Mencari sebuah kebenaran telah membuat Eleora cukup kesal sendiri karena belum juga menuai jawaban. Di samping itu dia yang bingung harus bagaimana malah membuat Sonya melakukan hal tidak pantas.
Sonya mengambil ponsel dari Eleora lalu membanting keras ke arah lantai.
Keributan yang ada semakin bertambah ketika gadis polos malah membuat siswa lain justru memancing Sonya untuk melakukan hal-hal diluar dugaan.
Rambut Eleora dijambak hingga menyebabkan kerontokan yang cukup parah, tetapi di samping itu juga dia yang diledek. "Dasar anak dari tukang selingkuh, ha ha gak pantas di sekolah elite seperti ini."
Dengan sedikit terpancing malah membuatkan Eleora marah dan bahkan menyergap Sonya hingga terjatuh ke lantai.
"BUBAR, BUBAR! Apa yang kalian lakukan? Eleora!"
Melihat akan ini Eleora seketika diam karena dia juga memandang kepala geng RATU stak sadarkan diri, sementara Gerry yang juga berada di tempat kejadian malah meminta gadis polos untuk meninggalkan tempat itu.
"El, pergi!"
"Tapi bagaimana dengan Sonya?"
"Sudah kamu enggak usah banyak tanya, sekarang yang paling penting adalah kamu harus pergi."
Tidak mau meninggalkan pria itu sendirian malah menjadikan Eleora hanya terpaku kebingungan bagaimana jika kejadian tadi bisa menyeretnya ke dalam masalah serius.
Karena masalah terus menerus dipikirkan yang malah menjadikan sebuah kenyataan. Guru yang tak sengaja melewati kelasnya melihat apa terjadi di sana.
Guru sangat marah yang hanya dilihat ada tiga orang di kelas dan salah satunya adalah Sonya masih terbaring di lantai.
"Sudah biarkan aku yang bertanggung jawab akan ini, sekarang kamu ke UKS nemani Sonya."
"Tapi, tapi ini salah Eleora."
"Sudah, sekarang kamu ke UKS dan kamu, Kamu simpan rahasia ini."
Tidak mau menolak akan perkataan Gerry akhirnya dipilihkan untuk mengikutinya. Eleora yang menuju ke UKS malah menjadikan beberapa waktu kemudian malah ditampar oleh Sonya.
"Dasar anak tukang selingkuh. Ngapain kamu di sini?"
"Maafkan aku Sonya, tapi kali ini aku sama sekali tidak mau ribut dengan kamu. Sekarang aku minta tolong sama kamu."
"Enggak sudi, udah sekarang kamu pergi atau aku teriak kamu menyakiti aku?"
"Aku mohon. Aku mohon sama kamu Sonya, aku mohon."
Botol minyak hangat telah melayang ke kepala Eleora. Sonya yang melemparkan terus saja mengancam jika dia masih di situ akan memperoleh balasan tak terhindarkan.
Eleora yang enggan panjang urusannya telah memilihkan untuk mengalah.
"Eleora. Gimana kondisi Sonya?"
"Aku lihat dia baik-baik saja, tapi bagaimana dengan kak Gerry?"
"Oh iya, tadi dia minta kita untuk segera pergi."
"Bukan hanya itu, tapi dia itu minta gantian posisi aku."
"Maksudnya?"
"Sini aku ceritain."
Menceritakan apa yang telah terjadi tadi telah membuat Grace sama sekali tidak percaya jika Gerry melakukan itu demi Eleora.
Dengan merasa tidak enak Eleora yang telah selesai bercerita bergegas menuju ke ruang BK. Dia yang sengaja mendengar pembicaraan dari luar jendeka hanya sedikit informasi yang didapat.
Bingung akan bagaimana jika orang yang menolongnya mendapatkan sanksi yang tidak dilakukan Eleora pun berniat untuk masuk ke dalam namun malah berpas-pasan dengan Gerry.
"Gimana kak?"
"Ikut denganku!"
Pergelangan tangan Eleora pun telah digenggam erat bahkan juga diantaranya diminta untuk masuk ke dalam kamar mandi.
"Kakak enggak papa kan?"
"It's okay. Tapi, aku sebenarnya penasaran, Kamu kenapa bisa sih terlibat berantem dengan si Sonya?"
"Sebenarnya aku sama sekali tidak tahu kak, tetapi yang jelas ada mengenai orang tua dibawa-bawa mengenai ini. Tapi, bagaimana dengan kakak? Kakak pasti dihukum karena melindungi aku."
"Sudah kamu enggak usah mikirin aku, nanti pulang sekolah kalau kamu longgar kita chattan ya? Udah sana masuk ke kelas lagi."
Pintu kamar mandi telah dibuka namun yang ada Eleora masih melamun di dalam. Diambilkan masih tidak percaya bahwa masih ada seseorang yang mau berkorban, yang juga jelas-jelas bukan salah satu kesalahan yang seharusnya tidak dijatuhkan ke orang lain namun ke dirinya sendiri.
Sebelum masuk ke dalam kelas dia telah memilih untuk ke UKS lagi. Berniat memohon kepada Sonya agar bisa memberikan sebuah penjelasan ke guru BK malah sudah kembali ke kelas lebih dahulu.
Mengetahui akan ini sudah menjadikan kesusahan lagi jika mengenai meluruskan masalah. Eleora nampak berputus asa dan dia yang kembali ke kelas malah teman-teman lain justru menyorak ke arahnya,
"Ha ha anak tukang selingkuh mau balik ke kelas kita ini!"
"Ha ha anak tukang selingkuh. Anak tukang selingkuh!"
"STOP! Kalian tidak pantas mengatakan itu ke Eleora, apa kalian tidak berpikir jika mengenai perkataan itu tanpa adanya sebuah bukti bisa menjadi fitnah? Dan fitnah itu bisa dipidanakan." Sela Grace yang menghentikan ejekkan dari teman-teman satu kelas.
Tak mau masalah semakin panjang Eleora hanya berdiam saja hingga duduk di bangku mencoba untuk menghubungi mama Merry.
Telepon sama sekali tidak diangkat dan bahkan juga diantaranya memberikan sebuah pesan hanya sebatas dibaca.
"Sudahlah Eleora. Aku tahu jika kamu dibegitukan akan cemas dengan orang tua kamu, tapi seharusnya kamu percaya dengan mama kamu. Ya itu orang tua kamu, ya kamu yang lebih tahu bagaimana orang tua kamu. Ah sudah jangan dipikirkan."
Hanya terpaku diam tanpa melakukan apa-apa terus pandangan tidak lari dari ponsel.
"(Aku sama sekali tidak tahu mana yang harus aku percaya sekarang. Tapi, iya benar sih apa yang dikatakan oleh Grace. Orang tua aku ya seharusnya aku jauh lebih percaya dibandingkan orang lain.)"
Eleora pun mengambil sebuah keputusan bahwa dia harus mencari bukti mengenai ini, tetapi dia juga masih berkeyakinan jika orang tuanya tak mungkin melakukan hal yang sangat menjijikkan.
"Eleora. Eleora. Apa kamu baik-baik saja?"
"Aku baik kok, Grace. Oh ya, nanti kita pulang sama-sama ya? Aku...."
"Kamu kenapa, Eleora? Hey, kamu kenapa sih?"
"Kepalaku sangat pusing. Ya aku hanya ingin kamu nanti anterin aku pulang, bisakan?"
"Oke, aku sih enggak masalah. Tapi, apa benar jika kamu baik-baik saja? Aku minta kamu tidak menyembunyikan sesuatu dari aku."
"Iya tenang saja, lagian juga kita kan bukan hanya sekadar teman dan sahabat melainkan juga sudah seperti saudara sekarang ini."
"Terima kasih. Ya sudah kamu buka modul PPKN halaman tujuh sampai delapan, nanti dikumpulkan di meja sana. Aku tinggal kumpulkan tugas ini dulu ke kantor."
Ditinggal sendiri telah mengantarkan Eleora justru menangis tanpa sebuah alasan. Dia merasa kepalanya sangat sakit dan bahkan juga mata berkunang-kunang.
"(Astaga, ini rasanya sakit tapi sama sekali tidak berdarah. Hem, semua hanya menjadi semakin tersiksa saja sekarang ini malahan. Semoga saja ini hanya fitnah saja.)"