Pagi harinya, Ali yang berjanji akan menjemput kekasihnya itu telah siap menaiki motor hitamnya. Namun sedari tadi Rania belum juga menghubunginya jam berapa dia akan pulang. Ali mencoba menelponnya beberapa kali, namun tak ada jawaban dari Rania. Mungkin karena Rania sedang sibuk jadi ia tak bisa menghubungi Ali. Pikirnya. Ali pun memutuskan untuk berangkat meskipun tak ada balasan. Lebih baik ia yang menunggu Rania daripada Rania yang menunggu nya. So sweet😍
Saat Ali telah sampai di lokasi perkemahan, semua nya telah ramai dan membawa ransel nya yang sepertinya acara telah selesai. Ali pun memutuskan untuk menunggu sambil memainkan ponselnya.
Lima belas menit kemudian, saat ia mulai menyadari Rania tak kunjung datang sedangkan lokasi telah mulai sepi dan hanya tinggal beberapa orang di sana yang menunggu jemputan.
"apa dia lagi beres-beres? " pikir Ali
Beberapa kali, Ali melihat jam di tangannya yang mulai bergeser namun orang yang ditunggu tak kunjung datang. Ia mencoba menelpon Rania beberapa kali, namun hasilnya tetap sama.
"dek dek" panggil Ali pada seorang anak yang sepertinya salah satu peserta MPLS.
"iya kak" jawabnya
"kamu lihat Kak Rania gak? " tanya Ali
"kak Rania? " tanya anak itu pada dirinya sendiri yang sepertinya sedang mengingat-ingat
"iya. Eum--dia--sekretaris osis-iyah, Rania sekretaris osis" jelas Ali
"ohh kak Rania"
"iya. Kamu lihat gak? "
"kak Rania udah pulang kak"
"hah pulang? Kapan? "
"semalam kak, soalnya katanya kak Rania lagi sakit" jelas anak itu
"apa? Sakit? "
"iya kak"
"ohh ya udah. Makasih yah"
Ali segera melajukan motornya kembali menuju rumah Rania. Ia tak habis pikir kenapa kekasihnya itu tidak memberi tahunua kalau dia sakit.
Tak butuh waktu lama, Ali pun telah sampai di depan rumah Rania. Ia berharap jika ayah Rania tidak ada sehingga ia bisa segera mengetahui kondisi Rania. Karena selama ini, ayah Rania tidak pernah menyetujui hubungannya dengan Rania.
Setelah mengetuk pintu, seseorang di balik pintu yang membukanya langsung memasang wajah tidak suka melihat kedatangan tamunya.
"ada apa kamu kesini? " tanya Ayah Rania dengan ketusnya
"Om, saya boleh ketemu Rania sebentar" jawab Ali
"gak. Dia sedang istirahat dan tidak boleh di ganggu. Mendingan kamu pergi sekarang "
"tapi Om-"
Sebelum Ali menyelesaikan ucapannya, Ayah Rania telah menutup pintu itu. Ali mencoba memanggilnya berulang kali namun hasilnya tetap sama.
Bukan Ali namanya jika ia gampang menyerah. Ia memutuskan untuk menunggu di depan rumah Rania sambil berusaha menelpon kekasihnya itu walaupun masih tak ada jawaban.
Beberapa jam menunggu, akhirnya perjuangannya pun tak sia-sia. Ibu Rania datang menghampirinya dan menyuruhnya untuk masuk karena ayah Rania sedang pergi keluar Karena ada tugas dadakan. Ali pun sangat berterima kasih, setidaknya saat ini Ibu Rania masih mendukung hubungannya.
Ali mengikuti Ibu Rania dan masuk ke sebuah kamar dengan seorang wanita yang masih terbaring dengan kompres yang ada di keningnya.
"dia masih demam Al, tapi udah agak membaik gak kayak semalem" ucap Ibu Rania
Ali tak menjawab. Ia hanya masih melihat Rania yang tertidur dengan wajah pucatnya.
Seakan mengerti apa yang Ali inginkan, Ibu Rania membiarkan Ali dengan Rania di ruangan itu. Ia menepuk bahu Ali dengan senyuman nya sebelum pergi dan Ali pun tentunya membalas senyuman itu.
Ali pun duduk di samping ranjang kasur yang terdapat kursi dengan mata yang masih tertuju pada wanita di hadapannya kini. Tangan kirinya mengenggam tangan Rania sementara tangan kanannya mengecek kening Rania yang masih demam kemudian mengusap-usap rambutnya. Ali tak tega melihat Rania yang seperti ini. Rania yang selalu ceria kini harus terbaring tak berdaya di hadapannya.
Saat Ali menundukan kepalanya dengan tangan yang masih memegang tangan Rania, tanpa ia sadari Rania mulai membuka matanya. Dan bibirnya mulai menyabit kala melihat Ali yang kini ada di hadapannya.
"Ali" panggil Rania kemudian
Ali yang mendengar itu langsung mengangkat kepalanya dan melihat Rania yang kini sedang tersenyum ke arahnya.
"lo khawatir yah? " goda Rania
"lo udah sadar? Gimana keadaan lo? " tanya Ali cemas
"cieee yang khawatir" goda Rania
"gimana gak khawatir sih, lo kemaren baik-baik aja. Kok sekarang malah kayak gini sih" omel Ali
"cieee khawatir. Hahaha" goda lagi Rania
"gue pulang aja deh" ucap Ali kesal
Saat akan beranjak, Rania pun segera menghentikan Ali.
