Semua mata memandangi Joe secara kompak dengan tatapan merendahkan, terkecuali Elsa yang begitu tajam mengintimidasi Joe. Dia sudah sangat jengkel sekali karena Joe sudah mengganggu dirinya yang seharusnya bisa bersantai sejenak sebelum bos datang.
Saat yang bersamaan, seorang pria bertuxedo baru saja memasuki showroom. Bola mata Elsa begitu cepat berputar lalu menitik pada ikan kakap itu.
"Tuan Ramos, selamat datang," sapanya dengan senyum ramah. Berbeda sekali pada saat dia menyambut Joe.
Hanya saja pemuda berambut klimis itu hanya menyungging senyum tipis menyahuti wanita seksi yang namun bukan seleranya.
Elsa berpikir, kalau laki laki yang menjadi pelanggan sekaligus incarannya itulah pemilik Bugati Veyron yang ada di pit khusus. Secara Ramos pemilik sebuah perusahaan besar di negeri ini.
"Tuan Rian sudah memberi tahuku kalau ada orang penting yang akan mengambil mobil mewah miliknya. Tentu itu adalah anda, bukan, tuan," ujar Elsa, dengan sikap dan senyum genitnya. Berharap perlakuannya ini dapat lampu hijau dari pemilik perusahaan property yang terkenal di negeri ini.
Sayangnya, Ramos justru tertarik pada gadis berwajah lugu yang ada sedang berdiri di sebelah Lamborgini terbaru yang ada di belakang Elsa.
"Oh, baguslah kalau tuan Rian sudah memberitahumu. Tapi sayangnya, aku tidak ingin kamu yang menemani, tapi ... " Setelah mengatakan ini, bola mata Ramos berputar, lalu berhenti pada wajah wanita polos yang baru saja bekerja di union car. "Dia. Hei, kamu. Bisa kamu kesini dan bantu aku untuk mengambil kendaraanku?" Pintanya. Ramos sudah mengincarnya sejak kaki dia menginjak lantai showroom ini.
JLEB!
Sontak, Elsa pun nanar. Langsung saja secepat angin tubuhnya berbalik seratus delapan puluh derajat menoleh ke belakangnya.
Guinnevere? Berani benar dia mengambil pelangganku, ucap Elsa kesal dalam hati sambil melotot tajam.
Dengan malu malu dan sedikit takut pada Elsa, terpaksa gadis berwajah oval yang akrab dipanggil Guin pun menghampiri. "Selamat datang, tuan," ucapnya lembut dengan pandangan sedikit tertunduk.
Wajah Elsa semakin cemberut. Awas kau ya! Berani benar kau mengambil pelangganku!
"Bisa kamu antar aku," pinta Ramos dengan tatapan genit.
Sekilas Guin sempat melirik Elsa. Hanya saja Elsa tidak bisa melarangnya di depan pelanggan seperti ini. Apalagi, sudah terang terangan kalau Ramos tidak ingin dia layani. Namun dalam hati, dia begitu dendam dengan Guin dan akan memberikannya pelajaran setelah ini.
Sementara Guin sendiri tau kalau Ramos adalah pelanggan tetap Elsa. Sungguh, dia jadi tidak enak.
"Apa tidak sebaiknya kak Elsa saja yang mengantar tuan," sahut Guin.
"Kalau aku maunya kamu, bagaimana? Bukankah aturannya di sini pelanggan adalah raja?" Balas Ramos.
"Baiklah, tuan. Mari aku antar." Pada saat mengatakan ini, Guin sama sekali tidak berani memandang wajah Ramos dan Elsa. Dia begitu takut.
"Sial! Bisa bisanya dia berpaling dariku! Awas kau Guin!" Gerutu Elsa kesal. Dan hatinya semakin panas begitu menatap wajah Joe yang ternyata masih ada di showroom ini.
Kesempatan bagus untuk meluapkan kekesalannya.
"Dasar gembel! Masih belum pergi juga rupanya kau, hah!" Julitnya.
Joe pun menyeringai sambil geleng geleng kepala. "Bagaimana mungkin perusahaan ini mempekerjakan karyawannya yang bodoh!" Sahut Joe dingin.
Terbelalak lah bola mata Elsa dengan berapi api.
"Apa kau tidak mengerti kalau aku ke sini untuk mengambil mobilku," sambung Joe.
Habis sudah kesabaran Elsa. Dia merasa Joe sudah menghina dan juga mempermainkannya. Apalagi baru saja dia kehilangan pelanggan kakapnya.
Sementara Enriko dan Mona masih setia menemani Joe lantaran belum puas mengolok olok Joe.
"Kurang ajar!" Tangan Elsa sudah melayang.
"Elsa!"
Hanya saja tidak sampai mendarat di pipi Joe lantaran suara berat dari laki laki terdengar lantang memanggilnya.
Sontak Elsa pun kaget sejadi jadinya begitu mendapatkan Rian, pimpinan showroom, yang ternyata berseru padanya.
"Apa yang terjadi? Kenapa kamu begitu kasar padanya?" Tanya Rian, setelah berada di tengah tengah mereka.
"Ma-maaf tuan. Pengemis ini sudah lancang denganku. Aku sudah berusaha baik padanya agar tidak meminta meminta di tempat ini. Tapi, dia tetap saja memaksa," jawab Elsa.
Seketika itu juga, pandangan Rian berpindah pada Joe. Rian memperhatikan penampilan Joe dari bawah sampai atas.
Dengan alas kaki menggunkan sendal, celana jeans dan kaos oblong murahan, mau apa dia ke sini? Pikir Rian.
Kemudian, Rian mengambil selembar uang dari sakunya lalu memberikannya pada Joe. "Ini untukmu. Silakan pergi dari sini," katanya, dengan nada sopan.
Tentu saja membuat Enriko dan Mona tergelak puas.
"Maaf, aku tidak mengemis." Sambil mengatakan ini, Joe mengembalikan uang itu ke tangan Rian.
Sungguh, membuat Rian bingung. "Lalu, apa maumu?"
"Aku ke sini ingin mengambil mobilku," ujar Joe.
"Orang ini sudah gila, tuan. Lihat saja penampilannya. Mana mungkin orang sepertinya mampu membeli mobil di showroom kita," ujar Elsa.
"Apa yang Elsa katakan benar, tuan Rian. Aku tahu betul siapa laki laki ini. Dia hanya gembel yang stres karena ditinggal istri," timpal Enriko ikut memprovokasi.
"Kami min-."
TIT TIT TIT!
Suara alaram dari pengaman mobil terdengar menggema, saat yang bersamaan Joe baru saja ingin mengeluarkan kunci mobil lantaran sudah geram dengan orang orang ini.
Hanya saja, Rian sudah gegas berlari menuju pit khusus untuk melihat keadaan.
***
"Apa yang sudah aku lakukan?" Guin nanar karena tidak sengaja menabrak Bugati Veyron lantaran menghindari perlakuan Ramos yang ingin melecehkannya.
Akibatnya, spion kiri mobil itu pun patah tersenggol tubuh Rina.
Guin panik sejadi jadinya.
"Dasar bodoh! Kamu harus bertanggung jawab!" Ramos tidak mau disalahkan. Dia pun panik lantaran mengetahui mobil dengan harga selangit ini rusak.
Guin keringat dingin. Dan sesaat kemudian, Rian pun datang.
Sontak dia terkejut melihat salah satu pelanggannya bersama satu karyawannya berada di pit khusus.
"Apa yang sedang kalian lakukan di sini, hah!" Rian sudah menatap marah keduanya.
Ramos sudah membodohi Guin kalau dirinya lah pemilik Bugati Veyron edisi khusus ini. Itu dia lakukan dengan maksud Guin akan kagum padanya dan dengan begitu Guin akan suka rela menyerahkan tubuhnya pada Ramos. Kebanyakan memang begitu sales sales mobil mewah demi mendapatkan uang jajan lebih dari costumer potensial seperti Ramos.
Hanya saja ternyata Guin tidak semurah itu. Sampai Ramos pun terpaksa memaksanya demi hasrat yang sudah terlanjur bergejolak.
Guin memberontak ketika Ramos ingin mendaratkan bibirnya. Akibatnya, begitu dirinya bergerak, tanpa sengaja lengan kanannya menyenggol spion mobil hingga patah.
"Maaf tuan, aku tidak sengaja melakukan ini," ucapnya dengan wajah panik. Dan kemudian, dia memalingkan wajahnya menatap Ramos. "Aku mohon maaf tuan Ramos karena sudah merusak mobil anda," ucapnya sambil menyatukan kedua tangan menempel.
Tentu saja membuat Rian terkejut. "Apa kau bodoh! Ini bukan mobil miliknya!" Ujar Rian penuh emosi.
Terbelalak lah kedua mata Guin bersamaan debar jantungnya yang berdebar cepat.
Lalu mobil siapa? Batin Rina gelisah.
Sementara alaram masih terus berbunyi. Tiba tiba saja, seseorang mematikannya dengan menggunakan remote dengan sekali tekan.
Menolehlah semua orang mengarah pada orang itu dengan wajah nanar.