アプリをダウンロード
31.42% Berawal dari SMA / Chapter 11: Sakit

章 11: Sakit

Cowok bertubuh tinggi sedang memarkirkan motornya di parkiran sekolah. Sudah dua hari sejak jatuh dari motor, ia memilih untuk bolos sekolah dan memulihkan keadaannya.

Seperti biasa, lima butir permen selalu menemani Ali belajar. Dengan begitu ia tak mengantuk saat guru sedang menjelaskan materinya.

Satu jam, dua jam, tiga jam, telah berlalu. Waktu istirahat telah tiba. Kantin pun mulai dipenuhi para siswa yang ingin mengisi perut mereka yang kosong. Begitu pun dengan Ali yang saat ini sedang berada di kantin bersama kedua sahabatnya, Aldo dan Aryo.

"Al,gimana luka lo? Udah mendingan? " tanya Aldo sambil mengunyah makanannya

Ali pun hanya menganggukan kepala, ia pun juga sedang mengunyah makanan di mulutnya.

"lagian lo tuh kenape sih? Tumben amat jatoh dari motor. Apa kata orang coba kalau ketua geng Aliens, pembalap di sircuit malah jatoh dari motor. Hadeuhhh" ucap Aryo yang merasa heran

Ali masih tak menanggapi perkataan Aryo dan masih tetap fokus pada makanannya. Tak lama kemudian, datanglah dua cewek sang pujaan hati Aryo dan Aldo, dan lagi Ali harus menjadi nyamuk diantara mereka.

Setelah makanan Ali habis. Ia tetap duduk di kursi dan tak langsung beranjak seperti biasa. Beberapa kali ia juga melihat ke sana kemari mencari seseorang. Yah, Rania. Gadis yang menolongnya kemarin. Namun wanita berambut panjang itu belum menunjukkan batang hidungnya juga. Ali melihat jam ditangannya yang telah menunjukan pukul sepuluh pagi dan waktu istirahat hanya tinggal sepuluh menit lagi. Apa Rania gak ke kantin? Atau gak sekolah? Pikirannya terus bertanya-tanya kemana Rania.

Seakan mengetahui apa yang ada dipikiran Ali, kedua temannya itu malah tersenyum bahagia melihat Ali dengan wajah bingungnya. Begitu pun dengan Rasti dan Nadia yang ikut tersenyum seperti pacar mereka.

"lo lagi cari siapa,Al?" tanya Aryo pura-pura tak tahu

"enggak" jawab Ali singkat

"kok lo masih di sini? Gak kayak biasanya" tanya Rasti penuh curiga. Walaupun ia juga sebenarnya tahu jika Ali sedang mencari Rania.

"lahh emang gak boleh gue di sini. Ini kan tempat umum" ucap Ali

"ya boleh sih. Cuman gak kayak biasanya aja" jawab Aldi

"lo lagi cari Rania yah? " tanya Nadia to the point

"enggak" jawab Ali berbohong

"jangan boong deh" ujar Aryo

"enggak" jawab Ali kekeh

"lo naksir kan sama Rania? " tanya Rasti

"enggak" jawab Ali dengan nada malas

"gak ada kata lain apa selain enggak? enggak enggak mulu jawabannya. Bro, kalau lo suka sama Rania, kita pasti bakalan dukung seratus persen. " ucap Aryo sambil merangkul bahu Ali namun Ali segera melepaskannya. Sementara Aldo, Rasti, dan Nadia hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala mengiyakan.

"tapi Rania lagi sakit, Al" ucapan Rasti seketika membuat ketiga cowok itu kaget terutama Ali yang langsung memiliki perasaan tidak enak.

"sakit apa? " tanya Ali cemas

"iya, sakit apa, beb? " tanya juga Aldo

"kita sih gak tahu dia sakit apa. Cuma katanya Rania lagi di rumah sakit sekarang " jawab Rasti

"iyah, udah tiga hari Rania gak masuk. Dan kemaren katanya dia lagi butuh donor darah gitu. Tapi kayaknya udah ada deh,soalnya kita juga belum dapet kabar lagi tentang dia" sambung Nadia

"kayaknya parah yah? " tanya Aryo

Rasti hanya menggelengkan kepala sedangkan Nadia mengangkat bahunya tak tahu.

"kenapa kalian baru bilang? " tanya Aldo

"gimana mau bilang, kalian aja bolos terus. Kapan ketemu nya coba" jawab Rasti. Dan Aldo pun hanya tersenyum malu.

Sementara Ali sedari tadi hanya terdiam dengan perasaannya yang tak karuan. Pikirannya terus memikirkan bagaimana keadaan Rania sekarang. Dan akhirnya ia pun beranjak dari kursi dan meninggalkan kantin.

.

.

.

.

.

.

.

Sebuah cairan infus mengalir dan berakhir di tangan mungil gadis berambut panjang yang telah terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Sang kakak yang selalu berada di sampingnya sejak dua hari yang lalu, tak beranjak sedikit pun. Bahkan ia rela tak masuk kuliah demi menjaga adik perempuannya itu. Sudah dua hari Rania di rumah sakit dan pagi tadi ia baru saja menjalani transfusi darah.

Renzy yang juga ikut menemani Randy hanya sibuk bermain game di ponselnya. Sementara ibunya sedang beristirahat di sofa karena tubuhnya terlihat sangat lelah sehingga Randy menyuruh sang ibu untuk tidur dan beristirahat. Dan ayahnya, entah kemana Natta pergi. Dan Randy sungguh tak mempedulikan ayahnya yang telah membuat adiknya seperti ini.

