"Luna?" gumam Agatha merasa tak asing dengan nama itu.
"Setahuku dari internet, Luna adalah istilah untuk pasangan werewolf. Apakah aku salah?" bingung Agatha.
"Itu benar. Kau ditakdirkan menjadi pasangan kami, serigala terakhir, dan kau satu-satunya Luna yang muncul setelah seratus tahun," tandas Calix.
Menjadi pasangan untuk tiga pria tampan? Itu terdengar seperti dalam kelompok harem. Sebuah genre kesukaan Agatha setiap membaca komik maupun novel di mana satu wanita dikelilingi banyak pria tampan. Dan, hal tersebut terjadi pada hidupnya!
Agatha, tenanglah! Mereka memang tampan dan memiliki pesona luar biasa dengan status terpandang. Namun, menjadi pasangan mereka tanpa berlandaskan cinta yang tumbuh, merupakan hal yang agak sulit diterima Agatha. "Aku tidak bisa," ucap Agatha tanpa ragu-ragu lagi.
"Kau tidak bisa mengelak dari takdir. Kau tercipta untuk kami bertiga. Jika terjadi sesuatu yang mengancam nyawamu, maka kami akan selamanya akan menua dalam kesakitan."
Pernyataan Calix, bagaimana pun, terkesan seperti mengajaknya untuk menikah!
"Contohnya seperti yang baru saja kau alami. Setiap bulan purnama tiba, kami akan bertindak agresif bahkan tidak memiliki kesadaran saat melakukannya, untuk membunuh manusia secara brutal dan memakan mereka dengan tak manusiawi," ujar Calix.
"Satu-satunya cara agar kami berhenti menjadi haus darah pada bulan purnama, adalah dengan menikahi Luna yang ditakdirkan untuk kami," tambah Niall yang sedari tadi diam.
"Jika aku menjadi Luna kalian, apakah itu artinya aku akan mati dimakan kalian?" Agatha menyimpulkan demikian. Kalau kesimpulannya benar, maka tamatlah riwayatnya di sini, dikelilingi tiga serigala jantan yang buas.
"Tidak. Kau bukan makanan bagi kami, tapi bisa saja menjadi makanan kami jika kau tidak segera melakukan upacara penyucian untuk menjadi Luna kami secara resmi. Dengan begitu, kau akan aman dari kami. Hasrat haus darah kami akan hilang terhadap dirimu," jelas Lean. Tampaknya dia sedikit berhati-hati dalam menyampaikan sesuatu secara halus.
"Jika dalam bahasa manusia ...." sambung Calix. "Kau akan menjadi istri kami," telaknya.
Mengejutkan. Agatha nyaris tak dapat berkata-kata. Secara tidak langsung mereka sedang melamarnya! Sungguh di luar dugaan seumur hidup Agatha. Permintaan menjadi istri mereka, atau Luna, adalah sesuatu yang tidak sederhana bagi Agatha.
Agatha tidak mau bermain-main dengan pernikahan. "Dengar, aku tidak mengenal kalian, aku tidak mau tahu siapa kalian. Aku hanya akan hidup bersama pria yang kucintai. Jadi aku tidak bisa," tegas Agatha tanpa keraguan.
"Kalau begitu, kau harus jatuh cinta pada kami agar kau bersedia menikahi kami," simpul Niall.
Tidak salah sih. Tapi mereka yakin bukan itu yang diinginkan Agatha.
"Apa kau gila?" heran Agatha terkejut. "Bagaimana mungkin aku menikah dengan tiga pria sekaligus! Itu tidak masuk akal!" Agatha tidak setuju. Sama saja dengan poliandri. Pernikahan dengan lebih dari satu suami sepertinya pernah terjadi juga di negaranya. Agatha ingat berita tentang hal tersebut walau sudah sangat lama.
Namun tetap saja, pernyataan mereka malam ini terlalu mengagetkan Agatha. Agatha belum siap mental dan fisik untuk menerima perkataan mereka. "Kenapa harus aku?" keluh Agatha mengerang setengah frustasi.
"Karena kau ditakdirkan sang rembulan," jawab Lean.
"Bagaimana jika aku tetap menolak?" tanya Agatha.
"Maka kami tidak dapat menjamin akan terjadi teror di manusia," kata Niall.
"Teror?" ulang Agatha bertanya.
"Ya. Jika kami tidak menikah dengan Luna, maka insting buas kami setiap bulan purnama akan membunuh lebih banyak manusia secara brutal. Selama lima puluh tahun terakhir, tepat sebelum werewolf punah, banyak dari kami sudah membunuh manusia."
Calix yang menjelaskan semuanya.
"Ada dua cara yang biasa werewolf lakukan untuk makan. Pertama dengan cara yang tenang, yakni menculik manusia lalu memakannya di tempat tertutup dan tidak mengembalikannya lagi. Sehingga dia akan menjadi orang hilang selamanya. Kedua, kami akan menyerang manusia di tempat sepi dan memakannya saat itu juga, lalu meninggalkan jasadnya begitu saja."