"becanda becanda. Serius banget sih lo" ucap Rania yang masih setia dengan senyuman nya kala melihat Ali memasang wajah serius seperti itu.
Ali pun duduk kembali dan membalas genggaman tangan Rania.
"gue gak papa kok. Lo gak usah sekhawatir itu" ucap Rania
"gimana gak khawatir sih. Muka lo aja pucet gitu"
"gue udah gak papa. Serius deh"
"ehh tapi kok bisa sih lo demam? Semalem kita telponan lo gak papa" tanya Ali
"cerita nya panjang Al. Tadi malem gue niat pengen nolongin salah satu siswi yang mau di culik, ehh malah gue di dorong sama penculiknya ke danau" jelas Rania
"hah serius? Tapi lo gak papa kan?"
"enggak. Udah gak papa kok"
"lagian lo juga sih sok berani, udah tahu penculik, ngapain lo sok sok an segala nolongin sendiri "
"yey, gue emang berani kok. Pacar gue kan jago berantem. Masa gue enggak" ucap Rania sambil mengangkat kedua alisnya sambil tersenyum
"siapa pacar lo? " tanya Ali dengan pede nya
"lo gak tahu? Dia tuh orang yang paling nyebelin yang pernah gue kenal" jawab Rania pura-pura
"ohh gitu? Dia orang yang nyebelin? Yakin? "goda Ali
Rania menganggukan kepalanya sambil menahan tawanya.
"oke" ucap Ali
"udah ah. Ngapain sih lo kayak gitu. Ohh yah by the way, lo udah ke sekolah kemaren? " tanya Rania
"udah"
"terus gimana? " Rania berusaha untuk mendudukkan dirinya agar bisa berbicara lebih nyaman. Ketika itu, Ali langsung membantu Rania yang sedikit kesusahan.
Ali belum menjawab. Ia memegang tangan Rania sambil memandangnya lekat. Dan hal itu pun tentu semakin membuat Rania penasaran dan ada rasa kekhawatiran di sana.
"gue bakalan dikasih toleransi asalkan---" Ali menggantungkan ucapannya.
"asalkan apa? " Rania bertanya karena Ali belum juga melanjutkan perkataannya.
"asalkan gue bisa dapet nilai 8 kalau ujian nanti" jawab Ali
"8?"
Ali menganggukkan kepala mengiyakan.
"terus terus? "
"ya gitu, kalau gue sanggup besok gue dibolehin sekolah lagi. "
Rania sedikit berpikir sejenak.
"yaudah mulai besok abis pulang sekolah lo harus belajar sama gue. Oke" ucap Rania kemudian
"hah? Belajar? "
"iya, pokoknya abis pulang sekolah lo harus belajar sama gue"
"enggak ahh"
"ihhhhh gak ada penolakan. Ini juga buat lo"
"kalau gue belajar sama lo, yang ada gue gak bakal fokus "
"pokoknya gak ada penolakan. Mulai besok kita harus belajar. TITIK"
"ya udah deh terserah lo. Ohh ya Ran, Aldo udah sekolah lagi"
"ohh yah? Dia udah sehat? "
"dia sih harus pake tongkat dulu buat jalan. Tapi seenggaknya dia lebih ceria sekarang"
"syukur deh kalau gitu"
Hening sejenak di ruangan itu. Mata Ali tak sengaja melihat dua tumpuk roti berselai yang di simpan di atas meja yang tak jauh dari tubuh. Mungkin hanya beberapa jengkal.
"lo belum makan yah? " tanya Ali
"udah kok"
"serius?"
"iyah"
"ini rotinya kayak belum di makan" ucap Ali sambil menunjuk roti di sampingnya
"udah kok, tadi makan bubur. Mungkin itu bunda yang nyimpen. "
"udah diminum obatnya?"
"udah sayang" jawab Rania penuh penekanan
"ya udah bagus-bagus, kalau gitu gue pulang dulu yah"
"kok pulang sih? " tanya Rania
"iyah. Gue kan udah lihat kondisi lo. Gue juga lagi ada urusan nih" jawab Ali
"urusan apa? Pentingan mana sama gue? " tanya Rania kesal
"ya elo lah"
"ya terus? "
"gue kan udah lihat kondisi lo"
"ya udah sana pergi" ucap Rania bete
"kok ngambek sih? " tanya Ali
"enggak"
"ya udah. Besok gue kesini lagi abis pulang sekolah. Gue ada sesuatu buat lo" ucap Ali
"boong. Lo pasti cuma gimik doang"
"gimik apaan sih. Serius kok gue. Kalau lo gak mau juga gak papa"
"cowok yang baik itu gak akan menarik kata-kata nya sama cewek"
"iya oke. Lo lihat aja besok. Oke. Sekarang gue pergi dulu" ucap Ali sambil mengelus kening Rania kemudian beranjak dan pergi
"jangan kebut-kebutan" Rania mengingatkan Ali setelah Ali telah sampai di ambang pintu.
Ali yang mendengar itu, langsung membalikan badan kemudian tersenyum ke arah Rania.
"iya sayang" ucapnya kemudian lalu kembali melangkahkan kakinya.
Rania melihat kekasihnya itu sampai dirinya hilang oleh jarak. Ia selalu bersyukur, seberandal apapun Ali di jalanan tapi Ali tak pernah menyakiti dirinya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
👉Lelaki yang benar-benar mencintaimu pasti akan selalu melindungimu.
Jangan lupa follow, like, & comment 👍😍😍