"Uhuk-uhuk!" Tiba-tiba Wili batuk saat merasakan makanan yang baru saja ia telah tiba-tiba tersangkut di tenggorokan.
"Mas, pelan-pelan dong makannya," kata Jeni sambil memberikan segelas air minum untuk suaminya.
Wili yang segera meneguk air putih yang diberikan istrinya, wajahnya tiba-tiba tegang. Kembang kampis yang terlihat pada dadanya menandakan kalau dia tiba-tiba merasakan kecemasan.
"Jani, kamu bicara apa sih? Aku sampai kaget mendengarnya," protes Wili. Dia berpura-pura tidak mengerti.
"Kok kaget, Mas. Kan aku hanya bercerit saja," jawab Jeni merasa tak berdosa.
"Iya maksudnya apa, kok berkata bakar rumah segala. Aku tak pernah melakukan itu, Jeni. Mana mungkin aku menyuruh seseorang membakar rumah wanita yang aku cintai." Wili berbicara seolah dia tak menyimpan kesalahan. Dia juga sengaja berkata seperti itu agar Jeni tak mencurigainya.