Bab 29 Ancaman!
Mendapatkan sebuah bully tentu saja menjadikan semuanya tidak tahan dan bisa saja kita akan melakukan jauh lebih kasar dibandingkan lawan.
Tetapi dikarenakan Eleora sadar bahwa mengenai apa yang dilakukan teman-temannya itu tidak perlu dibalaskan, akan tetapi perlu ada penyelidikkan lebih lanjut.
"(Apa benar jika semua yang dituduhkan teman-temanku ini benar terjadi kepada mama? Pokoknya aku harus mencari jawaban terlebih dahulu sebelum semuanya anggap pasti, ya bisa saja ini rekayasa seseorang untuk menjatuhkanku.)"
Terlepas dari masalah foto-foto di dalam mading ada seorang yang justru menggoda Eleora dengan begitu nakal.
"Cewek, ayo dong ikut aku malam nanti."
"Tolong ya dijaga."
"Sudahlah enggak usah jual mahal begitu, aku sama sekali tidak nakal kok tapi cukup liar ha ha ha."
Seorang laki-laki itu cukup kurang ajar kepada Eleora, akan tetapi yang ada justru Gerry datang langsung menghajarnya.
Keributan yang cukup panjang sama sekali tidak bisa dihindarkan.
Eleora yang begitu bingung menghentikannya malah justru dia semakin menjadi sangat pusing.
Gadis polos itu sangat begitu buram matanya dan bahkan juga diantaranya hampir saja membuatkan terjatuh.
"Eleora? Ayo aku antarkan ke UKS."
"Sudah kak, aku bisa sendiri kok sekarang."
"Beneran? Tapi kamu itu terlihat enggak sehat banget loh."
"I'm fine."
Tak menjadikan apa yang ada Eleora dilepas begitu saja, akan tetapi dia bergegas menuju ke kamar mandi.
Membasuh wajah dan membenarkan make up secara sederhana sudah cukup menutupi wajah pucat pasi.
Tak butuh waktu cukup lama usai dari sana Eleora langsung memilih ke arah perpustakaan.
Mencari artikel berkaitan dengan obat herbal telah menjadikan Eleora sedikit takut.
Rasanya benar-benar tidak tenang tetapi hanya di sana tempat yang dirasa paling cocok agar tak diketahui jika dia sedang terfokus dengan artikel itu.
"(Kalau ini aku sudah mencobanya, tapi di sini diminta rutin kurang lebih sebulan. Apa aku coba dulu saja sampai sebulan ya? Astaga, mana pahit sebenarnya.)"
Ketika sedang fokus dengan artikel yang dibacanya malah secara tiba-tiba Eleora dikejutkan dengan kedatangan Gerry.
Laki-laki itu telah menebak bahwa gadis polos akan datang ke perpustakaan dan hanya satu tempat yang selalu didatangi dalam situasi apapun juga.
"Baca apa?" Bisiknya.
Eleora tak menjawab karena di sana dilarang berisik, namun disamping bersamaan akan hal tersebut dia sama sekali tidak ingin jika diketahui mengenai sakitnya.
Menghindar dan menutup buku dirasanya adalah cara terbaik untuk menyembunyikannya.
Gerry terus saja mengikuti bahkan juga diantaranya tidak begitu ingin terlepas dari Eleora dan bahkan ke kelas tetap saja dibuntut.
"Kamu kenapa sih? Kamu itu terlihat menghindar dari aku, apa kita enggak mau dekat lagi?"
"Bukan, bukan begitu kak. Aku... (Tidak, aku tidak mau menceritakan apa masalahku dan terlebih lagi mengenai sakit.)"
"Kamu kenapa, kenapa tidak melanjutkan pembicaraan?"
"Ah sudah, intinya aku sama sekali tidak bermaksud menjauh ataupun lainnya.
"Tolong beritahu apa alasannya? Aku itu benar-benar sangat cinta sama kamu Eleora."
Ungkapan itu tidak cukup membuat Eleora betah di kelas dan yang ada semakin menjadi bingung.
Hati yang kacau sama sekali tak mau jika cinta dari Gerry justru berlawanan dengan dirinya yang jauh merasa minder.
"Eleora!"
