun mengotak-atik ponsel itu meski sejak semalam ada yang menelfon. Jaevan pikir itu adalah panggilan dari pacarnya Riana. Sebenarnya dia sangat kepo tapi apalah daya itu privasi Riana dan Jaevan menghargai itu. Hari ini akan bertemu dengan gadis itu mengajaknya pergi ke suatu tempat.
Sesampainya di rumah calon istrinya. Jaevan langsung melangkah masuk menemui Riana yang mungkin sedang siap-siap. Ada Mark yang tengah duduk sendirian sembari bermain ponsel, ia pun menyapa calon kakak iparnya.
"Tunggu sebentar, Tuan Jae. Riana lagi siap-siap karena memang dia suka lama kalau berdandan." Mark memberitahu Jaevan agar menunggu dulu. Riana sudah satu jam di dalam kamar, entah apa yang gadis itu lakukan bahkan Mark ingin menghampiri anak itu dan menyeretnya keluar.
"Iya, santai saja. Panggil aku Jaevan saja jangan ada tuannya karena sebentar lagi aku jadi adik iparmu," ucap Jaevan.
"Baiklah. Aku tinggal sebentar, ya." Mark meninggalkan Jaevan sendirian di ruang tamu dengan segera ia menaiki tangga untuk menghampiri Riana.
Pintu terbuka. Mark langsung masuk dan ia melihat Riana tergeletak di lantai pingsan serta hidungnya keluar darah. "Lo mau nipu, gua?!" Mark langsung mencubit pipi Riana yang menggemaskan itu. Sontak saja adiknya terbangun.
"Kak, sakit!" sentak Riana.
"Ada Jaevan di bawah, ngapain lo pake nipu gue hidung berdarah segala!"
"Hah? Gue mimisan lagi, ya?" Riana memegangi hidungnya lalu membersihkan darah itu dengan tisu basah.
"Maksud lo?"
"Akhir-akhir ini gue sering mimisan,"
"Jadi kamu tadi pingsan atau memang ketiduran? Kalau lagi nggak enak badan ya tinggal kakak bilang batalin aja." ujar Mark.
"Nggak perlu, kak. Tadi emang ketiduran kok, buktinya udah ganti baju tinggal rapihin rambut aja kok." Setelah itu, Riana menyuruh Mark keluar menemani Jaevan di ruang tamu sembari menunggunya keluar.
— 次の章はもうすぐ掲載する — レビューを書く