Hari ini, Rania kembali bersekolah setelah dua hari ia absen karena harus pergi ke Jogja. Selama itu juga Ali tak pernah menghubunginya dan bahkan handphone nya tidak aktif.
Saat Rania melewati koridor sekolah, terdengar sangat jelas di telinganya jika semua murid-murid yang ia lewati membicarakan tentang Ali. Apakah orang yang mereka maksud adalah kekasihnya? Tanya Rania dalam hati. Namun walau hatinya terus bertanya-tanya, ia tetap melanjutkan langkahnya. Dan sesampainya ia di kelasnya, teman-temannya pun masih membicarakan tentang Ali.
Saat Rania duduk, dari belakang Nadia tiba-tiba menghampiri Rania dan menarik tangannya keluar.
"Rania, lo udah tahu? " tanya Nadia saat mereka berdua telah sampai di depan kelas
"tahu apa? Ohh yah tadi gue denger semua orang ngomongin Ali, Ali siapa sih yang mereka omongin? " tanya Rania bingung sekaligus penasaran
"jadi lo beneran belom tahu? Ali gak ngasih tahu lo? " tanya Nadia
"tahu apa sih? Emang Ali kenapa? Soalnya gue gak bisa ngehubungin dia dari kemaren"
"Ali di kantor polisi sekarang, Ran"
"hah? Kantor polisi? Ngapain? " tanya Rania kaget. Jantungnya seakan ingin pergi dari tempatnya.
"dia terlibat perkelahian sesama geng motor"
"apah?? " Rania sungguh tak ingin percaya dengan ucapan Nadia tapi---
"Aryo juga ada di sana. Dan lo tahu, Aldo masuk rumah sakit dan kakinya lumpuh" ucapan Nadia kali ini semakin membuat Rania kaget. Tak ada hal lain yang bisa ia lakukan selain terdiam dan terdiam.
"sebenernya ini ada apa, Nad? " tanya Rania yang memerlukan penjelasan nya saat ini.
"kenapa Ali sama Aryo bisa di kantor polisi? Dan kenapa Aldo bisa masuk rumah sakit? " tanya lagi Rania
"gue gak tahu pastinya, Ran. Tapi yang gue tahu--Aldo diserang sama anak-anak geng motor yang merupakan musuh geng Aliens. Karena hal itulah, Ali gak terima. Dan nyerang basecamp mereka" jawab Nadia
Bel berbunyi menandakan pelajaran akan segera di mulai dan mereka mau tidak mau harus menghentikan obrolan mereka.
Sepanjang hari itu, Rania tak fokus dalam pembelajaran. Perasaannya begitu kalut. Ia ingin penjelasan apa yang terjadi. Perasaannya begitu cemas. Ia ingin bertemu dengan Ali. Ia hanya butuh itu untuk sekarang.
Sore hari....
Setelah waktu bimbel telah selesai, Rania berniat untuk pergi ke kantor polisi untuk menjenguk Ali. Ia tadi telah meminta alamatnya pada Nadia. Sementara Rasti sedari tadi hanya terdiam, Rania mengerti bagaimana perasaan Rasti sekarang, dan ia tak ingin menambah beban pikirannya.
Saat taksi yang ia tumpangi telah berada di depan alamat tujuannya, Rania turun dari mobil itu. Sebelum masuk, terlebih dahulu ia melihat gedung yang dengan jelas bertuliskan kantor polisi di depannya, kemudian menarik napasnya panjang.
Baru dua langkah kakinya berjalan, segerombolan lelaki muncul dari balik pintu itu dan salah satunya ada orang yang Rania ingin temui.
Ketika Ali melihat dengan jelas Rania yang berdiri mematung saat ia keluar dari balik pintu, ia segera menghampiri Rania. Sementara teman-temannya yang lain pergi terlebih dahulu.
"sejak kapan lo di sini? " tanya Ali setelah dirinya berada tepat di depan mata Rania sekarang.
Rania tak menjawab. Mulutnya seakan dibuat membisu. Hanya butiran bening di ujung matanya yang telah membendung sedari tadi.
Ali tahu wajah khawatir Rania saat itu sehingga ia pun menarik tubuh Rania ke dalam pelukannya untuk mencoba menenangkannya.
