アプリをダウンロード
11.11% Athlete vs Academician: After Dating / Chapter 6: Cerita Rakyat dan Dosen Membosankan

章 6: Cerita Rakyat dan Dosen Membosankan

Hening sejenak, kini giliran Arya dan Fahrizul tertawa sangat kencang, saking kencangnya mungkin Fahmi mengalami gangguan mental karen pemikirannya yang kelihatannya terdengar tak masuk akal di telinga mereka.

"Jadi maksudmu, kakak sepupuku sebenarnya adalah makhluk gaib yang sedang menyamar jadi manusia? Tidak, tidak, jangan mengatakan hal semacam itu. Meskipun aku sangat membencinya dan ingin mengutuknya suatu saat, aku yakin kalau dia masih manusia pada umumnya. Hanya saja aku setuju denganmu kalau tingkahnya yang terkadang memang seperti makhluk gaib."

"Hei, aku serius! Apa kalian tak pernah mendengar cerita rakyat tentang 'Nenekku adalah makhluk tak kasat mata'? Cerita itu menjelaskan jika memang ada makhlub gaib seperti jin yang bisa menyamar jadi manusia pada umumnya. Tak hanya itu, berita yang sama juga terjadi di kalangan orang tertentu. Aku pernah membacanya di sosial media." Sejauh menjadi temannya, Arya selalu mengira jika Fahmi temannya yang paling bodoh dan tak pernah bisa serius.

Namun untuk pertama kalinya ia melihat temannya itu bisa memasang wajah serius dan nada bicaranya juga terdengar berat seakan ada suatu tekanan tersendiri dalam penjelasannya. Tapi tetapi saja sebaik apapun Fahmi menjelaskan pengalamannya, Arya dan Fahrizul hingga detik ini tak terlihat akan menutup mulut dan terus menyiarkan tawa mereka yang semakin menjadi.

"Cerita rakyat? Hahaha! Kau ini memang terlalu mendengar cerita-cerita orang di sosial media. Aku yakin kau pasti sudah tahu kalau media di zaman sekarang ini bisa dikatakan semuanya penuh omong kosong. Media ternama sekalipun bisa mengubah peristiwa sebenarnya dan mereka tak segan-segan, merencanakan, dan membuat isi dan judul berita semenarik mungkin untuk menarik pembaca. Tentu itu semua demi menghasilkan pemasukan yang lebih banyak lagi.

"Sedangkan kau hanya susah payah memberitahu kami jika ada sebuah cerita menakutkan dan itu hanya cerita rakyat? Meskipun memang itu nyata, aku tak akan mempercayainya. Karena menurutku itu lebih mirip cerita fantasi daripada kejadian nyata" ucap Fahrizul menentang penjelasan Fahmi.

"Oh, kau berlagak sombong. Kau hanya beruntung karena belum pernah mengalami langsung. Mungkin setelah menyepelekan seperti ini, kau juga akan terkena imbasnya selain Arya."

"Baiklah, silakan saja. Jika memang itu benar terjadi, aku akan menarik perkataanku sebelumnya dan mempercayai jika apa yang kau ceritakan itu benar apa adanya."

Sembari menahan tawa yang tak kunjung henti, walau begitu Arya tetap menyimak obrolan mereka yang mengarah semakin lebar dari pembicaraan. Dirinya memang yakin kalau kakak sepupunya itu bukanlah makhluk gaib atau apapun karena mereka sudah bertemu sejak kecil dan sering bermain dengan saudara lainnya kala itu.

Hanya saja Arya tak sepenuhnya yakin jika dirinya sedang mengalami mimpi di dalam mimpi atau false awakening atau apapun itu. Yang jelas perubahan waktu selama tiga jam, tapi Arya melewatinya hanya beberapa detik dan itu terdengar mustahil, seakan ada ruang waktu atau dirinya sejenak berada di dimensi lain yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya.

Arya sudah membaca banyak komik dari semua genre yang ada, salah satunya tentang sci-fi. Ia ingat betul kalau ada cerita tentang perpindahan dimensi atau menjelajah waktu. Tapi otaknya tak bisa mempercayai semudah itu kalau semuanya menjadi nyata. Jika pun ada, Arya berharap hal semacam itu tak pernah terjadi pada dirinya karena itu sangat membingungkan, bahkan ia takut kalau mentalnya goyah ketika menjalani itu semua.