*flashback on

"dari mana aja kamu? " tanya Natta penuh amarah ketika Rania telah sampai di rumahnya dan semua anggota keluarga nya sedang menunggunya.

"sabar,Yah" ucap Dewi berusaha menenangkan suaminya itu.

"dari tempat bimbel Yah" jawab Rania pelan

"bohong. Dari mana aja kamu sampe bolos sekolah. Hah? " tanya Natta dengan nada tingginya karena sangat emosi

"Rania abis nolongin temen, Yah. Dia kecelakaan " jawab Rania

"ohh mau jadi anak sok baik kamu. Iyah? Mau dapet gelar apa kalau nolongin orang sampe bolos? Bisa dapet gelar sarjana? Bisa dapet ijazah? Mau jadi apa kamu nanti kalau disuruh sekolah aja bolos? " Natta dengan kemarahannya terus memojokan Rania

"Ayah" Randy mencoba menghentikan ucapan ayahnya

"pelajaran hidup juga harus kita miliki,Yah. Karena guru, ayah, maupun semua orang yang ada di dunia ini gak pernah mengajarkan itu. Cuma diri sendiri yang bisa mengerti, Yah" ucap Rania

"ohh jadi kamu mau so' nyeramahin ayah? Tahu apa kamu tentang hidup? Hah?" Natta semakin murka terhadap Rania

Sesabar apapun seseorang di dunia ini, akan ada waktu dimana ia merasa lelah karena pada hakikatnya manusia tetaplah manusia bukan seorang malaikat yang sempurna. Dan Rania telah mulai lelah dengan semua kekangan ayahnya.

"karena Rania masih punya hati, Yah, bukan hati batu seperti ayah" ucap Rania

Darah Natta semakin naik ke kepalanya, ledakan emosi sudah tak bisa ditahan lagi, sehingga tanpa sadar, pukulan tangannya kembali melayang pada wajah putrinya. Karena cukup keras, Rania terpental ke belakang dan kepalanya terbentur oleh lemari. Dan saat itu juga, Rania langsung tak sadarkan diri

*flashback off

Randy terus memandangi adiknya sambil mengingat kejadian dua hari yang lalu. Ia juga selalu mendapat perlakuan yang sama dari ayahnya, namun Randy berusaha untuk tetap bertahan. Tapi tidak dengan Rania, walaupun ia terlihat ceria, namun hatinya benar-benar rapuh.

Beberapa menit kemudian, tangan mungil yang sedari tadi ia pegang terasa bergerak di tangan Randy. Ia melihat adiknya yang kini mulai membuka matanya perlahan. Ia pun segera memberi tahu ibunya dan Renzy kemudian keluar memanggil dokter.

Setelah itu.....

Ketiga orang yang berada di ruangan itu merasa senang setelah mendengar kondisi Rania yang mulai membaik.

"kamu gak papa, nak? " tanya Dewi yang kini tersenyum bahagia

Rania menyimpulkan senyumannya sebelum menjawab. " gak papa, Bun" ucapnya kemudian

Lalu Rania melihat ke sekeliling ruangan yang cukup luas itu, namun tak ada sosok ayahnya di sana.

"ayah dimana, Bun? " tanya Rania

Dewi dan Randy malah saling tatap dengan pertanyaan Rania itu seakan ada yang mereka sembunyikan dari Rania.

"dek, kamu jangan nanya yang aneh-aneh dulu yah. Kata dokter kamu gak boleh stres" Randy mencoba mengalihkan perhatian

"Rania cuma nanya dimana ayah,kak"

"ayah gak ada nak" ucap Dewi

"kemana Bun? " tanya Rania

"maafin Bunda, sayang. Bunda terpaksa mengambil keputusan ini" jawab Ibunya sambil menangis

"keputusan apa,Bun?" tanya Rania yang semakin penasaran

"dek mending sekarang kamu istirahat yah" Randy kembali mencoba mengalihkan perhatian Rania

"enggak kak, ini sebenarnya ada apa? Ayah kemana kak? "

"Bunda sama ayah mau cerai gara-gara kakak" Ucap Renzy yang secara tiba-tiba. Hal itu seketika membuat butiran bening di mata Rania mengalir begitu saja.

"apa bener itu, bun? " tanya Rania memastikan sementara ibunya masih terdiam dengan tangisnya.

"apa bener itu kak? " kali ini Rania bertanya pada Randy karena ibunya sedari tadi tak menjawabnya.

"maafin Bunda sayang, cuma ini keputusan yang terbaik" ucap Dewi kemudian

"keputusan terbaik apa Bunda? Kenapa? Maafin Rania--Rania janji gak bakal ngulangin lagi kayak kemaren tapi bunda jangan cerai sama ayah" pinta Rania penuh air mata

"Bunda gak bisa lihat kamu kayak gini, lihat anak perempuan Bunda satu-satunya selalu merasa tertekan. Lebih baik Bunda pisah sama ayah" jawab Dewi

"enggak Bunda. Rania gak merasa tertekan. Rania mengerti apa yang dilakuin sama ayah, pasti ayah ingin yang terbaik buat Rania. Rania selalu bahagia dengan keputusan ayah" tangis Rania pecah dan mengisi ruangan putih itu. Sang bunda dan Randy berusaha menenangkan sang adik dengan memeluknya erat.


Load failed, please RETRY

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C11
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン