"Bisakah kau membantuku memeriksa anjingku?"
Kata-kata yang begitu akrab di telingaku terdengar dari ruang tunggu, namun suara itu yang membuat diriku langsung berhenti tepat di balik pintu.
Ini mustahil, pasti tidak mungkin, namun suara itu seperti suara Eijun. Aku terjingkat dan langsung mengintip dari celah pintu. Koga tengah berdiri di situ sambil menatap seorang yang tidak terlihat oleh diriku. Aku cuma dapat melihat tangan yang memegang kepala seekor anjing gembala, celana jins tipis, dan sepatu bot usang, dan sehelai jaket yang sepertinya tak mampu membuat dia menahan dinginnya udara.
Lamunanku buyar saat melihat kepala laki-laki itu, menunduk dan kemudian berbicara kepada si anjing, sehingga aku dapat melihat profil hidung dan rambutnya.