アプリをダウンロード
100% Dropping In A Dream / Chapter 35: Terbiasa Bersama Dengannya

章 35: Terbiasa Bersama Dengannya

Setelah makan malam selesai Vee membawa Eira pergi ke bar, sesungguhnya Eira sangat was was dan takut jika hal yang tidak di inginkan akan terjadi lagi padanya, seperti waktu itu di paris. Dalam pikirannya dia tidak ingin minum sampai mabuk untuk berjaga diri. Sesampainya di bar mereka pun masuk dan memesan bir.

"Eira kau bisa minum apa saja kan?" tanya Vee memastikan.

"Tentu saja, tapi untuk malam ini minum yang ringan ringan saja ya," pinta Eira.

"Baiklah."

Vee memesan minuman yang tidak banyak mengandung alcohol agar Eira tidak terlalu mabuk, Vee mengerti jika Eira masih takut dengannya dan berpikir buruk tentangnya.

"Apa kau mau menari Ra?"

"Boleh, ayo kita gabung ke sana," jawab Eira.

Vee membawanya untuk menari. Saat menari Eira tidak sengaja menabrak seorang lelaki yang gagah.

"Maaf saya tidak melihatnya," kata Eira tanpa melihat orang yang ditabarak karena asyik dengan tariannya.

"Tidak papa, apa kau baik-baik saja? Apa kau terluka?" tanya Lelaki itu.

Ketika mendengar suaranya Eira langsung menoleh setelah berfikir sejenak. Saat menoleh kearah lelaki itu, ternyata lelaki itu sudah pergi tidak ada siapa-siapa di belakang Eira hanya ada seorang lelaki yang sedang di tarik oleh temannya.

"Siapa tadi, kenapa suaranya sangat mirip dengan Lord. Ataukah dia beneran Lord?" gumam Eira dalam hati yang terus berharap.

Lamunan Eira pun memudar setelah Vee memanggilnya.

"Ra, apa kau mabuk? Mengapa kau diam saja?" tanya Vee.

"Tidak Vee, aku hanya tidak sengaja menyenggol orang, tetapi dia sudah tidak ada mungkin dia tidak kenapa-kenapa, aku juga sudah meminta maaf padanya," jawab Eira.

"Baiklah jika kau sudah minta maaf mungkin dia sudah pergi."

Eira pun melihat punggung lelaki yang di tarik oleh temannya itu.

"Mungkin hanya perasaanku saja, aku mungkin salah dengar," batin Eira mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Vee menarik tangan Eira dan mengajaknya untuk duduk kembali. Mereka pun menikmati minumannya dan bersenang-senang. Dari kejauhan Eira sedang di perhatikan oleh seorang lelaki, tetapi Eira tidak menyadarinya. Eira tetap menikmati kesenangan malam itu bersama dengan Vee.

"Vee, kenapa kau sangat baik padaku?" tanya Eira.

"Apa kau sedang mabuk?" tanya Vee memastikan.

"Tidak, aku tidak mabuk, hanya saja aku memang ingin tahu."

"Aku berniat untuk mendekatimu Ra, apa aku boleh mencoba untuk mendekatimu?"

"Semua orang berhak untuk itu Vee, tetapi tidak semua orang bisa membalasnya."

"Aku tau itu Ra, tapi apa kau mengijinkan aku untuk mendekatimu?"

"Aku tidak tahu Vee, tapi aku…--"

"Aku tahu jika kau belum bisa menerimaku atau mencintaiku, hanya saja aku ingin mencobanya, jika memang aku akan gagal aku akan menerimanya kok, tetapi jika aku berhasil aku akan membahagiakan kamu," tukas Vee.

"Terserah kau saja Vee, tapi jangan terlalu berharap denganku, aku tidak mau menyakitimu, jika boleh jujur aku lebih senang jika kita menjadi teman saja," jawab Eira.

"Tidak masalah kau bisa menganggap aku temanmu, tetapi aku tetap akan mendekatimu Ra," Vee pun juga sangat kekeh dengan keputusannya untuk mendekati Eira.

"Baiklah, mari kita minum," Eira pun mengangkat gelasnya.

Hari pun semakin larut, Vee membawa Eira pulang karena tidak enak dengan orang tua Eira.

"Ra, sebaiknya kita pulang sekarang saja yuk," ajak Vee.

"Kenapa, ini masih seru loh Vee," jawab Eira yang masih ingin di sana.

"Eira, kau nanti di cari orangtuamu, kita pulang saja sekarang, sekarang udah jam sepuluh Ra," Vee terus membujuk Eira hingga akhirnya Eira pun setuju.

"Vee aku sangat senang bermain bersama denganmu, kau jangan kapok mengajak ku pergi, mulai saat ini aku akan percaya jika kau tidak akan berbuat jahat padaku," kata Eira.

"Baik Eira, aku akan sering mengajakmu jalan-jalan ya, ayok sekarang kita pulang."

Mereka pun pulang ke rumah Eira.

Sebelum turun dari mobil Vee memberitahukan jika William akan keluar dari perusahaan.

"Ra, aku ingin memberi kabar padamu, Paman sudah tidak menjadi CEO di perusahaannya itu," kata Vee.

"Kau bercanda bukan, itu tidak lucu Vee, dia sudah berjanji tidak akan meninggalkan kita kok di perusahaan," jawab Eira tidak percaya.

"Bagiamana pun maafkan pamanku sudah pergi meninggalkan kalian, pamanku harus mengurus perusahaan yang lainnya di luar kota, jadi dia melepaskan perusahaan ini untuk di ambil alih oleh orang lain yang lebih baik dari Paman."

"Aku ingin mendengar langsung dari Pak William," kata Eira tetapi ingin mengetahuinya sendiri.

"Baiklah, tapi setelah dia mengatakannya aku siap menemanimu dan menghiburmu."

"Emm, baiklah tapi aku percaya padamu Vee, terimakasih sudah memberitahuku."

Vee pun pergi meninggalkan Eira, Eira pun masuk dalam keadaan sedikit mabuk.

"Kau dari mana sayang?" tanya Ibu.

"Aku dari makan malam dengan Vee bu," jawab Eira.

"Apa kau mabuk?" tanya Ibu.

"Sedikit Bu."

"Kau sudah memutuskan untuk bersama dengannya?"

"Tidak bu, aku hanya sudah terbiasa saja bersama dengan Vee, dia sangat menyenangkan, cocok sekali jadi temanku."

"Begitukah, apa kau yakin hanya perasaan teman?"

"Ya, aku sangat yakin sekali."

"Tapi Ibu ingin kamu bersama dengannya lebih dari teman Ra."

"Itu biarkan waktu yang menjawab saja Bu, aku tidak ingin memutuskan, dan juga aku tidak ingin menuruti Ibu lagi."

"Baiklah, mari kita tunggu hasil akhirnya," Ibu pun mengalah dan tidak ingin ribut lalu membantu Eira untuk kembali ke kamarnya.

Tidak ada kata marah, karena kedua orangtua Eira menyetujui jika Eira bersama dengan Vee, hanya saja Eira yang belum bisa membuka hatinya untuk orang lain yang lebih nyata dari pada Lord. Setelah Eira bebersih dia pun langsung tertidur pulas tanpa bermimpi dan tanpa terbangun di malam hari.

Keesokan harinya Eira pun bangun dan masih seperti biasanya dia berusaha untuk membuat hatinya tenang karena Lord tidak menemuinya lagi di dalam mimpi.

"Kemana dia sebenarnya, apa dia bertapa lagi?" gumam Eira.

Walau Eira sering megatakan ingin bahagia dan bisa hidup tanpa Lord, tetapi Eira masih tetap kepikiran dengan Lord, dia sangat khawatir jika terjadi sesuatu dengan Lord. Bagaimana pun Lord adalah cinta pertama Eira, Eira ingin juga Lord menjadi cinta terakhirnya. Tidak tahu apa perkataan Lord dapat di percaya jika dia akan datang menemui Eira di dunia nyatanya, tetapi Eira tetap berharap hari itu akan tiba, dia datang dengan wajah yang sama, supaya Eira bisa mengenalinya dengan sekali lihat.

"Apa aku terlalu berlebihan ya, mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi, tapi aku percaya jika mimpiku itu nyata, aku bersamanya itu hal yang sangat nyata, tapi kapan kau akan kembali padaku di sini Lord, aku rindu denganmu." Eira terus bergumam.

Setelah selesai bersiap Eira pun makan bersama dengan kedua orang tuanya.

"Apa Vee belum ke sini Bu, Yah?" tanya Eira.

"Belum, apa kau sudah janjian?" tanya Ibu.

"Ya, katanya dia akan menjemputku, tapi mungkin dia sedang sibuk jadi aku akan berangkat dengan mobilku saja."

Setelah selesai makan Eira pun keluar membawa kunci mobilnya.

"Tinn…tinn…tin…

Suara klason mobil pun berbunyi nyaring di telinga Eira.

"Vee!" kata Eira saat melihat mobil Vee parkir di depan gerbang rumah Eira.

Eira pun menemui Vee.


Load failed, please RETRY

次の章はもうすぐ掲載する レビューを書く

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C35
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン