Dibawa menuju ke rumah sakit dengan memastikan akan apa yang terjadi pada dirinya telah membuat tak nyaman pada Eleora. Gadis itu telah mengikuti akan suruhan orang tuanya dan yang lebih penting adalah ingin menunjukkan sebuah kepastian.
USG sedang berlangsung dan melihatkan mengenai rahimnya yang justru sangat lega karena orang tuanya tak akan marah. Tetapi Eleora masih bertanya mengenai apa yang dikatakan papanya mengenai istri.
"Baiklah sekarang papa percaya sama kamu. Kamu tidak hamil dan sekarang ayo kita langsung menuju ke mall."
"Kenapa sih papa buru-buru?"
"Sudah enggak usah banyak tanya."
Meninggalkan rumah sakit dan masuk ke dalam mobil telah membuat Eleora justru secara tidak sengaja melihat motor yang sama milik Gerry. Dia pun berusaha untuk mempertanyakan lewat ponsel.
Tapi niatnya langsung diurungkan ketika mengingat bahwa ia bersama dengan papanya.
Tiba di mall dengan bergegas papanya membuka pintu mobil dan menggandeng tangan anaknya. Gadis bergaun merah itu telah menolak hingga berusaha sedikit menjauh akan tingkah papanya, akan tetapi tak berlangsung lama telah tiba seorang pria seusia orang tuanya bersama dengan dua wanita muda.
"Selamat sore Mr, Kim, senang bertemu dengan anda lagi. Bagaimana kabarnya?"
"Sore Mr. Argadana, ya beginilah semua semakin bertambah pemasukkannya. Bagaimana mengenai tawaran saya sebelumnya?"
"Sesuai dengan kenyataan. Tapi sekarang tidak bisa berlama-lama."
"Baiklah, nanti malam saya transfer."
Eleora semakin bingung akan apa dilakukan papanya yang hanya mengajak dan diminta untuk diam duduk tanpa melakukan apa-apa. Orang itu telah pergi dari mall, tapi selang lima langkah membuat kembali lagi.
"Ada apa, Mr. Kim?"
"Saya lupa satu."
"Apa itu, Mr. Kim?"
"Baca pesan saya."
"Baik, Mr. Kim."
Semua berakhir dan sekarang papa Argadana meminta Eleora untuk mencari apa yang disuka. Gadis bergaun merah menolak lalu meminta segera kembali ke rumah tanpa harus membeli satu item sekalipun.
Sedikit ada paksaan membuatnya kesal tapi ia sama sekali tidak bisa melawan kecuali mengikuti sebuah perintah. Eleora pun berjalan dan memilih sebuah benda yang dirasa sangat cocok maupun bermanfaat.
Usai memilih Eleora kembali diajak untuk menuju restaurant. Dia benar-benar kelelahan dan bahkan sempat menguap lebih dari dua kali.
"Kamu pasti kelelahan, maaf jika papa banyak menuntut. Tapi sekarang sekali saja kita makan malam bersama di luar. Ya sudah lama kita tidak melakukan seperti ini. Menurut kamu, kita di restaurant mana?"
"Terserah papa saja."
Mobil berhenti bahkan dia kembali diperlalukan istimewa pada papanya. Eleora sangat risih akan hal itu mencoba memberanikan diri untuk mengatakan, tetapi bukannya didengar malah justru semakin menjadi-jadi.
Tangan yang digandeng menuju ke dalam restaurant digibaskan Eleora. Ruangan termahal telah dipesan dan makanan pun membuatkan ia hanya menggelengkan kepala.
Menu makanan pun tersedia di sana hanya saja Eleora tak begitu suka dengan apa yang dilakukan papanya, tetapi sekarang bukan waktunya dia menentang ini dan mau tidak mau jika mengenai saat ini ia pun memilih makanan.
Perlahan waktu telah habis dari sana dan malah membuatkan Eleora semakin tidak bisa menahan mengantuk lagi. Papa Argadana kali ini mengikuti akan apa yang dikatakan anaknya hingga berniat mau menggendong.
Hal tersebut telah ditolak mentah-mentah dan bahkan cukup berani Eleora. Papa Argadana hanya terpaku diam tanpa memberikan respon apapun.
Tidak bisa menjadi tolak ukur jika kali ini keberaniannya sangat berhasil. Tetapi yang jelas sekarang dia harus segera pulang dan istirahat.
"Papa minta habis ini kamu tidak berkata lancang sama papa."
"Maafkan aku, pa. Tapi aku rasa papa tidak usah berlebihan, sekarang yang paling penting aku mau kita pulang."
"Iya, sabar."
Tiba di rumah dia dikejutkan dengan kedatangan Gerry yang sudah menunggu sedari tadi. Rasa ketakutan telah merasuk dan ia bingung bagaimana menjelaskan kepada papa Argadana mengenai laki-laki baru dikenalnya di sekolah.
Keduanya pun turun dari kendaraan dan begitu tegang dirasakan oleh Eleora. Gerry yang memberikan salam maupun mencoba adaptasi dengan papa Argadana justru direspon sangat ketus.
"Selamat malam, om. Saya Gerry."
"Kamu siapa dan mau apa ke sini? Sekarang pulang!"
"Maaf sebelumnya, saya mau-."
"Saya minta kamu pulang bukan menjelaskan."
Urusan tidak mau panjang akhirnya telah dipilih untuk pergi. Eleora bingung bagaimana menjelaskan kepada papa Argadana, karena situasi sedang tidak nyaman akhirnya dipilihkan untuk pergi dari sana.
Masuk ke dalam rumah suasana sama sekali tak nyaman, tetapi sang papa malah secara tiba-tiba saja marah tanpa alasan. Eleora yang berada di kamar mendengar keributan sendiri dan bahkan juga papa Argadana membanting secangkir gelas.
"Brengsek, kenapa semuanya malah seperti ini?"
'Pyar!'
"Papa kenapa sih, apa masalah ada seorang laki-laki tadi membuat papa seperti itu? Maafkan jika aku membawa temanku ke rumah, sekarang papa jangan marah seperti ini. Eleora mohon."
"Aku minta ini adalah terkahir kalinya kamu mengajak laki-laki ke rumah, satu lagi jangan pernah menunjukkan wajah laki-laki siapa saja di depan papa."
"Tapi, pa? Eleora sudah besar dan sudah saatnya mengenal seorang laki-laki untuk mengenal karakternya."
"Pokoknya papa sama sekali tidak setuju akan itu, jika kamu melanggar ada konsekuensi tersendiri untukmu. Sudah sana istirahat, papa mau mengerjakan tugas yang masih terbengkalai."
Kesal akan mengenai ucapan papa Argdana membuat dia semakin bingung apa yang membatasi pikiran orang tuanya, Eleora mencoba menghubungi mamanya tetapi bukan diangkat yang bersangkutan justru suara laki-laki.
Begitu mudah mamanya bangkit dari perceraian sang papa semakin membuat Eleora tertekan sendiri, dia tidak tahu lagi ke siapa harus berbagi cerita tapi timbulnya justru Grace menghubungi.
Grace : El, hari ini aku dapat pesan dari orang sama sekali tidak kenal. Kamu tahu ini nomer siapa enggak?
Grace : 084123xxx
Eleora : Aku sama sekali tidak kenal, kamu sibuk enggak?
Grace : Enggak sih, ada apa memangnya? Ada masalah ya? Sini-sini cerita sama aku, aku akan selalu ada buat kamu kok, ada apa?
Gadis itu pun bercerita akan mengenai apa yang terjadi pada hari ini, akan tetapi baru ditengah-tengah berbagi cerita ada seorang lagi menghubungi Grace dan meminta untuk Eleora membantu.
Grace : Sumpah ya orang ini ganggu melulu
Eleora : Siapa, orang yang itu lagi?
Grace : Iya benar, tolong dong bantu aku El. Aku sangat risih
Eleora : Ya sudah sebentar aku urus dulu, ya semoga saja orang itu tidak mengganggu kamu lagi
Mencoba membantu temannya untuk tidak melakukan hal yang mengganggu malah justru orang tersebut tak mempan dibertahu, Eleora sudah berusaha semaksimal mungkin dan yang ada dia diminta untuk berbicara secara langsung.
(Percakapan dalam telepon)
Eleora : Halo, ini aku temannya yang kamu ganggu terus menerus. Aku mohon dengan kamu jangan ganggu teman aku. Apa aku harus berbicara langsung dengan kamu?
Pengganggu : Boleh, ayo kita ketemu