Teriakkan Gerry membuat tangisan yang tak cukup cepat berhenti dan Grace dengan datang tepat waktu memeluk Eleora.
"Eleora, aku tahu jika kamu sama sekali tidak ingin orang lain tahu mengenai sakitmu. Tapi. Jika dia sepertinya dia bisa membuat kamu bahagia."
"Aku tahu Grace, tetapi aku tidak ingin jika mengenai sakit ini membuat kebahagiaan justru hanya sekejap saja."
"A a ah Eleora, aku enggak tahu harus apa dan bagaimana? Andai saja sakit itu bisa pindah ke aku bakalan aku lakuin buat kamu Eleora, apapun itu."
"Janganlah begitu, Grace. Sudah ya jangan bahas ini? Ini di tempat umum dan aku tidak ingin yang lain tahu akan keadaan aku."
Tiga puluh menit kemudian tiba saja Eleora merasa tidak nyaman dengan perutnya.
Mual maupun membuatkan tidak nyaman menjadikan Eleora bergegas menuju ke toilet.
"Kok malah jadi diare begini ya aku? Mana mual juga, aduh...."
Baru juga keluar malah membuat Eleora bolak-balik lebih dari tiga kali dan diantaranya sudah dibuatkan tidak tahan lagi.
Tubuhnya begitu lemas dan keirngat sangat bercucuran.
"Ya ampun Eleora, kamu pasti karena makan yang diberi sama gang RATU itu."
"Sudah bukan salah mereka, mungkin saja aku yang salah makan. Bentar perutku masih sakit."
Kembali menuju ke toilet lagi telah menjadikan Eleora semakin melilit.
Bel sekolah berbunyi berulang-ulang dan tentunya petanda pergantian mata pelajaran akan segera dimulai.
Teringat akan hari disitulah juga dia juga mengingat bahwa hari ini ada pengambilan nilai untuk mata pelajaran kemarin.
"Alamak, hari ini kan pengambilan nilai mapel kemarin yang aku enggak masuk sekolah. Haduh, gimaana ya? Kalau aku enggak ikut lagi nanti bakalan dikasih nilai nol, enggak mungkin dong aku enggak ikut."
Situasi yang tak memungkinkan tentunya membuat Eleora terus saja berusaha agar tidak terlewatkan pengambilan nilai yang dia maksud.
Dirinya dengan bersusah payah terus saja memaksa bahkan juga diantaranya sempat terjatuh malah membuat tulang punggungnya terasa luar biasa sakitnya.
Dengan sikap pantang menyerah memang belum juga membuahkan hasil.
"Ayolah Eleora kamu pasti bisa melawan sakit perut ini, ya jangan sampai kamu tak dapat nilai karena ketiban sial begini."
Eleora terus berusaha semaksimal mungkin dan dia pun berhasil berdiri.
Berjalan hendak menuju ke kelas malah dia pun bertemu dengan Sonya.
Kepala gang RATU telah tertawa terbahak-bahak bahkan juga diantaranya mendorong Eleora cukup keras hingga membuat terjatuh.
"Ha ha ha, aku pikir lo sudah mati."
"Maksud kamu apa Sonya?"
"Kamu tahu enggak kalau makanan yang lo telan itu gue campur dengan racun, ya kali aja lo langsung tewas mengenaskan."
"Jujur saja aku sama sekali tidak tahu kenapa kamu itu terlalu tidak suka dengan aku? Dari awal aku itu hanya ingin berteman dan tidak lebih."
"Berteman, yakin? Gue sama sekali tidak yakin, lo itu merebut semuanya dari gue dan gara-gara lo itu semua jadi hancur."
Sejenak terdiam tapi tidak tahu akan apa yang sebenarnya terjadi dan bahkan juga diantaranya Eleora mendapatkan perlakuan yang keterlaluan.
Eleora berusaha untuk ke kelas dan seketika Sonya kembali lagi dengan mendorong hingga membuat Eleora terpepet ke tembok lalu diacungkan cutter tajam.
"Lo bisa saja menghancurkan semuanya dan mengambil semuanya dari gue, tapi jika semakin lo meliar ingat baik-baik ancaman ini bukan hanya ke lo saja melainkan juga orang terdekat lo Eleora. Ingat baik-baik!"