Banu menangkap tubuh dokter Feni yang terkulai lemas setelah menghirup sapu tangan yang dibasahi dengan kloroform itu.
"Mau dikemanain perempuan ini, Bos?" tanya Banu pada Arman yang melenggang pergi setelah menyaksikan Dokter Feni terkulai pingsan.
"Sudah biarkan saja! Dokter itu mah nggak penting," kata Arman sambil menoleh. "Yang penting perempuan gila itu. Bawa ke mobil! Aku mau beli rokok di dulu."
Di SPBU yang arealnya luas itu memang tersedia minimarket, musholla, toilet serta cafe yang lumayan nyaman.
"Enak banget jadi si Bos. Untung perempuan ini nggak gendut," Banu menggerutu saat mengangkat tubuh Dokter Feni dan membaringkankannya di bangku tengah mobilnya.
Tania langsung menggeser tubuhnya dengan ketakutan saat Banu memasukkan tubuh Dokter Feni yang pingsan ke dalam mobil. Wajah. perempuan itu terlihat ketakutan. Mulutnya mengoceh dan menceracau tak jelas. Mata Tania yang lebar dan indah membulat saat melihat Dokter Feni, lalu pupilnya melebar saat melihat Banu.