"lo tega sama gue" ucap Rania pelan namun masih bisa terdengar jelas oleh Ali
Ali hanya mengusap-usap rambut Rania. Ia tak tahu apa yang harus ia katakan sekarang. Ia memang salah, tapi ia juga tak bisa melihat orang-orang terdekatnya terluka apalagi Aldo adalah sahabatnya.
Rania melepas pelukannya, menghapus butiran bening yang sempat jatuh ke pipinya, kemudian kini menatap Ali tajam.
"sekarang lo jelasin sama gue semuanya" ucap Rania
Ali menarik napasnya sejenak. "oke" ucapnya sambil menganggukkan kepala.
Dengan singkat, padat, dan jelas Ali menceritakan semuanya kepada Rania tanpa adanya kekurangan sedikit pun ataupun dilebih-lebihkan.
"gue gak bisa,Ran. Gue gak bisa ngelihat orang terdekat gue di sakitin kayak gitu. Apalagi Aldo sahabat gue. Mana mungkin gue bisa diem aja" ucap Ali setelah penjelasan yang panjang lebar.
Rania terdiam. Ia menunduk. Tak tahu harus berbuat apa sekarang. Ia memang sangat kecewa, tapi jika ia ada di posisi Ali, ia juga pasti akan sangat marah dan mungkin juga akan melakukan hal yang sama.
Ketika itu, tiba-tiba tangan Ali memegang tangannya. Ia tahu kekhawatiran yang Rania rasakan.
"maaf, gue udah bikin lo kecewa" ucap Ali kemudian.
Wajah Rania kemudian mendongak menatap wajah Ali. Mata mereka saling pandang. Selama ia mengenal Ali, ia tak pernah melihat adanya kebohongan di mata Ali. Semuanya tergambar jelas jika Ali lelaki yang baik menurut kata hatinya.
"gue gak marah. Gue gak kecewa. Gue cuma takut lo kenapa-napa---sama kayak Aldo. Tapi gue mohon sama lo. Plisssss---stop---jangan lagi pakai kekerasan selagi semua masalah bisa diselesaikan secara damai. Karena perkelahian itu gak ada yang baik, Al. Menang jadi arang kalah jadi abu" ucap Rania lembut sambil menguatkan genggaman Ali.
Ali mengangguk. Ia mengerti. Jika bukan karena emosi yang mengendalikannya, Ali tak mungkin melakukan hal itu sampai tak berpikir panjang.
"lo janji kan sama gue?" tanya Rania
"iya" jawab Ali sambil menganggukan kepala.
"kalau lo ngelanggar janji itu, apa hukumannya? "
"lo boleh hukum gue apapun itu"
"beneran? " tanya Rania memastikan
Ali menganggukan kepalanya yakin.
"oke. Gue pegang kata-kata lo. Kalau sampe lo berantem lagi. Siap-siap aja sama hukuman gue" ancam Rania
Bukannya takut, Ali malah tersenyum lebar dengan kelakuan kekasihnya ini.
"ohh ya Al, lo udah boleh pulang kan? " tanya Rania
"udah kok"
"terus motor lo mana? "
"untuk sementara semua motor anak-anak termasuk gue disita dulu selama seminggu"
"yessss!!!! "
Ali bingung.
"kenapa yes sih? Kok lo kayak bahagia banget sih motor gue di sita?" tanya Ali
"ya iyalah. Biar lo gak kebut-kebutan terus"
"terus yang antar jemput lo nanti siapa? "
"tenang aja keles, gue masih bisa nebeng sama temen-temen gue. "
"ohh gituuuu"
"iyahhh"
Dengan sifat jahilnya, Ali mengelitik Rania. Rania yang merasa geli mencoba untuk menghindar. Dan Ali tak mau kalah, ia terus mengejar Rania sehingga terjadilah adegan kejar-kejaran lagi bak film india.
Karena waktu yang mulai akan gelap, Ali dan Rania memutuskan untuk segera pulang. Walau tak ada motor kesayangannya 'si black' Ali tetap mengantar Rania pulang dengan naik angkutan umum bersama. Melakukan segala sesuatu bersama itu sangatlah indah. Makanya bagi kalian jangan ngejomblo terus yah, cari pasangan!!! Canda cari pasangan 😅😅😉