📌 PART 23
Setelah Hazim keluar mengambil angin yang ingin mententeramkan suasana hatinya , dia pun mengambil keputusan untuk pulang ke rumahnya . Jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 6 : 40 , semasa dalam perjalanan pulang , mindanya ligat memikirkan wajah Humaira . Dia mulai bingung dengan perasaan nya sendiri mengenai Humaira , sekejap mengatakan bahwa dia hanya suka kan gadis itu tapi bukan mencintai , hati nya mengatakan bahwa dia ingin mempersunting Humaira bila kerjanya sudah stabil . Itula yang membuatkan jiwa lelaki nya mudah terkucil , dalam beberapa minit dalam perjalanan , kereta Hazim mulai mencari tempat parking yang sesuai untuk berhenti di kedai tadi .
Dia mulai melangkahkan kaki nya masuk ke dalam kedai itu , terdapat ramai orang di dalam kedai itu . Dia mengambil tempat duduk yang berdekatan dengan tingkap kedai itu . Seorang pelayan perempuan yang masih muda datang menghampiri Hazim dengan gaya gedik nya , "𝖤𝗇𝖼𝗂𝗄 𝗇𝖺𝗄 𝗉𝖾𝗌𝖺𝗇 𝖺𝗉𝖺𝖺 𝗒𝖺 ?" . Tanya perempuan itu dengan nada menggoda sambil tangannya di jalarkan di bahu Hazim . "𝖠𝗄𝗎 𝗇𝖺𝗄 𝗉𝖾𝗌𝖺𝗇 𝖺𝗂𝗋 𝗅𝖾𝗆𝗈𝗇" . Balas Hazim dan terus menyandarkan tubuh nya di badan kursi . "𝖮𝗎𝗉𝗌𝗌 , 𝗌𝗈𝗋𝗋𝗒 𝖾𝗇𝖼𝗂𝗄 , 𝗄𝖺𝗆𝗂 𝗍𝖺𝗄 𝗃𝗎𝖺𝗅 𝖺𝗂𝗋 𝗆𝖺𝖼𝖺𝗆 𝗍𝗎 . 𝖪𝖺𝗆𝗂 𝖼𝗎𝗆𝖺 𝖺𝖽𝖺 𝖻𝗂𝗋 𝖽𝖺𝗇 𝗃𝗎𝗀𝖺 𝗆𝗂𝗇𝗎𝗆𝖺𝗇 𝗅𝖺𝗂𝗇 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗆𝖺𝖼𝖺𝗆 𝖾𝗇𝖼𝗂𝗄 𝗇𝖺𝗆𝗉𝖺𝗄 𝗌𝖾𝗍𝗂𝖺𝗉 𝖻𝗈𝗍𝗈𝗅 𝗄𝖺𝖼𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗍𝖾𝗋𝗉𝖺𝗆𝗉𝖺𝗇𝗀 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗃𝖾𝗅𝖺𝗌 𝖽𝖺𝗅𝖺𝗆 𝖺𝗅𝗆𝖺𝗋𝗂 𝗄𝖺𝖼𝖺 𝗍𝗎" . Jelas perempuan itu sambil menunjukkan sebaris almari yang penuh dengan minuman yang berbotol kaca .
Hazim terus melihat sekeliling nya , yaa .. benar yang di katakan perempuan gedik itu . Semua pelanggan yang berada di situ hanya meminum air yang barada dalam botol kaca . "𝖲𝗈 .. 𝖾𝗇𝖼𝗂𝗄 𝗇𝖺𝗄 𝗉𝖾𝗌𝖺𝗇 𝖺𝗍𝖺𝗎 𝗍𝖺𝗄 ?" . Tanya perempuan itu dengan nada gatal sambil menyelak sedikit baju nya bagi menampakkan dadanya . "𝖤𝗁 , 𝖺𝗄𝗎 𝗍𝖺𝗄 𝗁𝗂𝗇𝗀𝗂𝗇𝗅𝖺𝖺 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗀𝖺𝗒𝖺 𝗀𝖾𝖽𝗂𝗄 𝗄𝖺𝗎 𝗍𝗎 . 𝖡𝖺𝗂𝗄 𝖺𝗄𝗎 𝖻𝗅𝖺𝗁 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝗌𝗂𝗇𝗂 𝗌𝖾𝖻𝖾𝗅𝗎𝗆 𝗆𝖺𝗍𝖺 𝖺𝗄𝗎 𝗇𝗂 𝗃𝖺𝖽𝗂 𝖻𝗎𝗍𝖺 𝗌𝖾𝖻𝖺𝖻 𝗍𝖾𝗇𝗀𝗈𝗄 𝗄𝖺𝗎 𝗍𝗎 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖽𝖺𝗁 𝗆𝖺𝖼𝖺𝗆 𝖺𝗇𝗃𝗂𝗇𝗀 𝗄𝖾𝗉𝖺𝗇𝖺𝗌𝖺𝗇" . Sinis Hazim berbicara sambil menunding jari ke arah wajah perempuan itu .
Baru saja Hazim ingin melangkah keluar dari kedai itu , langkah nya terus terhenti apabila seseorang menegurnya . "𝖡𝗋𝗈 ! 𝗇𝖺𝗌𝗂𝖻 𝗄𝗂𝗍𝖺 𝗌𝖾𝗆𝗎𝖺 𝗌𝗆𝖺𝖺 𝗃𝖾 , 𝗄𝖺𝗎 𝗍𝖺𝗄𝗄𝖺𝗇 𝖽𝖺𝗉𝖺𝗍 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝗄𝖾𝖽𝖺𝗂 𝗇𝗂 𝗌𝖾𝖻𝖾𝗅𝗎𝗆 𝗄𝖺𝗎 𝗍𝖾𝗀𝗎𝗄 𝖽𝗎𝖺 𝖻𝗈𝗍𝗈𝗅 𝖺𝗋𝖺𝗄 𝖽𝖺𝗅𝖺𝗆 𝗄𝖾𝖽𝖺𝗂 𝗇𝗂 . 𝖪𝖺𝗅𝖺𝗎 𝗄𝖺𝗎 𝖼𝗎𝖻𝖺 𝗃𝗎𝗀𝖺 𝗇𝖺𝗄 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋 , 𝗇𝖺𝗌𝗂𝖻 𝗄𝖺𝗎 𝗍𝖺𝗄 𝗆𝖾𝗇𝗒𝖾𝖻𝖾𝗅𝖺𝗁𝗂 𝗄𝖾𝖺𝖽𝖺𝖺𝗇 𝗄𝖺𝗎" . Terang lelaki itu yang hampir-hampir mabuk setelah meminum arak 1 botol . Hazim terus memusingkan badannya kepada empunya suara yang menegurnya , "𝖠𝗄𝗎 𝗍𝖺𝗄 𝖿𝖺𝗁𝖺𝗆 𝖺𝗉𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖼𝗎𝖻𝖺 𝗄𝖺𝗎 𝗌𝖺𝗆𝗉𝖺𝗂𝗄𝖺𝗇" . Pelik Hazim sambil berkerut dahi . Lelaki itu hanya menundukkan wajahnya tanpa berkata apa-apa lagi .
"𝖢𝗁𝗂𝗅𝗅 𝖻𝗋𝗈 ! 𝖺𝗉𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖽𝗂𝖺 𝖼𝖺𝗄𝖺𝗉 𝗍𝗎 𝖻𝖾𝗍𝗎𝗅 . 𝖪𝖺𝗎 𝗇𝖺𝗄 𝗍𝖺𝗎 𝗄𝖾 𝖺𝗉𝖺 𝗃𝖺𝗐𝖺𝖻𝖺𝗇 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝗉𝖾𝗇𝗃𝖾𝗅𝖺𝗌𝖺𝗇 𝗅𝖾𝗅𝖺𝗄𝗂 𝗍𝗎 ?" . Sahut seorang lelaki yang berdiri di kaunter berdekatan dengan pintu utama kedai itu . "𝖮𝗄𝖺𝗒 𝖺𝗄𝗎 𝗇𝖺𝗄 𝗄𝖺𝗎 𝗃𝖾𝗅𝖺𝗌𝗄𝖺𝗇 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗅𝖾𝖻𝗂𝗁 𝗍𝖾𝗋𝗉𝖾𝗋𝗂𝗇𝖼𝗂" . Kata Hazim yang memberi laluan kepada penjaga kaunter itu . Sebuah layar sederhana di hidupkan yang melakat di dinding jubin kedai itu . Rakaman Hazim yang memasuki kedai itu , ada sebuah garis berwarna merah yang cuba untuk scan seluruh tubuh Hazim . Hazim berkerut dahi tanda tidak memahami apa yang sedang tertera di layar kaca itu .
"𝖲𝖾𝗀𝖺𝗅𝖺 𝗇𝗈 𝗍𝖾𝗅𝖾𝖿𝗈𝗇 , 𝖼𝖺𝗋𝖽 , 𝗂𝖼 𝖽𝖺𝗇 𝗅𝖺𝗂𝗇-𝗅𝖺𝗂𝗇 𝗌𝖾𝗀𝖺𝗅𝖺𝗇𝗒𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗍𝖾𝗅𝖺𝗁 𝗄𝖾𝖽𝖺𝗂 𝗂𝗇𝗂 𝗌𝖼𝖺𝗇 𝖺𝗄𝖺𝗇 𝖽𝗂 𝗌𝖾𝗅𝗂𝖽𝗂𝗄 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗍𝖾𝗋𝗉𝖾𝗋𝗂𝗇𝖼𝗂 . 𝖪𝖺𝗅𝖺𝗎 𝗄𝖺𝗎 𝗇𝖺𝗄 𝖻𝖾𝗄𝖾𝗋𝖺𝗌 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝗄𝖾𝖽𝖺𝗂 𝗂𝗇𝗂 𝗍𝖺𝗇𝗉𝖺 𝗆𝖾𝗇𝖾𝗀𝗎𝗄 𝖽𝗎𝖺 𝖻𝗈𝗍𝗈𝗅 𝖺𝗋𝖺𝗄 , 𝗄𝖺𝗆𝗂 𝗍𝖺𝗄 𝗌𝖾𝗀𝖺𝗇 𝗌𝗂𝗅𝗎 𝗎𝗇𝗍𝗎𝗄 𝗆𝖾𝗇𝖼𝗎𝗅𝗂𝗄 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋𝗀𝖺 𝗍𝖾𝗋𝖽𝖾𝗄𝖺𝗍 𝗄𝖺𝗎 . 𝖲𝗈 , 𝗄𝖺𝗎 𝖻𝗎𝖺𝗍 𝗅𝖺𝖺 𝗄𝖾𝗉𝗎𝗍𝗎𝗌𝖺𝗇 , 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝗄𝖺𝗎 𝗇𝖺𝗄 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋 𝗃𝗎𝗀𝖺 , 𝗄𝖾𝗅𝗎𝗋𝗀𝖺 𝗄𝖺𝗎 𝖺𝗄𝖺𝗇 𝗆𝗎𝗌𝗇𝖺𝗁" . Jelas lelaki itu panjang lebar . "𝖲𝗂𝖺𝗅 ! 𝗄𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗇𝖺𝗄 𝖺𝗉𝖺 𝗌𝖾𝖻𝖾𝗇𝖺𝗋𝗇𝗒𝖺 𝗁𝖺𝖺 !" . Bentak Hazim sambil meraup kasar rambutnya . Perempuan yang tadi kerjanya hanya menggedik , terus datang menghampiri Hazim . "𝖪𝖺𝗅𝖺𝗎 𝖾𝗇𝖼𝗂𝗄 𝗇𝖺𝗄 𝗍𝖺𝗎 , 𝗄𝖾𝖽𝖺𝗂 𝗇𝗂 𝗄𝖾𝖽𝖺𝗂 𝗀𝖾𝗇𝗀 𝗆𝖺𝖿𝗂𝖺" . Kata perempuan itu dengan nada gatal sambil menunjukkan tangan kanannya yang bertato burung helang , dia menurunkan sedikit baju nya , terdapat tato naga yang berada di bahu kirinya . Setelah melihat tato itu , Hazim terus menenangkan dirinya dan duduk semula di kerusi .
