***
"Astaga, Ale..." Gea berjalan cepat hampir berlari kecil sembari mengurut kening, mengejar gadis yang hanya memakai piyama dengan rambut yang diikat asal-asalan. "Pelan-pelan! Kita naik tangga! Kamu bisa terjatuh," peringatnya.
"Ssstt! Ini tengah malam. Jangan teriak-teriak," kata Aletta sembari mengatur napas. Ini baru lantai dua setengah, tetapi dia sudah lelah.
"Nah, lelah, kan? Kamu, sih...! Aku bilang tunggu lift yang sedang turun sebentar lagi. Apa susahnya?" balas Gea sembari berpegangan pada sisi tangga. Akhirnya, dia berhasil menyusul Aletta yang melambat.
"Terlalu lama," sahut Aletta menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan-lahan. Dia menatap tangga yang masih banyak dan kembali mempercepat langkah.
Fun fact! Aletta dan Gea mulai bicara dengan bahasa Inggris saat para perawat dan bangsal lewat karena mereka pikir, hantu Indonesia takkan bisa dan mengerti bahasa asing. So, they can ignore them. Tapi, para perawat dan jenazah yang dibawa itu benar-benar manusia, bukan hantu seperti pikiran parno mereka. Itu terbukti saat mereka sampai di meja resepsionis dan para perawat serta dokter yang sedang menjaga memarahi mereka karena berlarian di koridor. Saat diberitahu, mereka pun kepalang malu.