Di lain sisi, waktu istirahat jam makan siang akan habis dalam beberapa menit lagi. Sejak awal Arya sudah tahu kalau menceritakan hal itu pada mereka tetap tak bisa menemukan jalan keluar dari kebuntuan ini. Alih-alih memberi masukan, kedua temannya itu bahkan semakin memperkeruh keadaan dan salah satu dari mereka sampai membawa cerita rakyat yang tak bisa dipastikan kebenarannya atau tidak.

Lagi pula, Arya memang tak sepenuhnya percaya dengan cerita itu, hanya saja ia sangat meyakini kalau makhluk gaib pasti ada dan bahkan ada di mana-mana saat ini. Hanya saja Arya tak ingin terlibat dalam hal itu karena sekali lagi… sangat merepotkan.

Kemudian setelah sesi meminta masukan itu menjadi sesi mendengar cerita rakyat, mereka bergegas menuju ke kelas. Setiap apa yang Arya lanturkan dan sampaikan pada temannya memang tak selalu membuahkan hasil positif, tapi itu baik untu kesehatan mentalnya sebab setelah memberitahu hal itu pada mereka, perasaan Arya jauh lebih baik seakan semua itu hanya sebuah candaan.

Berjam-jam Arya dan teman-temannya menghabiskan waktu mereka untuk mendengarkan penjelasan dari dosen yang sangat membosankan. Caranya mempresentasikan suatu metode serta tahapan sangatlah monoton dan tak ada lelucon sama sekali hingga suasana kelas begitu tegang dan sempat ketiga orang itu mengantuk.

Setelahnya Arya dan teman-temannya langsung meninggalkan kelas begitu perkuliahan berakhir dan akan digunakan oleh kelas lain. Namun alasan mereka sebenarnya adalah tak betah berada di kelas itu lebih lama lagi. Mereka tak bisa membayangkan selama satu semester berada di bawah didikan dosen yang sangat membosankan itu.

Ketika Arya melangkahkan kaki keluar kelas dan hendak menuju pintu keluar, ia tak sengaja bertemu Zia yang sedang bersandar di dinding lorong.

"Yak, sini sebentar!" seru Zia langsung menarik baju bagian lengan Arya ketika ia tak menyadari keberadaannya. "Ada yang ingin aku tanyakan. Ini tentang teman-temanmu."

Arya menoleh dengan tatapan sayu seakan sudah siap terlelap begitu melihat sebuah kasur empuk di depannya. "Apa? Kalau kau ingin bertanya kenapa kami seperti ini, sudah pasti karena dosen itu. Beliau sangat tak cocok menjadi pengajar walau pengetahuannya sebenarnya cukup dalam."

Zia hanya terdiam, tak mengerti maksud Arya.

"Sudahlah, biarkan aku pergi. Kau akan merasakannya begitu memasuki kelas, karena aku sudah tak tahan berada di dalam lebih lama lagi atau kami bisa mengalami gangguan jiwa." Arya berbisik menyuarakan hiperbola-nya.

"Ah… hmm… begitu, ya. Baiklah kalau begitu. Kau boleh pergi," Zia perlahan melepas genggamannya dan membiarkan Arya pergi.

Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Arya membalikkan badan dan mulai melangkah lagi, menyusul Fahrizul dan Fahmi yang hampir lenyap dari lorong.

Di lain sisi Zia meneguk air liurnya sendiri. Selama menjadi pelajar, ia sudah menemukan berbagai karakter pengajar yang bermacam-macam sampai ia tak bisa mengingat semua karakter gurunya sekaligus. Namun selama tiga tahu kenal Arya dan tak pernah mengeluh tentang dosen atau pengajarnya, ia semakin was-was ketika memasuki kelas.

Begitu semua teman kelas Arya meninggalkan kelas, barulah temannya memasuki satu per satu. Suasana cukup hening begitu semua mahasiswa telah menaruh pantat mereka di atas kursi, termasuk Zia. Sekarang ia tahu mengapa Arya dan teman-temannya terlihat sangat tertekan selama perkuliahan, melihat dosen itu ternyata menyempatkan waktunya untuk tidur sejenak.


クリエイターの想い
Bimbroz Bimbroz

'Nenekku adalah makhluk tak kasat mata'? Itu hanya karangan yang author buat. Cerita sebenarnya? Kayaknya enggk ada ^^

Load failed, please RETRY

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C6
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン