Dengan segera, Kaori menggelengkan kepala dan membantah apa yang Jirou tanyakan. Walau sebenarnya memang ada seseorang yang memaksa dia untuk pindah rumah, namun ia tak mau membuat keadaan di rumah ini menjadi kacau karena ulahnya. Ia tak mau Jirou mengomeli Shiina jika ia mengadukan apa saja yang telah anak kandung mereka lakukan terhadap Kaori.
"Kau masih sangat kecil untuk hidup mandiri, Kaori-chan," ucap Jirou.
"Aku hanya ingin membuat Misaki terbiasa dengan tinggal berdua bersamaku," balas Kaori sembari menundukkan kepala.
"Kenapa kau ingin tinggal berdua dengan Misaki-chan? Apakah rumah kami tidak cukup nyaman untuk kau tinggali?" tanya Jirou. Ia menatap Kaori dengan tatapan yang begitu serius, Kaori tak berani untuk membalas tatapannya itu.
Kaori terdiam sembari memikirkan perkataan yang bisa membuat Jirou mengizinkannya pindah. Namun belum juga ia menjawab, tiba-tiba saja Jirou berkata, "Aku bekerja keras bukan hanya untuk menghidupi Keiko dan Shii-chan saja, aku juga berusaha memberikan kalian hidup yang layak. Mungkin rumah kami memang tak cukup besar untuk ditinggali keluarga ini, tapi aku akan berusaha membeli rumah yang lebih besar lagi agar kalian semua bisa memiliki ruangan masing-masing. Terlebih tidak lama lagi, Misaki akan tumbuh dewasa, tentu membutuhkan kamarnya sendiri."
"Tak perlu memikirkan tentang aku dan Misaki karena aku telah memutuskan jika aku akan membawa Misaki pergi dari kota ini. Aku ingin membawanya ke Tokyo dan mencari Otou-san di sana." Kaori terpaksa mengatakan hal tersebut walaupun ia tahu kedua orang dewasa di depannya tak akan setuju. Ia sudah bingung harus dengan perkataan seperti apa yang bisa membuat Keiko dan Jirou mengizinkannya pergi.
"Sudah beberapa tahun berlalu, apakah kau yakin jika Haru-san masih tinggal di sana?" tanya Keiko.
Kaori menolehkan wajah ke arah wanita yang duduk di sampingnya, kemudian ia menjawab, "Aku tidak yakin, tetapi aku akan berusaha mencarinya."
"Tidak!" larang Jirou dengan tegas, bahkan ia berdiri dari posisi duduknya.
"Kau tidak boleh meninggalkan rumah ini, bahkan jika kau memohon kepadaku!" Setelah mengatakan hal tersebut, Jirou pergi meninggalkan mereka ke kamar. Ia begitu marah atas keputusan yang telah Kaori buat.
Kaori mulai menangis deras mendengar larangan yang Jirou katakan. Ia tak menyangka jika Jirou akan menolak keinginan besarnya itu, padahal sedari dulu apapun yang Kaori inginkan selalu dituruti. Keiko yang melihat anak angkatnya menangis hanya bisa memeluknya saja, ia tidak berbicara apapun, hanya membiarkan Kaori menangis di dalam dekapan. Ia tahu, Kaori hanya ingin pergi ke Tokyo untuk mencari ayahnya, namun ia juga sangat yakin jika Haru sudah tidak tinggal di sana.
Tidak lama kemudian, Keiko meminta Kaori untuk pergi ke kamarnya dan beristirahat, sementara dia akan berusaha menenangkan Jirou yang terlihat marah. Kaori menganggukkan kepala, kemudian ia berjalan ke kamarnya yang tidak jauh dari sana. Ia masuk ke dalam ruangannya itu, kemudian menutup pintu dengan rapat sembari menghapus air matanya. Larangan yang Jirou katakan membuat ia kesal, bahkan kini ia berpikir jika Jirou maupun Keiko tidak berhak melarangnya untuk pergi kemanapun ia mau. Pada akhirnya, ia pun mulai merencanakan beberapa hal untuk bisa kabur dari sana karena sudah tak nyaman tinggal bersama Shiina yang selalu berusaha mengusirnya. Segeralah dia mengambil buku catatan dan mulai menuliskan hal apa saja yang bisa dilakukan agar berhasil kabur.
