アプリをダウンロード
85.71% Edgar's Prisoner / Chapter 72: Claimed

章 72: Claimed

Hanna menatap mata Edgar yang terlihat tidak berbohong mengenai cincin mereka.

"Baiklah. Aku suka taman ini," kata Hanna sambil menghirup udara yang begitu segar.

"Iya aku juga suka sekali taman ini, apalagi ditemani oleh kekasih hatiku," balas Egar sambil mendorong kursi roda Hanna dan melihat-lihat sekitar.

***

Di teras, Agatha duduk sambil menyeruput tehnya. Dia menatap kedua insan yang begitu romantis di hadapannya. Dia bahagia, tapi kebahagiaan yang dirasakan begitu mengganjal.

"Nyonya, kue-kuenya sudah cukup atau mau ditambah lagi?" tanya Ani sopan sambil menunduk.

"Cukup, Ani. Terima kasih. Aku bahagia melihat putraku begitu mencintai gadis itu," kata Agatha.

"Iya, saya juga," balas Ani yang masih menunduk.

Ani tidak berani melihat ke arah tuannya yang tidak suka dipandang oleh pelayan rendah seperti mereka.

"Kamu mau komentar tidak apa-apa, Ani. Ini xuma kita berdua saja, tidak ada yang lain," kata Agatha.

Agatha berbicara santai, tapi dia tahu di sekitar mereka semua pengawal mengawasinya.

"Tidak ada yang perlu saya komentari. Saya mendoakan yang terbaik untuk keluarga ini," kata Ani.

"Iya aku tahu kamu adalah kepala pelayan terbaik di sini. Jujur aku takut saat ini," balas Agatha.

"Wow, pada ngapain di taman? Seru sepertinya," kata Max sambil mengambil kue di meja dan mengunyahnya.

"Max, kamu ini bikin kaget aja. Kue disiapin bukan buat kamu," balas Agatha.

"Mama pelit banget. Kue banyak begini buar siapa sih?" tanya Max.

"Buat calon menantu," jawab Agatha.

"Mama berharap Hanna menjadi menantu di keluarga kita. Bagaimana kalau dia ingat semuanya?" tanya Max menggoda.

"Kalau dia mengingat semuanya, kakak kamu yang harus menanggung semuanya," jawab Agatha.

"Bukan keluarga kita yang akan menanggung?" tanya Max.

"Iya," jawab Agatha saat melihat Hanna bersama Edgar kembali.

"Tolong ambilkan handuk," kata Edgar.

"Sudah mulai hujan?" tanya Agatha.

"Iya," jawab Edgar.

Pelayan mengambil handuk lalu mengelap bagian tubuh Hanna yang basah.

"Sudah, saya saja yang mengelap. Terima kasih," kata Hanna sambil mengambil handuk dari pelayan.

"Sayang, biarkan mereka. Ini tugas mereka," balas Edgar.

Edgar ingin mengambil handuk yang di tangan Hanna, tapi ditahan.

"Aku bukan kena air satu ember, Edgar. Aku Cuma kena setetes aja," kata hanna kesal.

"Biasa, dia sangat mencintai kamu dan tidak akan membiarkan kamu sakit lagi," balas Max.

"Iya, tapi menyebalkan," kata Hanna.

"Sayang, kok kamu jadi akrab sama adikku? Jangan terlalu lama bicara sama dia, Max ini playboy kelas kakap," balas Edgar.

"Kakak juga sama kayak aku kok," kata Maz.

Semua orang masuk ke dalam rumah. Kue-kue dan minuman dibawa masuk ke ruang keluarga.

"Kalian kenapa sudah masuk ke dalam rumah?" tanya Oscar yang sedang sibuk dengan laptopnya.

"Papa, di luar sudah mulai gerimis," jawab Agatha.

"Oh, oke," balas Oscar.

"Sayang, minum the hangatnya dulu," kata Edgar sambil menyodorkan pada Hanna yang melihat ke luar.

"Iya," balas Hanna.

"Sayang, kenapa kamu melihat ke luar?" tanya Edgar sambil membelai punggung Hanna.

"Tidak apa-apa. Cumamau lihat aja," jawab Hanna.

"Ya sudah minum teh sama coba kuenya," kata Edgar.

Max melihat ponselnya. Dia berdecak membuat semua yang ada di sana menengok ke arah Max. Oscar geleng-geleng kepala melihat tingkah laku kedua putranya yang makin lama menyebalkan.

"Ada apa, Max?" tanya Agatha.

"Tidak ada. Aku lagi mengurus klien yang mau bertemu besok," jawab Max.

"Kenapa harus berdecak? Kamu harus mementingkan bisnis kita," kata Oscar dengan raut wajah datar.

"Iya, tapi sekali-sekali aku mau liburan. Suruh kakak yang balik kerja aja. Kak Hanna juga sudah pulang dari rumah sakit," kata Max.

"Kak Hanna tidak mencegah Edgar untuk tidak bekerja kok. Besok dia pasti sudah bisa," balas Hanna.

"Hanna, aku bisa mengerjakannya dari rumah. Kamu tidak perlu khawatir. Anak ini memang dasarnya tidak mau kerja, maunya bersenang-senang aja," kata Edgar.

"Sudah, kalian berdua ganti-gantian saja. Lagian usaha kita ini banyak, jangan ceroboh!" bentak Oscar membentak.

Semua orang terdiam. Hanna terkejut dan langsung menggenggam tangan Edgar.

"Iya maaf. Aku sama Hanna ke kamar, lagian sudah malam," kata Edgar.

"Iya, terserah kalian," balas Oscar ketus.

Agatha terdiam, dia tidak bisa melawan kehendak suaminya. Max, Edgar dan Hanna pergi menuju kamar mereka.

"Bisa tidak jangan ketus sama keluarga sendiri?" tanya Agatha.

"Papa ketus aja masih pada bodoh. Mereka juga bersandiwara sampai sejauh ini," jawab Oscar dengan suara mengecil.

"Iya aku tahu kita bersandiwara, tapi kita bisa lihat kalau semuanya senang dengan adanya Hanna di keluarga kita. Pa, tolong jangan membuat suasana rumah kita memburuk," balas Agatha.

"Ma, Hanna sama Edgar tetap akan pindah dan berobat di tempat lain. Kalau mereka masih di sini, semua orang bisa mengenal Hanna," kata Oscar.

"Iya aku setuju soal kepindahan Hanna. Dia sudah menjadi milik putra kita. Aku setuju mereka bersama walaupun dengan cara begini aku agak berat," balas Agatha.

"Sudah, kita lalui saja semuanya, yang terpenting keluarga kita dan usaha kita aman," kata Oscar.

"Iya," balas Agatha sambil menggenggam tangan suaminya.

***

Di kediaman Silvan, Elsa berteriak di kamar karena tidak melihat Hanna setelah bangun dari tidurnya.

"Ma, ini Niko. Mama harus tenang. Maafin Niko," kata Niko sambil memeluk mamanya.

"Mama mau bertemu Hanna. Tadi Hanna ada, sekarang ke mana?" tanya Elsa.

"Ma, Hanna pergi bekerja," jawab Louis.

"Kak Hanna hari ini bekerja, besok bakal datang kok," kata Niko.

"Benaran?" tanya Elsa.

"Iya," jawab Louis.

"Mama tadi bilang mau ke kamar mandi. Ayo Niko antar," kata Niko.

"Mama bisa sendiri. Mama tadi maunya ditemani Hanna," balas Elsa.

"Iya. Aku tunggu di depan sama papa," kata Niko.

"Iya," balas Elsa.

Louis memijat pelipisnya. Dia benar-,benar tidak tenang, apalagi nanti malam dia harus bekerja.

"Pa, berangkat kerja aja habis ini. Niko minta maaf karena keluarga kita jadi begini gara-gara Niko," kata Niko.

"Kamu bicara apa? Ini bukan salah kamu. Kita xuma bisa berharap kakak kamu baik-baik saja," balas Louis.

"Iya aku berharap kakak segera pulang," kata Niko.

Tidak lama pintu kamar mandi terbuka hingga menampilan Elsa yang sudah selesai membersihkan diri.

"Mama sudah selesai. Papa tidak kerja?" tanya Elsa.

"Papa kerja. Papa batu mau pamit. Mama ditemani niko dulu," jawab Louis sambil mengecup kening istrinya.

"Iya. Aku aman kok sama putra tersayang aku," balas Elsa.

Louis tersenyum lalu pergi dari kamar, sedangkan Niko membantu mamanya kembali ke ranjang.

"Mama lapar tidak?" tanya Niko.

"Belum lapar. Mama tadi makan banyak sama kakak kamu," jawab Elsa.

"Oh iya, aku lupa," balas Niko.

"Kamu sudah makan belum?" tanya Elsa.

"Sudah," jawab Niko.

Niko berusaha tegar saat melihat kondisi mamanya yang seperti sekarang.


Load failed, please RETRY

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C72
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン