"Okaa-san!" panggil Kaori sekali lagi, namun sosok ibunya tak mau muncul.
Tidak lama dari itu, seketika saja terdengar suara yang tak asing bagi Kaori. Ia berusaha mencari sumber suara, namun tak ketemu juga. Akhirnya ia berlari ke sana kemari hingga pada akhirnya, secara tak sengaja ia menabrak sebuah pintu kayu dan terjatuh begitu saja. Kaori meringis kesakitan sembari memejamkan mata dan memegang bagian tubuhnya yang terasa sakit. Ketika ia membuka mata, ia terkejut karena saat ini ia tengah menatap atap-atap langit sebuah kamar dengan suara Misaki yang memanggilnya.
"Onee-chan! Akhirnya kau bangun juga," kata Misaki lalu memeluk Kaori. Tentu saja Kaori dibuat terkejut dengan apa yang dialaminya. Kini ia yakin jika pembicaraan dengan Ayaka tadi hanyalah sebuah mimpi. Ia pun bangkit dari posisi berbaringnya setelah Misaki melepaskan pelukan.
"Ada apa denganmu?" tanya Misaki dengan nada cemas. Kaori menoleh ke arah adiknya, lalu menjawab jika dirinya bermimpi bertemu dengan Ayaka. Misaki terdiam, dia tidak mengerti dengan apa yang Kaori katakan. Tanpa ditanya, Kaori menjelaskan jika dirinya mengalami sebuah mimpi dalam mimpi. Sebelumnya ia bermimpi melihat sesosok yang menyeramkan, lalu ia berlari untuk menjauh dari sosok itu dan terjatuh ke dalam lubang hitam hingga dirinya terbentur. Kemudian ia terbangun dan saat ia sadar, ada Ayaka di sampingnya, namun ternyata pertemuannya dengan Ayaka merupakan sebuah mimpi juga.
Misaki mendengarkan apa yang Kaori katakan, namun ia tidak tahu harus berbuat apa untuk bisa membuat kakaknya tenang. Akhirnya ia hanya menawarkan diri untuk mengambil air minum bagi Kaori. Kaori menolak tawaran yang Misaki berikan. "Tidak perlu. Kau tidur saja, aku akan mengambil air minumku sendiri," katanya.
Anak kecil itu menganggukkan kepala lalu membaringkan tubuhnya lagi, Kaori membantunya dengan membenarkan selimut Misaki yang sedikit berantakan. Kemudian setelah itu ia berjalan ke arah luar kamar dan pergi ke dapur.
Lampu di dapur sudah dimatikan sejak Haru dan Seika pergi ke kamar, tetapi masih ada sedikit cahaya dari sela-sela jendela hingga membuat dapur tak begitu gelap. Ketika Kaori baru saja membuka kulkas untuk mengambil air, tiba-tiba saja ia dikejutkan dengan langkah seseorang yang mendekatinya. Kaori segera menoleh ke arah belakang untuk melihat siapa yang tengah berjalan ke arahnya itu.
"Kau sedang apa di situ?" tanya Kaori ketika ia melihat Kei yang sedang berdiri di ambang pintu dapur.
"Seharusnya aku yang bertanya begitu," balas Kei lalu ia melangkahkan kaki mendekati Kaori.
Dengan gugup, Kaori berkata, "A-aku hanya sedang mengambil air minum saja."
Kei tak membalas apa yang Kaori katakan. Tanpa banyak berbicara, ia mendekati Kaori lalu mengambil sebuah puding yang ada di dalam kulkas.
"Apa kau mau?" tawar Kei sembari menyodorkan puding itu. Dengan senang hati, Kaori menerimanya.
"Arigatou!" kata Kaori berterima kasih, ia mengambil puding yang Kei berikan. Kei hanya diam, lalu ia mengambil puding lainnya dan pergi begitu saja.
Kaori menatap punggung Kei yang menjauh darinya, namun tiba-tiba saja ia berpikir untuk mengajak Kei berbicara mengenai hubungan Haru dan Seika. Dengan penuh keberanian, Kaori berucap, "A-ano~... Bisakah kita berbicara?"
