Kecelakaan itu telah menjadikan penyiksaan terberat bagi Awan, dia harus menerima jarinya tidak lagi genap dan menjadi sebagai tulang punggung diantara kedua adik lainnya. Peristiwa tragis itu bermula ketika sang ayah telah meninggalkannya disaat masih berada usia sepuluh tahun sedangkan kedua adik kembarnya masih tiga tahun, semua belum sama-sama mengerti akan arti sebuah perceraian.
Perceraian yang tidak diinginkan ibunya malah membuat kenyataan pahit jika kekuatan iman maupun psikisnya menjadi melemah, dan terjadilah gangguan jiwa menyebabkan ayahnya membawa menuju ke penanganan lebih serius. Dia dan kedua adiknya terpaksa digotong bersama neneknya yang sudah tidak lagi muda, tentunya bukan perkara mudah bagi laki-laki masih sekolah dan harus membantu keuangan.