Terdapat dua botol arak yang di sediakan di hadapannya , dia memandang lama botol arak itu . Semakin lama , pelanggan dalam kedai itu sudah semakin merudum dan beransur sunyi . Hanya dia seorang diri yang tinggal di dalam kedai itu , sekali lagi jam di tangannya di tenung , pukul 8 . 00 malam . '𝘬𝘢𝘶 𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘬𝘥𝘦 𝘱𝘪𝘭𝘪𝘩𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘏𝘢𝘻𝘪𝘮 , 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘶 𝘯𝘢𝘬 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘥𝘢𝘪 𝘯𝘪 𝘫𝘶𝘨𝘢𝘬 , 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘶𝘴𝘯𝘢𝘩' . monolog hati Hazim . Lantas arak itu di buka dan meneguknya rakus , setelah satu botol habis di teguknya , dia menghempas botol itu ke lantai dan terus pecah berderai . Tekak nya terasa mual , tapi laju dia menekup mulut nya supaya dia tidak memuntahkan arak itu . Kini hanya tersisa satu botol lagi , air mata lelaki nya akhirnya gugur membasabi pipinya . Lantas arak itu di teguk lagi , setelah habis , dia menghempas lagi botol arak itu ke lantai dan terus berlari keluar dari kedai itu .
Setibanya dia di parking keretanya , dia terus memuntahkan semua isi perutnya , bau arak itu terlalu menyengat di hidungnya . Hazim bersandar di keretanya , dia menangis teresak-esak mengenangkan dirinya yang telah minum minuman haram itu . Dia menekup wajahnya dengan kedua belah tangannya , mahu saja dia membunuh orang di dalam kedai itu . Layar mindanya bermain , wajah mak nya dan juga abah nya terus terngiang-ngiang di benaknya , entah apa nasibnya kalau orang tua nya tahu yang dia telah meminum arak . "𝖠𝗋𝗀𝗀𝗀𝗀𝗁𝗁𝗁 ! 𝗌𝗂𝖺𝗅 ! 𝗍𝖺𝗄 𝗀𝗎𝗇𝖺𝖺 !" . Marah Hazim sambil melepaskan geram dalam hatinya .
Setelah mengambil masa dalam beberapa minit , dia pun tiba di perkarangan rumah nya , langkahnya longlai . Dia mengatur langkahnya naik ke atas , dia singgah di depan pintu bilik Humaira , lantas berbisik dan menyebut nama Humaira . Dia terjatuh dan secara tidak sengaja telah memulas tombol pintu bilik Humaira , melihat Humaira yang sedang lena tidur di atas katilnya , Hazim melangkah masuk . Rambut halus Humaira di usap lembut , satu persatu butang baju Humaira d buka , lantas dia menaiki tubuh Humaira . Humaira menjerit sekuat hatinya , dia memukul dada Hazim yang tidak berbaju , lantas tangan Hazim menampar pipi Humaira . Dia terjatuh di atas dada Humaira , dan terus tidak sedarkan diri ...
< 𝘴𝘦𝘬𝘪𝘢𝘯 𝘧𝘭𝘢𝘴𝘩𝘣𝘢𝘤𝘬
"𝖠𝗋𝗀𝗁𝗁𝗁 ! 𝗄𝖺𝗎 𝗀𝗂𝗅𝖺𝖺𝖺 𝖧𝖺𝗓𝗂𝗆 ! 𝗍𝖺𝗄 𝗀𝗎𝗇𝖺 𝗄𝖺𝗎 𝖧𝖺𝗓𝗂𝗆 !" . Bengis Hazim dan terus menumbuk kuat dinding bilik nya . Dia terduduk lemah , sekali lagi air matanya mengalir deras , dia sebak dengan tingkah nya yang memperlakukan Humaira sebegitu . "𝖠𝗄𝗎 𝗆𝗂𝗇𝗍𝖺 𝗆𝖺𝖺𝖿 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 . 𝖠𝗄𝗎 𝗌𝖺𝗅𝖺𝗁 , 𝖺𝗄𝗎 𝖻𝗈𝖽𝗈𝗁 , 𝖺𝗄𝗎 𝗀𝗂𝗅𝖺 , 𝖺𝗄𝗎 𝗌𝗂𝖺𝗅 . 𝖬𝖺𝖺𝖿𝗄𝖺𝗇 𝖺𝗄𝗎 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁" . Sayu Hazim tersedu-sedan . Laju tangannya mengesat air matanya , dia membuka pintu bilik nya , dia melangkah keluar , suara televisyen yang masih terpasang di ruang tamu kedengaran jelas . Dia melangkah menuruni satu-satu anak tangga , jelas kelihatan susuk tubuh abah nya dan juga mak nya . Dia melangkah perlahan mendekati insan tercintanya itu , dia menarik nafas panjang bagi menolak ke tepi kegusaran dalam hati nya .
Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 4 petang , Nik masih lagi tidur lena di atas sofa , Humaira mulai menunjukkan respon dari kesedarannya , mimpi dirinya yang hampir di rogol oleh Hazim membuat kan peluh membasahi tubuh nya . "𝖪𝖺𝗎 𝗀𝗂𝗅𝖺 𝖧𝖺𝗓𝗂𝗆 , 𝗄𝖺𝗎 𝗀𝗂𝗅𝖺 , 𝗄𝖺𝗎 𝗍𝖺𝗄 𝗀𝗎𝗇𝖺" . Tersekat-sekat Humaira berbicara , hati nya semakin gelisah mengenangkan maruah nya yang sudah tercalar di sebabkan kerja gila Hazim . "𝖬𝖺𝗄 ! 𝖺𝗒𝖺𝗁𝗁 !" . Jerit Humaira dan terus tersedar dari mimpi ngerinya . Dia mengusap wajahnya yang berpeluh , tuala yang sudah kering di dahinya itu jatuh . Nafas Humaira tercungap-cungap , tubir matanya mulai bergenang air mata , perlahan-lahan air mata nya gugur .
Nik terbangun dari sofa apabila mendengar Humaira menjerit , dia menggosok matanya lalu berjalan ke sisi Humair yang sedang duduk menangis . "𝖠𝗒𝖺𝗁𝗁 .. 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗍𝖺𝗄𝗎𝗍" . Sebak Humaira dengan suara serak di kerongkong . "𝖧𝗎𝗆𝖺𝗂𝗋𝖺 , 𝗄𝖺𝗎 𝗈𝗄𝖺𝗒 𝗍𝖺𝗄 ?" . Tanya Nik dengan matanya yang masih terkebil-kebil memandang Humaira yang menangis sambil memeluk lututnya . Humaira menongkat kepalanya , air matanya di kesat laju , dia memandang Nik sayu , dalam masa yang sama , wajah ayah nya muncul dalam wajah kacak Nik . Nik melabuhkan punggung nya di sebalah Humaira , matanya cuba di segarkan untuk melihat wajah Humaira . Bibir Humaira menguntumkan senyuman gembira , lantas tangannya melingkari pinggang Nik . Kepalanya di letakkan di dada bidang milik Nik , mata Nik terus terbuntang luas , dia tersentak apabila Humaira memeluk nya selamba .
"𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗍𝖺𝗄 𝗄𝗎𝖺𝗍 , 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗅𝖾𝗆𝖺𝗁 , 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗍𝖺𝗄 𝗌𝖺𝗇𝗀𝗀𝗎𝗉 𝗁𝗂𝖽𝗎𝗉 𝗅𝖺𝗀𝗂" . Sebak Humaira sambil tersekat-sekat menuturkan kata-katanya . Dia menangis semahunya di dada Nik tanpa perasan yang dia sedang memeluk lelaki ajnabi . Mata Nik terkebil-kebil , dia membiarkan Humaira dalam pelukannya , perlahan-lahan tangannya menepuk lembut kepala Humaira yang berlapik tudung . "𝖲𝗁𝗁𝗁 , 𝖽𝖺𝗁 , 𝗃𝖺𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗇𝖺𝗇𝗀𝗂𝗌 . 𝖪𝖾𝗃𝖺𝗉 𝗅𝖺𝗀𝗂 𝖻𝖺𝗃𝗎 𝖺𝗄𝗎 𝗉𝖾𝗇𝗎𝗁 𝗁𝗂𝗇𝗀𝗎𝗌 𝖻𝖺𝖻𝗒 𝗉𝗎𝗅𝖺𝗄" . Pujuk Nik dan di iringi dengan perlian bagi menyedarkan tingkah laku Humaira . Hidung nya yang tersumbat dapat menangkap bau wangian baju Nik , dia melepaskan perlahan tangannya . Dia mengundur sedikit ke belakang untuk menjauhi tubuh Nik , Humaira mengetap bibirnya , sekali lagi pipi nya memerah menahan malu akibat dirinya yang tidak malu . "𝖣𝖺𝗁 𝗉𝗎𝖺𝗌 𝗇𝖺𝗇𝗀𝗂𝗌 𝖽𝖺𝗁 𝖼𝗂𝗄 𝖧𝗎𝗆𝖺𝗂𝗋𝖺 ? 𝗇𝖺𝗌𝗂𝖻 𝗅𝖺 𝖻𝖺𝗃𝗎 𝖺𝗄𝗎 𝗇𝗂 𝗍𝖺𝗄 𝗉𝖾𝗇𝗎𝗁 𝗅𝖾𝗇𝖽𝗂𝗋 𝖽𝗂𝗇𝗈𝗌𝗈𝗎𝗋 . 𝖪𝖺𝗎 𝗍𝖾𝗇𝗀𝗈𝗄 𝗇𝗂 𝖻𝖺𝗃𝗎 𝖺𝗄𝗎 𝖽𝗁 𝖻𝖺𝗌𝖺𝗁 , 𝗇𝖺𝗌𝗂𝖻 𝗅𝖺𝖺 𝖻𝖺𝗃𝗎 𝗆𝗎𝗋𝖺𝗁 , 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝖻𝖺𝗃𝗎 𝗆𝖺𝗁𝖺𝗅 𝗍𝖺𝖽𝗂 , 𝖽𝖺𝗁 𝖼𝗇𝖿𝗆 𝖺𝗄𝗎 𝖽𝖾𝗇𝖽𝖺 𝗄𝖺𝗎" . Geram Nik sambil memandang baju nya yang sedikit basah oleh air mata Humaira .
"𝖲𝖺𝗒𝖺 𝗆𝗂𝗇𝗍𝖺 𝗆𝖺𝖺𝖿 , 𝗌𝖺𝗒𝖺 𝗍𝖺𝗄 𝗌𝖾𝗇𝗀𝖺𝗃𝖺 𝗇𝖺𝗄 𝗉𝖾𝗅𝗎𝗄 𝖺𝗐𝖺𝗄 . 𝖲𝖺𝗒𝖺 𝗋𝗂𝗇𝖽𝗎𝗄𝖺𝗇 𝖺𝗋𝗐𝖺𝗁 𝖺𝗒𝖺𝗁 , 𝗌𝖺𝗒𝖺 𝗇𝖺𝗄 𝖻𝖾𝗅𝖺𝗂𝖺𝗇 𝗄𝖺𝗌𝗂𝗁 𝗌𝖺𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝖺𝗒𝖺𝗁 𝗌𝖺𝗒𝖺 . 𝖲𝖾𝗄𝖺𝗅𝗂 𝗅𝖺𝗀𝗂 𝗌𝖺𝗒𝖺 𝗆𝗂𝗇𝗍𝖺 𝗆𝖺𝖺𝖿 , 𝗌𝖺𝗒𝖺 𝖻𝖾𝗍𝗎𝗅-𝖻𝖾𝗍𝗎𝗅 𝗍𝖺𝗄 𝗌𝖾𝗇𝗀𝖺𝗃𝖺 𝗉𝖾𝗅𝗎𝗄 𝖺𝗐𝖺𝗄" . Sayu Humaira sambil memandang sepi wajah Nik . Mata Nik terus menikam anak mata Humaira , dia melihat kesedihan di mata Humaira , dia melihat kesunyian di mata Humaira . Dia mendekatkan sedikit tubuh nya ke arah Humaira yang bersandar di kepala katilnya , dia memerhati wajah Humaira dengan jarak yang lebih dekat , "𝖠𝗄𝗎 𝗄𝖺𝗇 𝖽𝖺𝗁 𝖼𝖺𝗄𝖺𝗉 𝗌𝖾𝖻𝖾𝗅𝗎𝗆 𝗇𝗂 , 𝖺𝗄𝗎 𝗍𝖺𝗄 𝗌𝗎𝗄𝖺 𝗍𝖾𝗇𝗀𝗈𝗄 𝗄𝖺𝗎 𝗇𝖺𝗇𝗀𝗂𝗌 , 𝗄𝖺𝗎 𝗇𝖺𝗄 𝗌𝖺𝗇𝗀𝖺𝗍 𝗄𝖾 𝖺𝗄𝗎 𝗌𝖾𝗇𝗍𝗎𝗁 𝗉𝗂𝗉𝗂 𝗄𝖺𝗎 𝗍𝗎" . Kata Nik sambil memandang air mata Humaira gugur di pipinya . Laju tangan Humaira mengesat air matanya .