***
Aku mengurung diri di kamar setelah pulang dari kampus. Mengunci pintunya dengan kunci ganda. Tak ke luar, bahkan untuk makan sekalipun. Dan ketika aku haus, aku akan mengambilnya saat rumah sudah sepi, sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Bunda memanggil-manggil saat jam makan malam dan aku menjawabnya dengan malas. Membenamkan wajahku di tumpukan bantal. Sialan. Aku bahkan tak berani membuka ponsel yang sejak tadi terus bergetar. Gosipnya pasti sudah merambat di forum mahasiswa. Ha... mau ditaruh di mana wajah seorang Wijaya yang membanggakan ini?
Satu hari terlewat begitu saja denganku yang terinjak-injak, merasa tak punya harga diri.
Hari ke dua, aku mendengar suara Aletta yang mengalun lembut sembari mengetuk-ngetuk pintu kamar di pagi hari, membangunkan ku dari tidur yang baru saja lelap, dan ku diamkan juga dia.
Kita bicara nanti saja, Le. Mood-ku sedang buruk-buruknya. Aku tak ingin melampiaskan perasaan yang hanya bisa ku utarakan padamu.