Viona sudah selesai dengan pekerjaannya dan sekarang hendak pulang. Ia melihat ke arah jam dinding yang ada di lorong ruangan kediaman tuan Drigory. Dan ternyata waktu menunjukkan pukul tujuh malam.
"Astaga! Aku bahkan belum menyiapkan makanan untuk Kim," keluh Viona.
Viona merasa bersalah karena ia tidak memiliki waktu untuk memperhatikan sang putri. Ia lantas punya ide untuk mengambil beberapa makanan yang ada di dapur rumah ini.
Viona bergegas ke dapur dan mencari makanan di sana. Untungnya, dapur rumah ini tampak sepi. Tuan Drigory belum pulang dan para karyawan tak harus menyiapkan makan malam karena Nathan juga tidak ada di rumah.
"Mereka tidak memasak apa-apa?" gumam Viona. Ia mencari di dalam kulkas siapa tahu ada makanan sisa tadi siang. Dan dia beruntung karena masih ada makanan di kotak yang ada di dalam kulkas.
"Apa aku boleh membawa makanan ini, ya?" gumam Viona. Ia ingin bertanya kepada seseorang, tapi di dapur tak ada siapa-siapa.
Viona tak Ingin mencuri. Dia bekerja di tempat ini. Sehingga apa pun yang ingin ia bawa pulang, ia akan meminta izin.
Karena itulah, Viona memutuskan untuk mencari Black. Ia bertanya kepada beberapa pelayan yang ada di ruangan lain, namun mereka tak tahu di mana keberadaan Black.
Viona pun memberanikan diri untuk naik ke lantai atas. Di lantai dua pun, ia tak menemukan Black sama sekali. Dan akhirnya Viona memberanikan diri ke lantai tiga, tempat di mana kamar tuan Drigory berada.
Sayangnya Viona harus bersabar, Black juga tak ada di sana. "Baiklah, sepertinya aku tak boleh membawa makanan itu,"kata Viona. Ia pun memutuskan untuk turun dari lantai tiga.
Saat Viona hendak turun, tak sengaja ia berpapasan dengan Tuan Drigory yang baru saja pulang. Entah dari mana. Mungkin saja dari pabrik wine miliknya.
"Tuan," sapa Viona dengan ramah.
"Oh, Nyonya Watson?" sahut Tuan Drigory.
Viona merasa curiga. Sepertinya Tuan Drigory mabuk. Tubuhnya terlihat terhuyung saat berjalan.
"Kau baik-baik saja, Tuan Drigory?" tanya Viona.
"Ouh, tentu saja aku baik-baik saja," jawab Tuan Drigory. Sayangnya ucapannya tak sama dengan apa yang terjadi.
Tubuh Tuan Drigory tak mampu berjalan dengan benar. Ia terus saja oleng. Viona awalnya tak ingin menghiraukan Tuan Drigory. Ia harus segera pulang karena tak tega meninggalkan Kimberly terlalu lama.
"Aku akan mengantarmu ke kamar," kata Viona. Ia lantas merengkuh tubuh Tuan Drigory dan mengantarnya ke atas.
"Kau memelukku, Nyonya Watson?" ucap Tuan Drigory yang mabuk.
"Ouuh, bau sekali. Berapa banyak kau minum, Tuan?" tanya Viona.
"Heeem? Entahlah, aku mencoba banyak hari ini," kata Tuan Drigory.
Viona menghela napas. Kenapa ia harus melakukan ini di saat harus segera pulang?
Sampai di lantai atas, Kimberly membantu Tuan Drigory untuk duduk di atas sofa. Karena tubuh Tuan Drigory terlalu besar, Viona tak kuat saat menuntun tubuh ini untuk duduk. Hingga akhirnya keduanya jatuh bersama.
"Aahh." Tuan Drigory melenguh. Entah kenapa. Tapi Viona sadar, kalau ini bukan pertanda baik. Ia hendak bangkit, tapi Tuan Drigory malah memeluknya dengan erat.
"Tuan ... Aku bukan Lucy," kata Viona berusaha berkelit.
Anehnya, Tuan Drigory mengabaikan begitu saja suara Viona. Dengan kekuatannya, ia memindahkan tubuh Viona hingga posisinya sekarang Viona berada di bawah tubuh Tuan Drigory.
"Apa yang kau lakukan, Tuan Drigory?" Viona merasa takut pada Tuannya ini.
"Bolehkah aku mencumbumu?" tanya Tuan Drigory.
"Tuan, kau sedang mabuk. Aku bukan Lucy!" pekik Viona.
Tuan Drigory memandangi wajah Viona. Meskipun umurnya sudah empat puluh lima tahun, Viona masih terlihat cantik dan menawan. Kecantikannya juga menurun kepada putrinya–Kimberly.
"Jang ... mmmph .... " Belum selesai Viona bicara, Tuan Drigory sudah melumat bibir Viona. Dan Viona tak bisa berkutik. Aroma alkohol terasa jelas dari bibir Tuan Drigory.
Entah apa yang terjadi, Viona yang tadinya menolak, kini malah mulai menikmati lumatan Tuan Drigory yang semakin menjadi-jadi.
"Tu-an .... " Viona ingin menyudahi adegan ini. Ia takut akan ada yang melihat. Ia lebih takut kalau Lucy atau anak Tuan Drigory yang melihat perbuatan Tuan Drigory.
Sayangnya, Tuan Drigory tak terlihat ingin menyudahi perbuatannya. Ia justru merengkuh tubuh Viona semakin erat. Dan memainkan lidahnya ke rongga mulut Viona. Viona yang sudah satu tahun tak pernah bercumbu dengan pria pun terlihat menikmati perlakuan Tuan Drigory. Apalagi Tuan Drigory memang tampak seksi dan memesona, dengan otot tubuh dan juga bulu-bulu di wajahnya. Bulu-bulu itu menggelitik pipi dan bibir Viona, hingga menimbulkan sensasi tersendiri pada dirinya. Tuan Drigory sungguh pandai memainkan-memainkan bibir dan lidahny.
"Euuh!" Viona melenguh saat Tuan Drigory dengan sengaja menyentuh bagian kenyal miliknya. "Ja-ngan, Tu-an. Sa-ya bu-kan pe-la-cur."
"Aku menyukai tubuhmu, Nyonya Watson. Kau membuatku bergairah," kata Tuan Drigory.
"Tuan, Anda mabuk. Anda akan menyesal setelah sadar nanti," kaya Viona.
Tuan Drigory menghentikan aktivitasnya. Ia menatap Viona. Cukup lama ia menatap wajah wanita itu. Mata Tuan Drigory tampak merah. Terlihat jelas kalau ia mabuk. Nafasnya juga tengah karena baru saja melakukan cumbuan luar biasa dengan Viona.
"Kau ingin uang lebih?" tanya Tuan Drigory.
"Aku tidak akan menjual diri, Tuan Drigory!" kata Viona.
"Lalu kenapa kau tak menolak tadi? Kau justru menikmatinya?"
Viona tak bisa berkata-kata. Ia merasa bersalah karena ikut menikmati cumbuan tadi.
"Aku bisa menabur benih di rahimmu. Kau bisa memiliki anak dariku," kata Tuan Drigory sambil tersenyum.
Viona mengira Tuan Drigory benar-benar mabuk. Bagaimana bisa seseorang yang sudah memiliki tunangan berkata seperti itu padanya.
"Tidak, Tuan. Kita hentikan." Viona segera bangkit dari posisinya. Ia bukan wanita binal yang tidur dengan sembarang pria.
Tuan Drigory menatap Viona dengan tatapan yang menakutkan. Seolah-olah ingin menerkam Viona. "Kau tak merindukannya?" tanya Tuan Drigory.
"Apa?" tanya Viona.
"Bercinta. Kudengar, suamimu sudah tak ada. Kau tak ingin bercinta?"
"Haah!" Viona tertawa karena tertegun mendengar ucapan Tuan Drigory. "Apa karena ini kau ingin mempekerjakanku? Aku tidak akan melayanimu di tempat tidur!"
Tuan Drigory tersenyum sinis. Ia lantas melepaskan jasnya dan juga kemeja yang ia pakai. Lalu mempertontonkan otot tubuhnya yang kekar. "Kau sama sekali tak tertarik?"
"Astaga! Kau pikir aku wanita macam apa? Aku akan pergi. Aku anggap ini tak pernah terjadi!"
Viona bergegas keluar dari kamar Tuan Drigory. Namun, Tuan Drigory bangkit. Ia malah mengunci kamarnya dan tak membiarkan Viona keluar.
"Tuan!" pekik Viona.
"Mari kita bersenang-senang," kata Tuan Drigory. "Kau sudah menndatangani kontrak kerja denganku. Itu berarti, kau harus mengikuti aturanku. Kau adalah pelayan pribadiku."
Tuan Drigory menatap Viona dengan lekat. Hingga wanita itu tak berkutik sama sekali.
"Tidak, Tuan. Anakku sedang menungguku di rumah. Jang lakukan ini. Kau sudah punya tunangan."
Bersambung ....