"Karena hal tersebut, para pemburu berdatangan memburu kami. Mereka berhasil memusnahkan sebagian besar dari jumlah kami. Sisanya yang selamat, berkumpul dalam satu kelompok kecil. Namun anggota kelompok itu didominasi oleh jantan yang kehilangan keluarganya."
"Dalam spesies werewolf, pejantan yang sudah berkeluarga, tidak bisa menikah lagi untuk meneruskan keturunan, karena sifat setia sampai mati. Hal itu melemahkan kekuatan mereka untuk melawan pemburu. Maka, seiring berjalannya waktu, satu persatu anggota kelompok kami berguguran. Sampai tersisa hanya kami bertiga."
Penjelasan Calix sangat detail dan membuat Agatha mudah paham. Agatha juga setuju dan percaya dengan sifat serigala. Mereka adalah jenis hewan yang sangat setia pada pasangan. Terkadang hal itu membuat Agatha bahkan banyak wanita lain berdecak iri, dan membayangkan mempunyai pasangan setia seumur hidup.
"Jangan terlalu lama berpikir," ujar Niall. "Kau termasuk wanita paling beruntung di dunia ini. Karena akan dinikahi tiga pria tampan sekaligus yang bukan kaleng-kaleng. Aku, seorang idola terkenal. Calix, seorang CEO kaya. Lean, seorang dokter. Masa depanmu sudah sangat-sangat terjamin di tangan kami." Begitu kata Niall dengan rasa percaya diri tingginya yang sedikit disombongkan.
"Ini bukan masalah status," sanggah Agatha. "Tunggu dulu," tahan Agatha menyadari sesuatu yang ganjil.
"Jika setiap bulan purnama kalian akan menjadi buas dan lepas kendali, lalu kenapa hanya dokter Lean yang mengalami itu malam ini?" tanya Agatha merasa horror.
"Oleh sebab itu, Niall membawamu ke sini," jawab Calix.
Agatha menatap Niall dengan wajah melongo. Kemudian beralih menatap Calix yang juga menatapnya dingin. Tatapan Calix tampak berbeda dari beberapa menit sebelumnya. Secara naluriah, Agatha bagai mendengar alarm bahaya.
"Apa?" Agatha mulai takut dengan ekspresi wajah ketiga pria tampan itu. Mereka tampak lebih serius dengan rahang mengeras. Ini mengubah atmosfer di dalam ruangan menjadi panas.
Tiba-tiba saja Niall sudah ada di sampingnya. Mencondongkan tubuhnya mendekat sembari menyeringai tipis. "Bau feromonmu sangat menggoda kami sedari tadi. Itu membuat kewarasan kami hampir hilang, tahu," bisik Niall dengan wajah mesum. Kemudian pria itu mengambil tangan Agatha dan mencium telapaknya.
Agatha tidak menolak. Dia masih melihat apa yang akan dilakukan pria itu kepadanya. Namun di detik berikutnya, bibir Niall di telapak tangannya menjilat. Agatha tersentak. Dia menarik tangannya, tapi Nial menahan dengan kuat.
"Hanya sebentar saja. Aku harus merasakan feromonmu malam ini," ujar Niall terkesan mesum. Membuat wajah Agatha jadi memerah.
Hal yang sama dilakukan Calix di sisi lain tubuhnya. Agatha sontak berpaling dari Niall. Melihat bagaimana Calix menarik tangannya dan mendekatkan pundak mereka. Membuat wajah keduanya terasa begitu dekat. Agatha dapat melihat dengan jelas mata Calix menyayu, dan pipinya merona tipis. Ekspresi seperti orang mabuk terpampang menggoda di depan wajah Agatha. Sebelum kemudian wajah Calix memangkas jarak yang tersisa, dan menjangkau bibir Agatha yang terbuka.
Satu ciuman mendarat. Melekat di bibir Agatha tanpa aba-aba. Seluruh tubuh Agatha menegang kaku. Merasakan sensasi aneh yang seolah sedang tersedot keluar dari dalam dirinya. Apa yang dilakukan Calix dan Niall adalah tindakan yang membakar tubuh Agatha. Agatha merasa panas dan gerah. Perlahan-lahan tenaganya bagai lenyap dan membuat dia jadi lemas.
"Apakah kalian ingin membuatnya pingsan?" tegur suara Lean. Pria berwajah kalem itu mengeryit tidak suka melihat Calix dan Niall memonopoli Agatha. Sedangkan Lean sendiri, tidak ikut melakukan seperti kedua pria itu terhadap Agatha. Sebab, dia sudah sempat menghirup feromon Agatha sewaktu di hutan tadi. Tepatnya di bagian kaki telanjang gadis itu, yang membuat dia hampir memotong kaki Agatha dengan gigitannya.
Tindakan Calix dan Niall sangat rawan. Karenanya, Lean khawatir jika membiarkan mereka dengan acuh. Bisa-bisa, Agatha akan mati sebelum upacara menjadi Luna nanti.
***