アプリをダウンロード
100% Berawal dari SMA / Chapter 35: Tengkorak

章 35: Tengkorak

Hari yang mulai menampakan senjanya membuat sekolah mulai dilanda keheningan akibat penghuni yang mulai kembali ke asalnya. Rania yang masih setia menunggu Ali yang sedang latihan hanya duduk sambil bermain game di ponselnya.

Beberapa menit kemudian, saat Ali keluar dan akan manaiki motor hitamnya, pandangannya teralihkan pada Rania yang masih fokus pada ponsel tanpa menyadari kehadirannya. Ia kemudian menghampiri Rania dan lagi saat ia ada di sana pun Rania belum menyadari. Ali pun menghembuskan nafas kasar kemudian duduk di samping Rania. Dan tentunya kali ini Rania pun menyadari kehadirannya kemudian segera mengakhiri game di ponselnya.

"kok belum pulang sih? " tanya Ali

"ya nungguin lo lah. Siapa lagi emang" jawab Rania

"ya bisa jadi kan nungguin si ketos itu"

"ihh apaan sih. Lo kan udah janji mau belajar hari ini" Rania memukul bahu Ali dengan bibir yang telah mengerucut karena kesal.

"iya juga sih"

"makanya jangan nethink mulu jadi orang"

Ali mengacak-acak rambut Rania karena gemas.

"tapi lo udah gak papa kan? " tanya Ali

"ish. Gue kan udah bilang, lo gak usah sekhawatir itu sama gue. Gue gak selemah itu kali"

"ohh jadi lo mau gue gak ngekhawatirin lo gitu? Nanti lo marah lagi. Lo tuh serba salah yah" ucap Ali heran

"ya enggak gitu, maksud gue tuh lo jangan khawatir berlebihan dong, kan gue udah gak papa sekarang " jelas Rania

"ya udah yuk pulang"

"kok pulang sih? "

"iya maksud gue tuh pergi dari sini. Emang lo mau nya belajar di sini? "

"ya enggak sih"

"ya udah ayo"

Ali memegang tangan Rania dan mengajaknya pulang bersama. Saat akan menaiki motornya, Ali membuka jaketnya terlebih dahulu kemudian memasangkannya pada tubuh Rania walaupun saat itu Rania telah memakai sweater.

Saat telah menaiki motornya, Ali menunggu Rania yang sedang mengaitkan tali helm nya, Ali pun dengan sigap membantu Rania mengaitkan tali itu. Sedangkan Rania hanya tersenyum bahagia dengan perhatian Ali kali ini.

Sebelum belajar, Ali mengajak Rania untuk makan terlebih dahulu di sebuah tempat makan di pinggir jalan, salah satu tempat makan langganan Ali. Tanpa Ali berkata pun, saat ia datang penjual nya telah hafal Ali akan memesan apa, sehingga ia pun hanya tinggal menyapa penjualnya saja saat tiba.

"Al, bentar lagi kan kita lulus, lo ada rencana lanjut kemana? " tanya Rania kepada Ali dengan tangan yang masih berpegangan serta kepala Rania yang menyender ke bahu Ali.

"gak tahu" jawab Ali sambil sibuk bermain game

"kok gak tahu sih? "

"kan masih lama Ran, ujian juga belom"

"ya kan seenggaknya harus ada planning dong"

"gimana entar aja deh"

Ketika itu, dengan tiba-tiba Ali kembali memegang keningnya lagi.

"kenapa? " tanya Rania bingung

"kok kening lo masih anget sih. Masih gak enak badan yah?" tanya Ali

"masa sih?" Rania memegang keningnya bebetarapa kali untuk memastikan ucapan Ali

"heem" ucap Ali

"enggak kok. Udah lebih baik sekarang"

Setelah merasa lega dengan ucapan Rania, Ali kembali melanjutkan game nya. Dan Rania hanya menyaksikan tangan lincah pacarnya yang sedang bermain game. Sampai tiba-tiba pikirannya teringat akan sesuatu.

"Al" panggil Rania kemudian.

"hmm" Ali hanya membalas dengan deheman dan masih fokus pada ponselnya.

"Al" Panggil Rania lagi

"apa? " jawab Ali namun tetap fokus pada game nya

"Ali" panggil Rania lagi

"apa sih?" kali ini Ali langsung menoleh ke arahnya

"mana? " ucap Rania sambil melebarkan tangan kanannya dengan alis yang turun naik

"apa? " tanya Ali bingung

"jangan pura-pura gak ngerti deh" ucap Rania malas

"apa? " lagi-lagi Ali mengerutkan keningnya bingung

"lo kan udah janji kemaren"

Ali mencoba mengingat-ingat janji yang ia lontarkan kemaren. Ia menengok ke arah Rania yang sedang memakan nasi goreng yang telah datang sejak tadi. Beberapa detik kemudian ,Ali pun mulai paham dengan ucapan wanita di sampingnya kini.