Sementara itu, di lain tempat, Keiko berusaha membuat amarah Jirou mereda. Ia tak mau melihat suaminya itu marah akibat keinginan Kaori. Ia membicarakan hal tersebut dengan baik-baik. Mereka tak sadar, jika kebisingan mereka di kamar membuat Misaki terbangun dari tidurnya. Ia menatap kedua orang dewasa yang tengah berbincang sembari membelakanginya. Ia mendengar semua ucapan mereka tentang keinginan Kaori yang akan pergi ke Tokyo. Mendengar hal itu membuat Misaki memutuskan untuk keluar kamar secara diam-diam, ia ingin pergi ke kamar kakaknya dan menanyakan kebenaran akan apa yang ia dengar dari Keiko dan Jirou.
Kaori yang masih menulis rencana di bukunya terkejut dengan kedatangan Misaki. Ia segera menghentikan kegiatannya lalu menghampiri Misaki yang baru saja membuka pintu kamar.
"Ada apa? Kenapa malam-malam datang ke kamarku?" tanya Kaori keheranan.
Alih-alih menjawab, Misaki malah balik bertanya, "Apakah aku boleh masuk ke dalam kamarmu?"
Kaori mempersilakan adiknya masuk, kemudian ia menutup pintu. Tanpa diminta, Misaki duduk di sebuah zabuton, ia juga meminta kakaknya untuk duduk di sana. Lalu ia menjelaskan hal yang membuatnya memutuskan untuk pergi ke kamar Kaori. Ia berkata kepada sang kakak jika dirinya mendengar dengan jelas jika orang dewasa yang ia anggap orang tuanya tengah membicarakan tentang keinginan Kaori untuk pergi ke Tokyo. Kaori sudah menduga hal tersebut akan terjadi, ia nampak tak terkejut.
"Apakah Onee-chan akan benar-benar pergi ke Tokyo?" tanya Misaki.
Kaori menatap ke arah adiknya, ia membalas dengan anggukkan kepala saja.
"Aku ingin ikut!" pinta Misaki tanpa keraguan. Kaori memang telah berniat akan membawa Misaki bersamanya, hanya saja ia masih merasa ragu, takut tak sanggup menghidupi adiknya yang masih kecil. Ia terdiam sembari menundukkan kepala, tak bisa menjawab permintaan Misaki untuk saat ini.
Misaki yang melihat kakaknya diam saja pun bertanya, "Apa Onee-chan tak mengizinkan aku untuk ikut?"
Mendengar hal itu, Kaori segera menggelengkan kepalanya. Kemudian ia membalas, "Bukan begitu, Misaki-chan. Aku hanya sedang berpikir tentang cara membesarkanmu nanti. Siapa yang akan menjagamu jika aku bepergian? Tak mungkin aku membawamu ke semua tempat yang ingin aku kunjungi. Tokyo tak senyaman dan seaman kota ini, aku takut hal buruk terjadi kepadamu."
"Kalau begitu, aku akan menunggumu pulang di rumah baru kita nanti," kata Misaki dengan wajah polosnya. Kaori menghela napas dan menghembuskannya dengan sedikit keras, ia tak menyangka dengan jawaban yang Misaki berikan. Tentu ia tak setuju dengan ucapan adiknya.
Tidak lama dari itu, tiba-tiba saja pintu kamar Kaori terbuka dan terlihat Keiko yang membuka pintunya. Tentu hal tersebut membuat Kaori dan Misaki terkejut.
"Kau membuat kami terkejut, Oba-san," protes Kaori.
"Maafkan aku, Kaori-chan. Aku hanya khawatir ketika melihat Mii-chan tak ada di kamar, rupanya ia ada bersamamu," balas Keiko sembari mengalihkan pandangan ke arah Misaki.
"Apa Mii-chan ada di sana?" Terdengar suara Jirou di belakang Keiko.
Keiko menolehkan kepala ke arah belakang dan membalas, "Ya. Dia ada di sini."
Dengan segera, Jirou yang semula mencari keberadaan Misaki di ruang tengah pun menghampiri Keiko. Mereka berdua masuk ke kamar Kaori.
***
Bersambung...
[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]
Please, jangan lupa collect & comment. Karena collect & comment anda semua berarti untuk saya.