Kei yang mendengar pemintaan Kaori menghentikan langkahnya, kemudian ia berbalik badan dan mengajak Kaori untuk duduk di sebuah kursi meja makan yang tak jauh dari dapur. Kaori menuruti apa yang diperintahkan Kei sembari membawa segelas air dingin dan juga puding yang tadi Kei berikan. Ia dan Kei duduk di sana dengan saling berhadapan.
"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Kei.
Kaori menundukkan kepala, masih merasa ragu untuk membicarakan hal ini dengan lelaki yang tak begitu ia kenal. Dengan sabar, Kei menunggu apa yang akan dikatakan Kaori sembari memakan puding miliknya.
Setelah merasa tenang, akhirnya Kaori memulai pembicaraan. "Etto~... A-aku ing-"
"Apakah kau ingin tahu tentang hubungan orang tuaku?" tebak Kei, bahkan sebelum Kaori menyelesaikan ucapannya. Tentu Kaori terkejut mendengar tebakan Kei yang benar. Ia memang sangat penasaran dengan hubungan Haru dan Seika dan ingin tahu bagaimana mereka bisa hidup bersama.
Tanpa menatap ke arah Kaori, Kei menjelaskan jika Seika bertemu dengan Haru di sebuah kyabakura yang berada di daerah Kabukicho, Shinjuku. Kyabakura atau hostess club merupakan klub malam yang menyediakan beberapa wanita untuk menemani seorang pria berbincang-bincang sembari meminum minuman beralkohol. Mereka hanya akan saling berbicara tanpa melakukan sentuhan fisik yang menjurus ke hal negatif.
Saat itu Haru tengah dibuat pusing dengan keadaan di kantor hingga membutuhkan hiburan yang menyenangkan demi menghilangkan rasa lelahnya setelah satu hari bekerja. Kebetulan saat itu ia mendapatkan Seika untuk menjadi teman mengobrolnya. Tanpa ragu Haru menceritakan tentang bagaimana sulitnya bekerja di sebuah kantor dengan atasannya yang selalu mengomel. Seika berusaha memberikan semangat untuk Haru agar ia bisa kembali bersemangat. Tubuh indah dan wajah cantik Seika membuat Haru jatuh cinta. Hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk selalu datang ke tempat Seika bekerja dan memintanya untuk menemani dia di setiap malam.
Hubungan mereka terus berlanjut hingga pertemuan di luar waktu bekerja Seika. Haru berusaha keras mendapatkan hati Seika demi bisa menjadikannya seorang istri. Dia tidak pernah bercerita kepada Seika jika ia sudah berkeluarga. Sedangkan Seika sendiri sudah menikah dan bercerai satu kali, bahkan sudah memiliki anak. Tetapi Haru tak mempermasalahkan hal itu. Ketika mereka mulai dekat dan selalu bersama, Haru mengajaknya untuk tinggal bersama. Sengaja ia membeli rumah yang besar untuk bisa menampung Seika dan anaknya. Satu tahun berlalu, akhirnya mereka memutuskan untuk menikah dan berumah tangga hingga sekarang.
Kei tahu semua cerita itu karena Seika yang menceritakannya. Wanita itu tentu saja meminta izin terlebih dahulu kepada Kei ketika ia tahu jika Haru ingin mengajaknya tinggal bersama. Saat tahu jika ibunya memiliki seorang kekasih, awalnya Kei merasa tidak terima dan tidak mau ibunya diambil oleh lelaki yang tak ia kenal. Namun setelah Seika mempertemukan Haru dengan Kei, Kei mulai bisa menerimanya karena Haru terus berusaha menunjukkan rasa kasih sayang yang ia miliki untuk Kei. Kebetulan Kei sangat merindukan sosok seorang ayah yang sudah meninggal dunia ketika ia berumur lima tahun. Dan Kei dapat menemukan pengganti ayahnya yang bisa membagi kasih sayangnya sama rata dengan sang ibu. Terlebih Haru selalu berusaha memenuhi apapun yang Kei inginkan, mulai dari sekolah di sekolah ternama hingga membeli beberapa peralatan gamers termahal untuk di kamar. Kei memang sangat suka sekali bermain permainan online dan Haru selalu bersedia menjadi teman mainnya. Tentu saja Seika sangat senang ketika ia melihat Haru mampu mengambil hati sang anak.
***
Bersambung...
[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]
Please, jangan lupa collect & comment. Karena collect & comment anda semua berarti untuk saya.