"lo tuh selalu gitu, janji janji tapi nyatanya cuma gimik doang" gerutu Rania kesal

Ali tersenyum seketika.

"mana dompet lo" ucap Ali yang membuat Rania bingung

"ngapain lo nanyain dompet gue? Jangan-jangan lo mau nyuruh gue nraktir lo yah? Gak ahh. Gak ada. Gue lagi boke" gerutu Rania

"enggak. Serius deh" ucap Ali dengan tawa yang tak bisa ia tahan

"enggak"

"udah sini dulu bentar. Lo mau hadiah gak? " tanya Ali

Dengan terpaksa Rania mengeluarkan dompet yang ada di dalam tas nya kemudian memberikannya pada Ali. Ali menerima tas itu sambil menahan tawanya dengan sikap polos Rania. Kemudian Ali mengeluarkan sebuah gantungan kunci berbentuk tengkorak dari dalam tasnya lalu memasangkannya ke sleting dompet Rania.

"nihh" Ali memberikan dompet itu setelah selesai memasangkannya

Rania memerhatikan gantungan itu sejenak.

"kok tengkorak sih gambarnya? Lo gak romantis deh" omel Rania

"lo tuh jangan lihat dari bentuknya dong. Yang penting itu gue ikhlas ngasih itu ke elo. Percuma dong gue beli lo hadiah yang mahal-mahal, tapi gue gak ikhlas. Ya kan? " ucap Ali

"iya juga sih"

Ali berusaha menahan tawanya melihat wajah pasrah Rania. Ia pun mulai melahap nasi goreng yang telah tersaji sejak tadi.

Setelah selesai makan, sesuai janjinya, mereka belajar bareng di beskem Aliens karena Rania yang meminta untuk di sana agar lebih nyaman. Sembilan puluh menit lamanya mereka belajar, sampai akhirnya Rania harus segera pergi karena harus ke tempat bimbel untuk belajar dan pulangnya pun Ali kembali menjemputnya.

Sembilan puluh menit setelahnya, dua sejoli ini telah sampai di depan rumah Rania. Mereka terpaksa harus berpisah karena hari yang mulai gelap. Setelah punggung Ali menghilang dari pandangannya, Rania segera masuk ke dalam dengan wajah yang berseri-seri.

Saat Rania membuka pintunya, kakak, adik, ayah, dan ibunya sedang berkumpul bersama sambil menonton televisi otomatis semua perhatian pun teralihkan pada Rania yang baru saja pulang.

"kamu dari mana nak? Kok baru pulang" tanya Ibunya ketika Rania menyalami orang tua dan kakaknya secara bergantian.

"abis dari tempat bimbel bun" jawab Rania kemudian duduk di samping ibunya

"dianterin sama anak berandal itu?" tanya sang ayah

"iya Ayah. Rania memang pulang sama Ali. Tapi gak keluyuran kok, Ali abis latihan futsal Yah. Terus kita abis belajar bareng "jawab Rania

"alah modus aja anak itu supaya bisa berduaan sama kamu, lagian juga apa baiknya latihan futsal kalau sekolah aja bolos terus" ucap Ayah Rania

Ibu dan Kak Randy berusaha mengkode ayahnya agar tidak selalu memojokan Rania sementara Renzy sedang sibuk dengan game di ponselnya.

Rania tak ingin terbawa emosi akan ucapan ayahnya, ia pun segera menggendong kembali tas nya dan bergegas menuju kamarnya. Ibunya beberapa kali memanggil Rania tapi bukan tak ingin menanggapi ia hanya takut tak bisa menahan emosinya lagi.

Setelah berada di dalam kamarnya, mood nya yang tadinya baik berubah menjadi buruk. Rania membantingkan tubuhnya di kasur dan menatap langit-langit kamarnya berusaha menetralkan emosinya lagi. Tak lama kemudian suara ketukan pintu membangunkan waktu istirahatnya. Rania menyeret kakinya malas menuju pintu kemudian membukakannya. Dan orang di balik pintu itu adalah Kakaknya. Tanpa izin, kakaknya itu langsung memasuki kamar Rania dan duduk di kasurnya.

"ada apa kak?" tanya Rania bingung

"nihhh" Randy memberikan sebuah buku yang sangat tebal dengan cover yang bertuliskan Berlatih SBMPTN

Melihat hal itu, Rania langsung terduduk pasrah. Baru saja ia pulang, tapi sudah disuruh belajar.

