Mikael memerintahkan akar-akar pohon untuk menyerang siluman kadal itu. Ia menggerakan akar itu sebagai senjatanya. "Lihat, kalianlah yang banci! Menyerang dua sekaligus melawanku yang sendirian? Apa itu masih pantas untuk di sebut seorang yang gentleman?" ujar Siluman kadal itu memprovokasi Rafael agar mendapat keuntungan dari amarah dan emosinya itu.
"Mikael! Berhentilah ikut melawannya, biarkan aku saja yang melawan siluman sialan ini!" teriak Rafael terkena provokasi siluman Kadal itu.
"Tapi Rafael, bukankah lebih bagus kita bekerja sama seperti biasa. Agar kita bisa lebih cepat menyelesaikan pertarungan ini!" sergah Mikael.
"Rafael, berhentilah bersikap emosi seperti itu. Jangan kau terbawa emosi dengan ucapan siluman itu!" teriak Riel. Rafael mencoba menenangkan emosinya yang menggebu-gebu. Ia menelaah ucapan Riel, lalu emosi itu perlahan-lahan kembali tenang.