***
"Tunggu di sini. Aku mau memindahkan makanannya ke piring," ujar Arkhano setelah meletakkan tubuh Aletta di ranjang.
Gadis itu mengangguk kecil. Dia memandangi kepergian Arkhano yang terlihat terburu-buru. Dia memejamkan mata dan mengencangkan urat-urat leher. Air matanya turun begitu saja karena suhu tubuhnya yang naik. Dia meraba-raba kasur, mengambil selimut yang tersibak, dan menutup tubuhnya lagi dengan selimut.
Napasnya yang tersengal-sengal, serta kesadarannya yang seperti berada di tengah-tengah membuatnya menangis sembari menatap plafon.
"Aletta, astaga...!" Arkhano mempercepat langkah sembari membawa semangkuk bubur jagung asin. Dia meletakkan mangkuk tersebut di atas nakas. "Apanya yang terasa tak nyaman?"
"Panas... panas...." Aletta menggenggam erat selimut. Dia menatap Arkhano dengan mata yang basah. "Panas, Arkhano...."