"Ayah nyuruh kakak buat ngasih ini untuk persiapan SBMPTN, ayah bilang setelah les kamu pelajari ini" ucap Randy

Rania hanya menghembuskan napas nya kasar dengan mood yang semakin buruk. Seakan mengerti apa yang adiknya rasakan, Randy pun mengelus-elus kepala Rania sambil tersenyum hangat.

"Ayah memang keras. Tapi dia cuman mau anaknya melakukan yang terbaik dan menjadi orang yang sukses nantinya" ucap Randy

"iya kak" jawab Rania singkat kemudian menyimpan buku itu di atas meja belajarnya.

"Kakak tau kamu lelah. Dulu kakak juga gitu, dituntut untuk terus bekerja keras sampai ayah benar-benar memuji kakak" Randy mencoba menasehati adiknya

"tapi--sepintar apapun aku, ayah gak pernah muji aku kak" ucap Rania mencoba menahan genangan air yang ada di matanya agar tidak tumpah

Randy menarik napasnya kemudian menarik tubuh adiknya dan memeluknya dengan erat.

"aku udah berusaha ngelakuin yang terbaik buat ayah. Belajar, bimbel, les, osis--itu semua aku lakuin buat ngikutin keinginan ayah. Tapi--setidaknya ayah tahu kak, itu batas kemampuan yang aku punya" tetesan air mulai alir deras di pipi Rania

Ayahnya memang seseorang yang tegas. Beliau selalu ingin anaknya menjadi siswa terbaik di sekolah. Memang tidak salah, namun Rania masih seorang remaja yang ingin hidup dengan bebas. Kewajiban memang hal yang paling utama dan kebebasan adalah sebuah kebutuhan. Kita tidak bisa memilih salah satu karena keduanya adalah sebuah prioritas.

"kalau pun ayah gak bisa ngasih aku kebebasan, setidaknya jangan buat aku menjauh dari Ali kak. Karena cuma dia yang bisa buat aku lupain masalah ini sejenak saat aku ada di sekolah. " ucap Rania lagi

"Kakak gak bisa bantu apa-apa dek. Kamu harus sabar ya.. Tapi setau kakak Ali orang yang sangat menyayangi kamu, jadi kakak rasa dia gak bakalan nyerah gitu aja kalau hubungan kalian belum dapet izin dari ayah. Yang terpenting sekarang, kamu jalanin aja dulu hubungan kalian. Jangan mikir yang jauh-jauh. Oke" ucap Randy berusaha menenangkan Rania

Rania pun melepaskan pelukannya sambil mengangguk-angguk dan tersenyum ke arah Randy.

"ya udah yuk makan. Ibu udah nungguin tuh" ajak Randy

"aku udah makan kak"

"kapan? "

"tadi sama Ali"

"serius?"

Rania menganggukan kepalanya.

"ya udah. Kakak makan dulu kalau gitu. " ucap Randy kemudian langsung beranjak dan pergi meninggalkan kamar Rania.

Setelah kepergian kakaknya, Rania kembali mengambil buku yang tadi ia simpan. Ia menatapnya pasrah. Kemudian membukanya beberapa halaman. Saat akan mengambil bolpoin di tasnya, pandangannya teralihkan pada gantungan tengkorak pemberian Ali. Rania memerhatikannya sejenak dengan senyum yang mulai mengembang.

Karena jam di tangannya telah menunjukkan pukul delapan malam, Rania segera menyimpan dompetnya kemudian mengambil handuknya untuk membersihkan badannya. Dan saat akan beranjak, suara notifikasi ponselnya kembali menghentikan tujuannya.

💖💖💖

Udah tidur?

Rania pun langsung tersenyum lebar dan segera membalas pesan dari Ali

Rania

Belum. Tumben lo sms gue jam segini?

💖💖💖

Emangnya gak boleh?

Lo kan pacar gue

Rania

:):):)

💖💖💖

Besok lo pulang duluan oke

Rania

Emng lo mau kmn?

💖💖💖

Lg ada ursn bntr

Rania

Ursn apa?

💖💖💖

Jngn tungguin gue bsok

Rania mengerutkan kening dengan jawaban Ali.

Rania

Lo kmn emang?

💖💖💖

Ada ursn

Gw gk bs lma nih

Soalnya lgi sama tmn2

Bsok mlem gw kbrin lg. Oke :)

Bye syg

I L U

:)

setelah membaca pesan itu, Rania tak membalasnya, ia kembali melanjutkan langkahnya untuk ke kamar mandi.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

👉yang lebih tahu dan memahami tentang diri kita adalah diri kita sendiri

Jangan lupa follow, vote, & comment oke 👍👍😉😉


Load failed, please RETRY

次の章はもうすぐ掲載する レビューを書く

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C35
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン